Mitos sebagai Makam Kertanegara
Lalu datas sumuran itu didirikan arca perwujudan raja yang bentuknya disesuaikan dengan agama yang dianut sang raja Siwa Buddha. Kepercayaan yang dianut raja merupakan titisan dewa. Oleh karenanya ketika meninggal akan kembali ke dewa penitisnya.
Sebagai raja yang telah meninggal, rakyatnya tetap dapat berhubungan dengan raja melalui media bangunan suci yang dikenal sebagai candi termasuk Candi Jawi. Selain sebagai tempat suci untuk sembahyang candi juga berfungsi sebagai bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh dari raja.
Apabila rakyat ingin mengadakan interaksi dengan raja, diadakan upacara pemujaan di candi. Dengan berputar mengelilingi candi searah jarum jam atau berlawanan jarum jam, harapannya patung dewa yang ada dalam candi akan "hidup" karena arwah sang raja turun dari kahyangan dan hadir dalam upacara.
Namun pendapat candi sebagai tempat makam, ditolak oleh Soekmono salah satu arkeolog dari Indonesia dan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada 1971-1983. Berdasarkan pengalamannya bangunan suci itu tidak pernah menjadi tempat meletakkan abu jenazah raja.
Baginya tidak ada bukti di dalam peripih ada abu jenazah, tidak terkecuali di Candi Jawi. Pasalnya dalam agama Hindu mayatnya dibakar dan abunya dihanyutkan (dilarung) ke laut atau sungai, sehingga kebiasaan menyimpan sebagian atau seluruh abu jenazah di candi atau pura tidak pernah ditemukan. hay/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya