Nyamuk Wolbachia Segera Dilepaskan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati, M.M saat dijumpai di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (25/9).
Foto: ANTARA/Lifia Mawaddah PutriJAKARTA - Nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia segera diluncurkan di wilayah Jakarta Barat, tanggal 4 Oktober. Peluncuran dilakukan di RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. "ini sebagai langkah inovatif dalam upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue atau DBD," tutur Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Ani Ruspitawati, Rabu (25/9).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta akan mengundang Kemenkes dan peneliti Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada. Mereka telah menggelar media briefing Program Implementasi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia di Jakarta, Rabu (25/9). Ani Ruspitawati menjelaskan, nyamuk ini menjadi strategi terbaru dan ramah lingkungan sebagai pelengkap program utama Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus untuk mengurangi DBD.
Bakteri ini menghambat infeksi virus dengue, sehingga dapat menurunkan risiko penularan penyakit tersebut. Dia akan terus melakukan sosialisasi metode wolbachia dan penerapannya. Selain itu, Ani juga mengajak masyarakat mendukung program tersebut. Caranya, dengan berpartisipasi aktif menjadi orang tua asuh (OTA).
Dinkes menitipkan ember berisi telur nyamuk berwolbachia. Mereka akan didampingi agar memahami cara-cara perkembangbiakan jentik dan memantau keberhasilannya. Ani menambahkan, monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap enam pekan untuk memantau keberhasilan program.
Targetnya, tahun depan program pelepasan nyamuk aedes aegypti berwolbachia dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan Jakarta Barat. Untuk melihat keberhasilan, populasi nyamuk aedes aegypti berwolbachia lebih dari 60 persen.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan, Anas Ma'ruf, menerangkan, teknologi wolbachia untuk menurunkan kasus DBD. Teknologi ini merupakan salah satu inovasi dan bagian dari strategi pengendalian DBD dalam Strategi Nasional.
"Jakarta Barat menjadi salah satu area percontohan penerapan teknologi ini. Sebab daerah ini angka kejadian DBD cukup tinggi," tandas Anas. Implementasi di Jakarta Barat belum pernah dilakukan. Sebagai implementasi awal, penerapan teknologi ini juga dilakukan di empat kota lain. Mereka adalah Kota Semarang, Kota Bontang, Kota Bandung, dan Kota Kupang. Ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Implementasi Wolbachia.
Di sisi lain, salah satu peneliti Wolbachia, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andoro Ahmad memaparkan, bakteri wolbachia ditemukan secara umum di sekitar 60 persen serangga di dunia.
Bakteri ada di lalat buah, kupu-kupu, lebah, dan capung. Nyamuk Aedes aegypti secara alami tidak mempunyai bakteri wolbachia. Inovasi teknologi ini dilakukan dengan memasukkan bakteri wolbachia ke dalam tubuh.
Sudah dilakukan ribuan kali percobaan mikro-injeksi ke telur nyamuk Aedes aegypti. Akhirnya berhasil dan diperoleh nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri wolbachia.
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Aloysius Widiyatmaka
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 2 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
- 3 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 4 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- Dana Desa Boleh Digunakan untuk Tangani Kedaruratan
- Naikkan Tarif Impor untuk Redam Gelombang PHK
- TMII Targetkan 250 Ribu Pengunjung pada Libur Natal
- Ketegangan Politik di Korsel Meningkat, Polisi Periksa Riwayat Ponsel Yoon Suk Yeol soal Darurat Militer
- Gerak Cepat Cegah Merebaknya Ekstremisme, 180.954 Konten Radikalisme di Medsos Di-“take Down"