Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 31 Agu 2021, 15:42 WIB

Orang Jawa Susah Nikahi Orang Sunda, Ini Sebabnya

Ilustrasi pernikahan orang Jawa dan Sunda.

Foto: Istimewa

YOGYAKARTA - Ada mitos bahwa orang Jawa dilarang menikah dengan orang Sunda. Saking kuatnya mitos itu, sampai hari ini pun masih banyak yang mempercayainya. Padahal ternyata mitos itu adalah mitos sesat.

Hal tersebut dijelaskan oleh Filolog dan peneliti budaya Jawa, KRT Manu J Widyaseputra, dalam webinar series Ksatriyavinaya di Bubat yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY, pekan lalu.

Manu menerangkan, kesalahan itu terletak pada penerjamahan intelektual penjajah Belanda bernama CC Berg yang mengulas soal perang bubat dalam disertasinya yang terbit pada tahun 1927.

Oleh CC Berg, peristiwa Bubat yang ada dalam Kidung Sunda diartikan sebagai pertempuran antara pasukan Majapahit dan Sunda yang berakhir dengan pembantaian pasukan Sunda.

Kekeliruan itu dikarenakan Berg yang menyamakan tradisiRanayajna sebagai pertempuran. IstilahRanayajnadalam Kidung Sunda diartikan dalam bahasa Belanda sebagaistrijd,yang artinya adalah perang. Kekeliruan penerjemahan itu kemudian berakibat besar dalam sejarah hidup masyarakat Nusantara, khususnya antara Jawa dan Sunda hingga saat ini.

Padahal, ketika dikaji menggunakan metode filologi,Ranayajna mestinya diartikan sebagai persembahan dalam upacara pernikahan antara Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit dan Dyah Pitaloka putri Kerajaan Sunda. Dengan pemaknaan seperti itu, maka peristiwa Bubat bukanlah sebuah peristiwa perang menang kalahvis-à-visantara pasukan Majapahit dan Sunda, melainkan sebagai sebuah upacara pengorbanan yang dilaksanakan dalam rangka memperbaiki kembali tatanan dunia makro dan mikro yang sedang mengalami krisis.

"Selama ini Bubat dipahami sebagai peperangan antara Majapahit dan Sunda, diceritakan bahwa Gadjah mada membunuh Raja Sunda dan Putri Kerajaan, ternyata di Kidung Sunda tidak pernah ada," kata KRT Manu.

"Jadi kalau dikatakan di situ ada permusuhan antara orang Sunda dan orang Jawa, itu yang ngomong siapa? Teksnya tidak pernah cerita tentang itu," ujarnya.

Alih-alih justru Kidung Sunda bercerita bahwa ada cinta besar karena Tuhan antara Hayam Wuruk dan putri Kerajaan Sunda.

"Nanti di dalam teks Kidung Sunda kalau kita lihat setelah Hayam Wuruk itu membakar jenazah raja dan putri, itu langsung dikatakan setelah itu bahwa Hayam Wuruk juga wafat," jelasnya.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.