Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 11 Mei 2018, 01:00 WIB

Oleh-oleh Cantik dari Kampung Naga Tasik

Foto: foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo

Kampung Naga, sebuah perkampungan adat di Kabupaten Tasikmalaya tetap memiliki keunikan tersendiri. Berkunjung ke Kampung Naga tidak hanya untuk melihat kebudayaan leluhur yang sudah ada ratusan tahun secara turun temurun, namun banyak hal menarik lainnya yang bisa dieksplore.

Warga kampung yang memegang tradisi sangat kuat, memiliki banyak produk kerajinan yang menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Nah, sejumlah kerajinan kampung adat ini sungguh menarik untuk dikoleksi. Kemudian bagaimana warga kampung tersebut menggulirkan perekonomiannya melalui budidaya pertanian organik, juga menjadi salah satu daya tarik yang tidak membosankan untuk disambangi.

Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jabar. Warga kampung yang sangat ramah pada pendatang, dan tidak merasa terganggu oleh rombongan wisatawan yang datang. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan kedatangan orang dari luar kampung. Aktivitas mereka tetap berjalan tanpa merasa terganggu pengunjung yang tidak henti-hentinya memotret setiap sudut kampung.

Penduduk lokal dengan pakaian sederhana, bahkan kadang bertelanjang dada tetap asyik dengan pekerjaannya di teras rumah panggungnya. Sementara anak-anak kampung terlihat asyik bermain. Ada yang bermain di pinggir kolam ikan, dan di lapangan tengah kampung. Lapangan tersebut sepertinya menjadi lokasi bagi kegiatan warga kampung dalam menyambut beragam acara adat. Tidak ada rumput, hanya tanah keras.

Mudah untuk mengunjungi Kampung Naga Tasikmalaya. Dari arah Jakarta atau Bandung, perjalanan bisa menyusuri Jalan Raya Garut. Dari Garut kota, perjalanan dilanjutkan menuju Cilawu. Atau dengan kendaraan umum, perjalanan bisa dilakukan dengan menggunakan bus jurusan Garut -Tasikmalaya. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut jaraknya 26 kilometer. tgh/R-1

Dilarang Ngobrol di Hari Tertentu

Di beberapa sudut kampung nampak ada sesajen. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, hal itu sudah menjadi adat kebiasaan warisan nenek moyang mereka. Hal ini yang menunjukan adanya percampuran kebudayaan Islam dan Hindu, yang masih berlaku.

Nah, jika berkunjung ke Kampung Naga lebih baik membawa guide agar tidak melanggar tabu. Akan lebih baik jika menyempatkan diri menginap semalam, untuk melihat keheningan malam di Kampung Naga. Ada rumah yang dapat digunakan tamu untuk bermalam.

Namun, sebelumnya harus meminta izin pada juru kunci dan tidak bisa mendadak memesan tempat. Karena memang ada hari-hari tertentu atau palintangan. Misal pada Selasa, Rabu dan Sabtu, masyarakat setempat akan enggan menjawab obrolan, karena memang ada larangan bercerita tentang kondisi kampung pada hari-hari itu. tgh/R-1

Kolam Ikan, Pertanian Organik, dan Kerajinan Tangan

Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah terasering penduduk kampung, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Sungai Ciwulan, yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Pintu masuk ke kampung tersebut melalui timur atau arah sungai. Pintu masuk ditandai dengan sebuah patung kujang raksasa. Dari patung raksasa kemudian pengunjung harus meniti ratusan anak tangga dari plesteran semen untuk menuju kampung adat.

Mata pencaharian utama masyarakat Kampung Naga adalah bertani, tetapi inipun dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dan para warga memerlukan mata pencaharian lain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Masyarakat Kampung Naga telah mengetahui bahwa penggunaan pupuk anorganik dan organik dapat meningkatkan produksi tanaman. Tetapi tidak semua masyarakat menggunakan pupuk anorganik dengan alasan sulit untuk membawa pupuk anorganik ke lokasi pertanaman serta sebagian besar masyarakat menganggap penggunaan pupuk anorganik dapat merusak lingkungan.

Selain itu pasca panen pun mereka masih menggunakan cara tradisional. Mereka menggunakan lesung atau lumpang. Justru ternyata penyusutan hasil lebih sedikit dan rasa nasi lebih enak. Pengunjung juga dapat menikmati beras organik buatan warga setempat. Mereka menjualnya dalam bungkusan ukuran satu kilogram. Banyak pengunjung yang membelinya untuk oleh-oleh.

Kolam ikan juga banyak ditemui di kampung ini. Sebelum tiba di pusat Kampung Naga, kolam ikan berpetak-petak dapat ditemui di sepanjang jalannya.

Kegiatan lain dari warga saat ini adalah menganyam tikar, tas untuk dijual keluar Kampung Naga. Daerah pemasarannya sampai ke Tasikmalaya. Aneka macam kerajinan yang dihasilkan warga juga dibawa pemborong ke beberapa kota seperti Garut dan Tasikmalaya.

Sebagai kampung yang telah digandrungi sebagai objek wisata, hasil kerajinan seperti tikar tidak kalah menarik mutunya dibanding dengan kerajinan tikar mendong Tasikmalaya.

Penduduk Kampung Naga juga membuat kerajinan anyam-anyaman dari akar-akar dan bambu untuk dijual. Banyak sekali produknya, antara lain tas, topi, gelang-gelang, kalung, hingga sandal.

Suvenir itu mulai menyapa pengunjung yang tiba di pelataran parkir Kampung Naga. Kios-kios kecil nampak menjajakan berbagai macam kerajinan khas daerah setempat, meski ada juga kerajinan lain, bahkan menjual kaos.

Suvenir khas Kampung Naga tidak terlalu mahal, sehingga menjadi pilihan bagi para pengunjung. Misalnya ikat kepala atau bandana yang dijual dibawah 50 ribu rupiah, atau gelang akar bahar, dan gelang atau kalung yang terbuat dari biji-bijian kering. Harganya relatif murah antara 5 ribu hingga 10 ribuan rupiah saja.

Di sepanjang perjalanan menuju kampung di sisi lembah, di samping tangga, juga terdapat beberapa rumah warga, yang menjual kerajinan. Bahkan ada pelukis amatir yang menjual lukisan suasana atau pemandangan Kampung Naga di salah satu titik peristirahatan saat meniti tangga menuju kampung.

Setelah menjadi lokasi wisata khusus, Kampung Naga ini telah memberikan pekerjaan baru sebagai alternatif mata pencaharian warga Kampung Naga. Pengrajin dan pemandu wisata adalah contoh lapangan pekerjaan yang muncul dari adanya wisata Kampung Naga. tgh/R-1

Redaktur:

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.