Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Asumsi Makro APBN I Apindo Serukan BI Menjaga Stabilitas Kurs Rupiah

Nilai Tukar Rupiah Sangat Tidak Realistis

Foto : Sumber: Bank Indonesia - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

"Kalau tidak dinaikkan, tidak akan bisa menekan inflasi. Tidak ada pilihan, negara-negara di dunia sudah naik. Kalau tidak diikuti maka yang terjadi distorsi, menyebabkan pelemahan rupiah dan menyebabkan inflasi naik. Apa pun obatnya ya pasti naik, tapi kalau obat yang diberikan tidak ampuh maka tidak akan menyembuhkan perekonomian. Obatnya apa? Bunga acuan harus naik," katanya.

Kondisi seperti itu diakuinya sebagai harga yang harus dibayar karena selama ini mengabaikan penguatan sektor industri dan ekonomi riil. Kebijakan pemerintah yang mematikan produsen dalam negeri melalui impor pangan dan impor barang konsumen sudah menjadi penyakit yang menahun yang sudah berlangsung belasan tahun, bukan hanya satu tahun mengabaikan pembangunan sektor riil.

Masalah lain yang paling berat adalah membiarkan ajang spekulasi di sektor properti yang menyebabkan bubble economy. Bukan hanya banyak yang mandek, tapi kredit triliunan rupiah yang mengucur tidak memberi manfaat pada perekonomian. Padahal, kalau itu disalurkan ke sektor riil pasti sudah akan kembali dan memberi multplier effect pada perekonomian.

"Kita latah pada pembangunan properti yang spekulatif dan ekspansif. Kalau Tiongkok saja tidak bisa menyelesaikan, bagaimana Indonesia? tanya Aditya.

Inti dari semua permasalahan ekonomi saat ini adalah penting mengendalikan inflasi dengan keseimbangan bujet, mengupayakan surplus neraca perdagangan dan pembelanjaan yang produktif. "Pemerintah harus mengurangi spending yang konsumtif. Kalau itu tidak dilaksanakan obat pahitnya menaikkan suku bunga. Kalau kurs rupiah di asumsi makro APBN 2024 ditetapkan 15.000 apa realistis? katanya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top