Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nasib Pilu Sekolah Swasta

A   A   A   Pengaturan Font

Siswa yang gagal diterima di sekolah favorit, diserap swasta yang miskin modal. Hubungan mutualistik antara keduanya terjadi, namun hakikatnya tidak mudah. Sebab umumnya dibangun atas dasar "keterpaksaan" atau "ala kadarnya". Tidak semua siswa belajar di sekolah swasta pilihan kedua ini betah karena keterpaksaan.

Guru-guru sekolah swasta juga tidak sejahtera. Mereka minus dana untuk pengembangan potensi diri. Sekolah mengalami keterbatasan fasilitas pendidikan. Orang tua siswa tidak sepenuhnya bisa membantu mengurangi keterbatasan tersebut karena bayaran yang minim. Itu pun terkadang tidak sanggup mereka bayar. "Biaya murah dapat menjadi bumerang karena justru akan mengalami banyak kesulitan dana," (hlm 157).

Gambaran sekolah swasta berbeda jauh dengan negeri pada umumnya. Pemerintah menjamin ketersediaan sarana pendidikan, kesejahteraan guru, alokasi dana untuk pengembangan potensi hingga menggratiskan biaya pendidikan. Herannya lagi, pemerintah masih terus membangun sekolah negeri di tiap daerah, walau di situ sudah ada sekolah swasta. Ini membuat sekolah swasta makin terpinggirkan.

Beberapa sekolah swasta yang terus eksis, bahkan berprestasi, di tengah fasilitas dan kesejahteraan guru pas-pasan karena kesungguhan memberi pembelajaran tambahan di luar jam sekolah. Mereka mendampingi siswa sepenuh hati. Penelitian ini juga mengungkap, sekolah swasta diminati karena murah dan ada pelajaran agama yang kuat (hlm 6).

Di bab terakhir, buku menekankan agar sekolah jangan lagi dikompetisikan supaya fokus pendidikan tidak hanya pada hasil, namun lebih pada proses. Bukan pada nilai ujian, tapi lebih holistisitas pembangunan manusia seutuhnya. Pemerintah berperan penting untuk meringankan beban sekolah swasta.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top