Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan SDA | Pada Semester I-2023, Logam Dasar Bukukan PDB Sebesar 66,8 Triliun Rupiah

Optimalkan Hilirisasi untuk Perekonomian

Foto : ISTIMEWA

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif

A   A   A   Pengaturan Font

Hilirisasi yang diterapkan saat ini hanya berdampak sangat sedikit bagi nilai tambah nasional.

JAKARTA - Pemerintah menepis anggapan sejumlah kalangan yang menilai manfaat dari hilirisasi nikel di Tanah Air sangat rendah. Justru setelah Presiden mencanangkan hilirisasi RI memperoleh banyak nilai tambah atau multiplier effect.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan, berdasarkan data Kemenperin, terdapat 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 smelter yang sedang dalam kontruksi. Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar 11 miliar dollar AS atau sekitar 165 triliun rupiah untuk smelter Pyrometalurgi, serta sebesar 2,8 miliar dollar AS atau mendekati 40 triliun rupiah untuk tiga smelter Hydrometalurgi yang akan memproduksi MHP (Mix Hydro Precipitate) sebagai bahan baku baterai.

Selama masa konstruksi, kehadiran smelter tersebut menyerap produk lokal. Saat ini, smelter mempekerjakan sekitar 120 ribu orang tenaga kerja.

Dilihat dari lokasi, smelter tersebar di berbagai provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, serta Banten. "Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi smelter berada," kata Febri di sela-sela kegiatan peringatan HUT ke-78 RI yang diadakan di kantor pusat Kemenperin, Sabtu (12/8).

Besarnya multiplier effect smelter nikel ini dapat dilihat dari nilai tambahnya. Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat jika diproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top