Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ethnic and Harmony

Musik dan Busana dalam Balutan Budaya Indonesia

Foto : dok. Muffest
A   A   A   Pengaturan Font

Budaya merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan yang kerap kali dianggap sebelah mata. Terlebih, saat ini manusia tengah berada di era teknologi yang mendominasi pada hampir segala aspek kehidupan.

Tidak ingin menjadi bangsa yang melupakan budayanya sendiri, dua perempuan muda dan hebat, Hetty Sinaga dan Harni Harun mengadakan pergelaran bertajuk Ethnic and Harmony yang diselenggarakan di Union Space, Jakarta, pekan lalu. Even tersebut hadir untuk memberikan wadah bagi masyarakat dan talenta berbakat Indonesia dalam mengeksplorasi budaya Nusantara.

"Jadi, ini merupakan konsep gabungan kesenian antara musik, tari dan pagelaran busana Nusantara. Ini baru saja terbentuk dan menjadi awalan dalam mengapresiasi budaya bangsa," tutur Harni mengenai kegiatan tersebut.

Ia mengharapkan dengan diadakannya pergelaran tersebut dapat memupuk kesadaran masyarakat untuk terus melestarikan budaya Indonesia yang sudah memudar. Serta, tetap konsisten mempertahankan budaya sendiri.

Dikatakan Harni, Ethnic and Harmony ini diambil karena budaya Indonesia yang kaya dan sangat otentik. Yang rasanya sayang jika dibiarkan begitu saja tanpa terus dilestarikan oleh generasi penerus. "Harmoni itu tercipta dari kolaborasi seni Nusantara, mulai dari lagu, musik Nusantara hingga pergelaran busana. Apalagi kain-kain Indonesia banyak sekali. Makanya ingin terus mengeksplorasi biar bisa terus dilestarikan," ceritanya.

Pada pergelaran ini melibatkan beberapa desainer lainnya yang ikut turut andil menampilkan koleksi busana mereka yang terinspirasi dan menggunakan kain-kain Nusantara. Ada Rajib, Corrie Kastubi, Yongki Suardi, Manurung Songket, Harni Harun, Nandhia Saubari, Yongki Batik, serta Hesty Sinaga yang menjadi bintang pada Ethnic and Harmony.

Hetty tidak hanya membawakan busana rancangannya, melainkan juga menyanyikan lagu-lagu tradisional Indonesia. Selain menghibur para hadirin, sekaligus memperkenalkan keragaman yang dimiliki bangsa ini.

Rajib menampilkan koleksi batik sulam. Biasanya batik dilakukan menggunakan teknik tulis, cap atau dicetak, Rajib melakukannya dengan cara berbeda, yaitu dengan menyulamnya pada kain tenun sutra. Tidak hanya menambah estetik pada kain dan busana yang diciptakannya, karya batik sulam ini juga membuat kain batik yang identik dengan sesuatu yang tradisional mampu terlihat modern dan sangat kekinian.

Harni Harun sendiri membawakan koleksi lamanya yang terinspirasi dari Lombok. Ia mengeksplorasi baju-baju tradisional Lombok beserta pakem-pakemnya dan meraciknya menjadi busana modern dan dapat dipakai sehari-hari. Di samping itu, dengan menggunakan kain tenun Lombok, ia menjadikan busana apik yang mengusung kearifan lokal, namun tetap mengikuti zaman.

Sementara Hetty Sinaga memadukan segala jenis kain Nusantara, mulai dari kain batik, tenun, hingga songket dalam penampilannya kali ini. Ini karena ia ingin menampilkan beragam jenis kain yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga para hadirin yang datang dapat mengetahui dan terinspirasi dengan banyaknya kain yang dimiliki oleh Indonesia. "Ini adalah wadah untuk menarik anak-anak generasi sekarang agar mengambil bagian bersama-sama dengan pemerintah dalam melestarikan budaya kita," kata Hetty. gma/R-1

Kiblat Fesyen Dunia

Indonesia yang memegang peranan penting dalam perkembangan fashion muslim global kembali mengadakan perhelatan Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest). Di tahun ketiganya ini, Muffest menjadi salah satu langkah pihak swasta yang berkolaborasi dengan pemerintah dalam memajukan industri fashion muslim Indonesia, serta mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia.

Tahun ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memfasilitasi Indonesia Trend Forecasting (ITF) dan melakukan sosialisasi ke seluruh daerah untuk membekali para pelaku usaha guna mempersiapkan produk yang akan ditampilkan di Muffest. Dengan kerja sama tersebut, diharapkan Indonesia mampu menciptakan tren fashion yang bisa diakui tidak hanya di dalam negeri, namun juga oleh dunia.

"Muffest diarahkan sebagai muara dari perkembangan terkini industri fashion muslim Indonesia, yang meliputi segi kualitas, kuantitas, inovasi bisnis, teknologi, hingga tren terkini. Perhelatan ini adalah upaya memperluas akses dan meningkatkan kompetensi produk fashion muslim Indonesia agar dapat menguasai pasar lokal sekaligus mampu bersaing di pasar global," jelas Ali Charisma, Ketua Indonesian Fashion Chamber.

Ia mengharapkan, dengan terselenggaranya Muffest dapat mewujudkan Indonesia sebagai destinasi pusat belanja, produksi hingga barometer tren fashion muslim global.

Muffest tahun ini menghadirkan exhibition dengan melibatkan sejumlah 400 peserta yang terbagi menjadi beberapa zona. Ada zona Tekstil untuk beragam jenis kain, Syar'i bagi yang mencari pakaian sesuai dengan syariat Islam, Menswear, Urban, Sport Wear, Leather hingga Ethnic.

Guna menunjang pameran, adapun pergelaran busana yang menampilkan karya lebih dari 100 desainer busana muslim. Mereka akan membawakan rancangan karyanya dengan beragam gaya dan ciri khasnya masing-masing, mulai dari gaya konvensional, kontemporer, hingga syar'i yang mengacu pada Indonesia Trend Forecasting 2019/2020 yang bertema Singularity.

Tema Singularity ini meliputi sub tema lainnya, yaitu Exuberant, Neo Medieval, Svarga dan Cortex. Deretan desainer yang mengacu pada Exuberant adalah Hannie Hananto, Lisa Fitria, Eugene Effectes, Defika Hanum dan Markamarie. Sementara Neo Medieval ada Irma Intan, Monika Jufry, Kursein Karzai, Ali Charisma dan Shajna by Lania Rakhmawati. Cortex dapat dilihat dari karya Risa Maharani, Raegita Zoro, Aldre, Andri Suta dan Kahfiati Kahdar.

Dan Svarga dibawakan oleh karya desainer Sofie, Deden Siswanto, Wening Angga, Mudrika Paradise serta Najua Yanti.

Adapun rangkaian acara lainnya, seperti talkshow, fashion presentation, photo contest, vlogger competition, influencer gathering hingga kompetisi Modest Young Designer Competition 2019 untuk menemukan talenta berbakat sebagai generasi penerus dalam industri fashion muslim Tanah Air.

"Bekraf ingin lebih mendorong talenta desainer fashion muslim berkualitas di Indonesia yang siap go global dengan mendukung penyelenggaraan Muffest ini," kata Joshua Simandjuntak, Deputi Pemasaran Bekraf.

Acara ini rencananya akan diselenggarakan pada 2 sampai 5 Mei 2019 mendatang di Assembly Hall, Jakarta Convetion Center, Jakarta. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top