Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mungkinkah Pengurangan Gas Rumah Kaca Terlaksana?

Foto : ISTIMEWA

Prof. Em. Dr. Azwar Maas, MSc. Pedolog, Faperta UGM

A   A   A   Pengaturan Font

  1. Pengembangan sumber energi dari sinar matahari, sebagai negara tropis peluang ini sangat besar karena matahari bersinar sepanjang tahun dan telah ada teknologi untuk penyerapan sinar matahari tersebut yang perlu dikemas lanjut agar lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan sumber energi fosil, pembuatan pabrik semen baru, dan pelestarian dan pengembangan biota perairan terumbu karang merupakan usaha yang memungkinkan pengurangan emisi rumah kaca dan peningkatan simpanan karbon fosil.
  2. Tidak melanjutkan pembukaan gambut dengan ketebalan lebih dari 3m sesuai dengan peraturan yang berlaku, terutama untuk gambut yang berkubah. Bagi yang terlanjur semestinya ada sistem pengelolaanya yang tidak memungkinkan lahan gambut tersebut terbakar, serta pembatasan waktu pemanfaatan untuk dikembalikan ke hutan alami.
  3. Pencegahan kebakaran gambut lebih utama daripada penanggulangannya, mengingat ketika gambut terbakar sudah meluas, akan sangat sulit memadamkannya dengan sumber air permukaan terdekat yang tersedia, maupun melalui pemadaman melalui udara. Karhutla selama ini dipermasalahkan sebagai pengeluaran emisi yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam rangka penyiapan lahan untuk budidaya, tetapi ada juga pembakaran untuk tujuan panen atau produksi (massal tobong gamping) yang sangat terkendali dan hanya di lingkungan sendiri, semestinya ini bukan karhutla yang dimaksudkan dalam aturan perundangan.
  4. Restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove agar lebih diintensifkan, terutama ekosistem gambut berbasis neraca air pada suatu Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di KHG tersebut. Untuk mangrove juga perlu ditingkatkan mengingat proses abrasi, rob, dan kesuburan wilayah lepas dapat kembali seperti sebelum rusaknya ekosistem mangrove ini. Hanya masih diragukan apakah benar simpanan karbon bawah permukaan hutan mangrove into lebih banyak daripada tajuk sampai system perakaran yang ada di atas lumpur laut. Mengingat bahan organik tanah akan mengalami disperlsi dan larut bila tersapu air laut, seperti halnya tanah gambut yang merupakan sisa bahan organik sukar lapuk, bila terkena abrasi atau rob, masuk ke dalam air laut akan larut, bukan mengendap di dasar laut seperti kejadian di tanah min

Semua hal yang disebutkan di atas hanya akan terlaksana bila ada kemauan dari semua para pihak, baik dari penguasa (legistlatif, eksekutif, dan yudikatif), pemegang hak dan masyarakat yang intinya tidak mendurhakai alam yang punya daya sangga. Jaga daya sangga alam, alam akan jaga kita.

Yogyakarta, Agustus 2021

Prof. Em. Dr. Azwar Maas, MSc.
Pedolog, Faperta UGM

Komentar

Komentar
()

Top