Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Net Zero Karbon dan Perjanjian Paris yang Palsu, Ada Apa

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Alih-alih menghadapi keraguan, para ilmuwan memutuskan untuk membangun dunia fantasi yang lebih rumit di mana manusia akan aman. Harga yang harus dibayar untuk kepengecutan, harus tutup mulut tentang absurditas yang terus meningkat dari penghapusan karbon dioksida skala planet yang diperlukan.

"Mengandalkan mekanisme penghilangan karbondioksida yang belum teruji untuk mencapai target Paris ketika kita memiliki teknologi untuk beralih dari bahan bakar fosil saat ini jelas salah dan bodoh. Mengapa kita rela mempertaruhkan nyawa dan mata pencarian jutaan orang, kehidupan indah disekitar kita dan masa depan anak-anak kita?" ujar Robert Watson Profesor Emeritus Ilmu Lingkungan, Universitas East Anglia yang dilansir dari The Conversation.

Yang menjadi pusat perhatian adalah BECCS, karena ini adalah satu-satunya cara model ekonomi-iklim dapat menemukan skenario yang akan konsisten dengan Perjanjian Paris. Bukannya menstabilkan, emisi karbon dioksida global telah meningkat sekitar 60% sejak 1992. BECCS, seperti semua solusi sebelumnya, terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Dari seluruh skenario yang dihasilkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dengan peluang 66% atau lebih baik untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C, BECCS perlu menghilangkan 12 miliar ton karbon dioksida setiap tahun.

BECCS pada skala ini akan membutuhkan skema penanaman besar-besaran untuk pohon dan tanaman bioenergi. Bumi pasti membutuhkan lebih banyak pohon. Manusia telah menebang sekitar tiga triliun, sejak pertama kali mulai bertani sekitar 13.000 tahun yang lalu. Tetapi, alih-alih membiarkan ekosistem pulih dari dampak manusia dan hutan untuk tumbuh kembali, BECCS umumnya mengacu pada perkebunan skala industri yang dipanen secara teratur untuk bioenergi daripada karbon yang disimpan di batang hutan, akar dan tanah.

Saat ini, dua biofuel yang paling efisien adalah tebu untuk bioetanol dan minyak sawit untuk biodiesel - keduanya ditanam di daerah tropis. Barisan tak berujung pohon monokultur yang tumbuh cepat atau tanaman bioenergi lainnya yang dipanen secara berkala merusak keanekaragaman hayati. Diperkirakan BECCS akan memerlukan antara 0,4 dan 1,2 miliar hektare lahan. Ini artinya sekitar 25% hingga 80% dari semua tanah yang saat ini digarap.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top