Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nasabah Bijak dan Literat Pilih Bank Digital Sebagai Solusi Keuangan

Foto : Istimewa

Jajaran Direksi LINE Bank

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, literasi keuangan atau tingkat pemahaman masyarakat mengenai produk-produk maupun jasa keuangan, saat ini baru mencapai 38 persen. Sedangkan, inklusi keuangan atau kemampuan masyarakat mengakses produk dan jasa keuangan sudah menyentuh angka 76 persen.

Selisih yang sangat lebar itu menandakan masyarakat mulai banyak yang terjangkau oleh jasa maupun produk keuangan, namun belum memahami produk apa yang mereka akses.

Anggota Dewan Komisioner OJK yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Frederica Widyasari Dewi baru-baru ini mengatakan kurangnya pemahaman produk itu yang menyebabkan banyaknya laporan pengaduan konsumen yang masuk ke OJK, termasuk mereka yang terjerumus skema penipuan berkedok investasi.

Data pengaduan yang masuk melalui aplikasi portal perlindungan konsumen hingga 23 Juni 2022 sudah mencapai 426.856 laporan dan terbanyak dari layanan informasi keuangan, perilaku petugas penagihan dan legalitas lembaga jasa keuangan.

Harus diakui, lebih tingginya akses (inklusi) dibanding pemahaman (literasi) produk dan jasa keuangan, juga tidak terlepas dari penetrasi dari berbagai perusahaan penyedia jasa keuangan di era digital. Menjamurnya perusahaan rintisan (startup) di bidang keuangan atau Financial Technology (Fintech) dan layanan bank-bank digital, harus diacungi jempol karena mampu membuka sekat-sekat jarak dan waktu yang selama ini sulit dijangkau oleh layanan jasa keuangan konvensional seperti bank, asuransi dan lembaga pembiayaan.

Deputi Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengembangan Fintech OJK, Munawar Kasan mengatakan peran Fintech peer to peer (P2P) lending sangat besar terhadap inklusi keuangan di Indonesia dan telah menjadi alternatif pendanaan bagi masyarakat.

Hal itu terlihat pada akumulasi pinjaman dari perusahaan keuangan berbasis teknologi itu yang sudah mencapai 416,86 triliun rupiah, terhitung sejak 2017. Saat ini, nilai outstanding pinjamannya pun tercatat 45,73 triliun rupiah.

"Artinya industri ini bisa diterima masyarakat dan sebagian bisa jadi di P2P mereka pertama kali bertransaksi dengan jasa keuangan," kata Munawar.

LINE Bank

Seiring dengan bergulirnya era digital, nasabah pun mulai beralih ke layanan bank digital yang lebih praktis, efektif, nyaman dan aman. Perubahan gaya hidup nasabah bertransaksi itulah yang menjadi concern PT Bank KEB Hana Indonesia melalui aplikasi bank digital LINE Bank, ikut terpanggil membangkitkan sektor-sektor ekonomi potensial yang selama ini belum tersentuh.

Chief Operating Officer (CEO) LINE Financial Asia, Young Eun Kim belum lama ini mengatakan LINE Bank berupaya memberikan layanan keuangan yang lebih luas kepada segmen pelanggan termasuk Gen-Z yang merupakan mayoritas pengguna LINE . Gen-Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1996 hingga 2012 atau setelah generasi milenial.

Menurut Kim, permintaan akan transformasi digital di industri perbankan berkembang secara pesat di seluruh dunia. Dengan karakteristik geografis Indonesia yang unik, transformasi digital mampu menghadirkan layanan perbankan langsung ke telepon seluler nasabah.

Layanan tersebut bisa meningkatkan ketersediaan, keterhubungan serta kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan perbankan. "Kami akan melakukan yang terbaik melalui kerja sama LINE dan Bank Hana, agar masyarakat Indonesia dapat menggunakan LINE Bank dan menikmati layanan keuangan yang lebih nyaman," kata Kim.

Senada dengan Kim, Direktur Utama Bank KEB Hana Indonesia, Jong Jin Park mengatakan LINE Bank menyediakan layanan perbankan digital yang nyaman dan mudah digunakan di industri keuangan Indonesia. Hal itu karena kolaborasi keuangan Hana Bank dengan keahlian LINE sebagai perusahaan teknologi terkemuka di Asia.

"LINE Bank akan menyediakan berbagai produk keuangan dan layanan fintech yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan nasabah kami," kata Park.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, LINE Bank pun di tahun keduanya meluncurkan fitur pinjaman digital, yakni pinjaman quick credit (kredit cepat) dan kredit tanpa agunan (KTA) dengan limit sampai dengan 100 juta rupiah.

Direktur Konsumer Bank KEB Hana Indonesia, Anton Hermawan menjelaskan setelah meluncurkan produk funding atau pendanaan pada tahun pertama seperti tabungan dan deposito, maka pada tahun kedua ini, bank digital itu merambah ke produk yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, salah satunya berupa pinjaman.

Fitur pinjaman LINE Bank itu diharapkan membantu lebih banyak nasabah memenuhi kebutuhan gaya hidup sehari-hari serta mengatur keuangan secara bertanggung jawab. Selain itu, juga diharapkan mampu memberikan akses yang lebih mudah dalam mengajukan kredit, melalui proses yang seluruhnya berbasis ekosistem digital.

"Kita akan mengeluarkan produk baru pinjaman yang akan memberikan pengalaman perbankan baru yang didukung oleh ekosistem yang kuat. Kita bekerja sama dengan perusahaan internet yang kuat, yaitu LINE," kata Anton saat peluncuran fitur pinjaman Quick Credit dan KTA LINE Bank di Jakarta belum lama ini.

Fitur pinjaman itu juga memberi pengalaman karena calon peminjam bisa mengetahui besarnya limit pinjaman di awal tanpa dikenakan biaya administrasi dan provisi, juga dengan bunga yang kompetitif.

Dengan limit pinjaman yang ditawarkan sampai dengan 100 juta rupiah, dalam pencairannya bisa dilakukan kapan pun dan di mana saja dengan opsi pembayaran yang fleksibel.

Lebih lanjut, Head of Loan Product Bank KEB Hana Indonesia, Emmanuela Chrisanti menjelaskan bahwa fitur quick credit merupakan dana siaga yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan bebas biaya administrasi maupun provisi, serta bebas bunga selama 30 hari.

Limit pinjaman yang ditawarkan pada fitur quick credit, mulai dari 1 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah dengan jangka waktu cicilan mulai dari tiga bulan sampai dengan 12 bulan. Sementara itu, bunga cicilan yang dikenakan mulai dari 2,5 persen per bulan.

Sedangkan, untuk fitur KTA merupakan dana tunai yang dicairkan langsung ke rekening tabungan LINE Bank by Hana Bank juga dengan limit pinjaman mulai dari 1 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah. Pilihan jangka waktu pinjaman beragam, mulai dari 30 hari sampai dengan 60 hari dengan bunga cicilan mulai dari 0,88 persen per bulan.

"Melalui fitur pinjaman LINE Bank akan menghadirkan solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan akses pinjaman secara mudah dan aman, serta cara pembayaran yang fleksibel," kata Emmanuela.

Pada awal peluncuran fitur pinjaman itu, LINE Bank akan fokus pada wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. LINE Bank by Hana Bank paparnya akan terus mengembangkan fitur dan produk lain ke depan guna menunjang kebutuhan nasabah, mulai dari gaya hidup hingga investasi.

Cermat dan Bijak

Dengan semakin banyaknya tawaran kemudahan pinjaman baik itu quick credit maupun KTA, semestinya bisa menjadi solusi finansial bagi nasabah yang butuh dana darurat atau ingin mengembangkan usahanya, namun tidak memiliki agunan.

Di sisi nasabah pun dibutuhkan pemahaman atau literasi dalam memanfaatkan instrumen-instrumen pembiayaan cepat tersebut. Beberapa hal yang harus dipahami nasabah yang paling utama adalah mencermati syarat dan ketentuan quick credit atau KTA dengan seksama. Sebelum mengajukan pinjaman, nasabah perlu memahami betul syarat dan ketentuan pengajuan pinjaman agar tidak ada salah paham atau persepsi mengenai kegiatan pinjam-meminjam tersebut. Terlebih, setiap penyedia pasti memiliki kebijakan dan syarat yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Nasabah juga perlu mengetahui karakteristik pinjaman seperti perhitungan bunga, tenor, dan jumlah cicilannya serta ada tidaknya biaya tambahan serta ketentuan lain sebelum memutuskan melanjutkan proses pengajuan. Bila perlu, peminjam harus menanyakan segala hal yang belum dipahami atau masih ragu hingga detil agar terhindar dari masalah.

Setelah memahami karakter pinjaman, nasabah harus memastikan penggunaan dana pinjaman itu untuk tujuan yang jelas. Walaupun persyaratannya mudah, pinjaman quick credit dan KTA tidak seharusnya digunakan untuk kebutuhan yang tidak terlalu penting, apalagi konsumtif. Tidak disarankan untuk membeli mobil baru, produk branded, dan liburan yang kurang perlu.

Pinjaman sebaiknya untuk kebutuhan mendesak, seperti renovasi rumah, biaya pendidikan, rumah sakit, dan lain sebagainya. Hal yang paling cocok, kalau dimanfaatkan sebagai tambahan modal usaha agar mampu meraih keuntungan yang lebih menjanjikan sekaligus memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melunasi cicilan.

Selain memahami karakter dan tujuan, nasabah juga harus mengetahui pasti kondisi keuangannya saat ini dan di masa mendatang. Sebab, cicilan dari pinjaman tetap akan menjadi beban utang yang harus dibayarkan tagihannya setiap bulannya. Jangan sampai beban cicilannya terlalu besar, menyebabkan harus menggerus pos pengeluaran lainnya. Sebagai rumus baku, untuk batas aman, beban cicilan dan utang lain yang dimiliki harus dipastikan tidak lebih dari 30 persen dari total pendapatan.

Langkah bijak lainnya adalah mengajukan nominal seperlunya dengan merinci secara detail kebutuhan dana yang diperlukan. Setelah menerima dan memanfaatkan pinjaman, nasabah harus disiplin membayar cicilan dengan rutin dan tepat waktu agar terhindar dari penalti. Kalau kondisi keuangan lebih baik, nasabah pun bisa melakukan pelunasan lebih cepat untuk mengurangi beban pikiran.

Quick credit maupun KTA sejatinya merupakan produk keuangan yang dapat menjadi solusi mendapatkan bantuan dana tunai untuk berbagai keperluan, sehingga nasabah harus memanfaatkannya secara cermat dan bijak. Layanan bank digital kini jadi pilihan nasabah yang bijak dan literat sebagai solusi finansial mereka.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top