Jum'at, 20 Des 2024, 01:20 WIB

Nataru Makin Dekat, Harga-Harga Makin Meninggi

Pj Tinjau Stabilitas Harga Pangan I Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi (tengah) berbincang dengan pedagang cabai saat meninjau ketersediaan dan stabilitias bahan pangan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (19/12).

Foto: ANTARA/Aprillio Akbar

JAKARTA – Saat Natal dan Tahun Baru yang tinggal menghitung hari, harga-harga sejumlah pangan di pasar tradisional dan modern, Jakarta Barat, mulai naik atau masih tinggi. “Harga telur, cabai merah keriting, cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, daging sapi, dan daging ayam ras masih tinggi atau cenderung naik,” ungkap Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat, Novy C Palit, Kamis (19/12).

Adapun harga komoditi seperti beras premium, beras medium, gula pasir, minyak goreng curah, minyak goreng kemasan, dan tepung terigu satu kilogram masih tergolong stabil. Fluktuasi harga tersebut diperoleh dari pemantauan di Pasar Pecah Kulit Tamansari, Pasar Kalideres, dan Pasar Lokbin Kembangan.

Kemudian Pasar Slipi Palmerah, Pasar Tomang Barat Grogol Petamburan, Pasar Jembatan Dua Tambora, Pasar Pos Pengumben Kebon Jeruk, dan Pasar Ganefo Cengkareng. Novy menyebut, harga di pasar-pasar tersebut dipantau pekan pertama, kedua dan ketiga Desember. Cabai merah keriting naik dari 35.600 menjadi 43.100 sekilogram. Lalu cabai rawit merah naik dari 44.400 menjadi 53.800 perkilo. Selanjutnya, harga yang masih tinggi adalah daging sapi 140.000 perkilo dan daging ayam ras 37.500 perkilo.

Selanjutnya telur ayam ras naik dari 27.000 menjadi 30.600. Ikan Lele dari 14.400 menjadi 32.500. Ikan mas dari 20.000 menjadi 36.700. Ikan kembung dari 17.500 menjadi 45.000. semua perkilogram. Novy menegaskan hanya bertugas melakukan monitoring harga, lalu melaporkannya kepada Pemprov Jakarta. “Tugas kami hanya monitoring, melaporkan situasi harga pangan wilayah,” kata Novy.

Kondisi Jaksel

Kondisi berbeda terjadi di pasar-pasar Jakarta Selatan (Jaksel) yang diklaim tidak terjadi kenaikan signifikan harga-harga. Menurut Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin, petugas juga terus mengawasi pangan sejumlah pasar swalayan, agar bebas dari bahan berbahaya. “Pemkot ingin mewujudkan pangan yang bebas dari formalin, klorin, eber, dan residu pestisida jelang Nataru,” jelas Wali Kota.

Munjirin meninjau pengawasan keamanan terpadu pangan segar asal pertanian, perikanan, dan peternakan di pasar swalayan Terogong, Cilandak Barat, Jakssel. “Pengawasan dilakukan serempak di beberapa wilayah Jakarta Selatan,” jelas Munjirin. Misalnya di Pasar Minggu, Pasar Warung Buncit, Pasar Mayestik, dan Naga Swalayan Jagakarsa. Pengawasan dilakukan bersama Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian serta Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan.

Dari pengawasan diambil 150 sampel produk pertanian, peternakan, perikanan, dan olahan. Kemudian, diuji lab langsung di mobil laboratorium keliling. Hasilnya, hanya terdapat satu sampel ikan yang mengandung formalin. “Kita langsung arahkan kepada unsur terkait untuk mencegah dengan menelusuri asal ikan tersebut,” ucapnya. Dalam kesempatan itu, Munjirin beserta jajaran langsung mengamankan dan memusnahkan ikan berformalin di lokasi, agar tak dijual lagi.

Selain itu, juga dilaksanakan pemantauan harga pangan pokok strategis yang mulai naik seperti cabai, minyak goring, dan daging ayam segar. “Mudah-mudahan dengan pengawasan pangan yang dilakukan ini dapat memberikan keamanan warga dalam mengonsumsi makanan, sehingga kesehatan tetap terjaga,” katanya.

Sementara itu, Penjabat Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, juga mengecek ketersediaan pasokan pangan di Pasar Induk Kramat Jati dan Rice Plant Cipinang (RPC) PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur. Bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dia mengecek ketersediaan pasokan pangan ke pedagang secara langsung. “Pemprov Jakarta dan TPID secara reguler terus mengendalikan inflasi daerah menggunakan strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” ungkapnya.

Menurutnya, ada beberapa komoditas utama yang mengalami inflasi. Pada bulan November, ada lima komoditas utama penyumbang inflasi Jakarta secara bulanan. Kelimanya adalah bawang merah, tomat, emas perhiasan, daging ayam ras, dan minyak goreng.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: