Nasionalisme Menjadi Benteng bagi Kaum Muda
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, H Luthfi bin Yahya
Foto: istimewaJAKARTA - Kaum muda sebagai generasi penerus bangsa harus dibentengi dari paham-paham merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti intoleransi, radikalisme, dan terorisme. "Mereka harus dibentengi dengan nasionalisme dan kejayaan bangsa," kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden, H Luthfi bin Yahya, di Jakarta, Selasa (8/2).
"Generasi muda harus tahu bagaimana pejuang meraih kemerdekaan. Juga bagaimana dulu kerajaan-kerajaan besar lewat peninggalan-peninggalannya yang luar biasa," ujarnya. Dia
mengaku telah mempelajari makna kebinekaan dan toleransi. Dari situ dia kagum dengan para pendahulu bangsa yang mampu menyatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke dalam bingkai NKRI.
Ia pun berkesimpulan bahwa setelah membolak-balik sejarah, bangsa Indonesia ternyata bukan keturunan penjajah, tetapi bangsa yang rasional dan intelek. Ini menjadi tantangan bersama agar NKRI tetap jaya di tengah gangguan berbagai paham transnasional.
"Pertanyaannya, apakah generasi penerus sudah dipersiapkan untuk menjawab tantangan tersebut," tanya Luthfi saat menjadi narasumber "Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan BNPT dengan Forkopimda, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Agama Dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme Provinsi Banten," di Pondok Pesantren Nurul Falah, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Dalam hal ini, Luthfi mendukung upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam melindungi generasi muda dari paham radikal terorisme. Menurut dia, kegiatan "Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan" ini sangat bagus. Ini penting untuk menggugah pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk bersatu memerangi paham kekerasan tersebut. Selain itu, sekaligus memberi pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya nasionalisme.
Generasi muda harus mencontoh cara dulu Kerajaan Majapahit mampu menyatukan Indonesia. Saat itu Raja Hayam Wuruk atau Brawijaya dalam melakukan pendekatan terhadap umat Islam sampai memberikan tanah di Ampel. Pada waktu itu, Menteri Pertanian dan Menteri Ekonomi yang diangkat adalah Maulana Malik Ibrahim. Sedangkan Menkeu Maulana Asmorodono.
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan bahwa nasionalisme menjadi sangat penting diberikan generasi muda di tengah 'serangan' ideologi radikal terorisme yang mengancam kehidupan harmoni di NKRI. Menurutnya, BNPT menggunakan tagline "Indonesia Harmoni" karena dengan menjaga kerukunan, semangat persatuan bisa mewujudkan tujuan akhir Indonesia tetap harmoni.
"Mengapa nasionalisme dan harmoni harus dibicarakan di tengah kemajemukan Indonesia? Karena salah satu tantangan bangsa sekarang adalah mengatasi paham radikal terorisme yang berkembang sebagai ideologi berbasis kekerasan," kata Boy Rafli.
Ia menegaskan bahwa kekerasan dalam bentuk apa pun dilarang konstitusi. Karena itu, keseimbangan dan harmoni dalam berbangsa bernegara harus terus dijaga. Ini untuk mencegah ideologi berbasis kekerasan, intoleran, tidak mengakui negara, dan menghalalkan kekerasan dalam mencapai tujuan. "Sangat mungkin mereka antikemanusiaan dan melanggar ajaran agama," tandas Boy.
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Kenakan Tarif Impor untuk Menutup Defisit Anggaran
- 3 Penyakit Kulit Kambuh Terus? Mungkin Delapan Makanan Ini Penyebabnya
- 4 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
- 5 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis