Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Migrasi Orang Arya untuk Mencari Penghidupan yang Lebih Baik

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Gobineau menjadi pengagum berat komposer Jerman Richard Wagner (l. 1813-1883 M) yang, dia temukan, telah membaca bukunya dan juga mengaguminya. Gobineau menjadi anggota Lingkaran Bayreuth Wagner dan begitu pula penggemar Wagner lainnya dan rasis yang bersemangat, Houston Stewart Chamberlain, yang pada akhirnya akan menjadi menantu Wagner.

Chamberlain selanjutnya mengasosiasikan Arya dengan etnisitas dalam karyanya, mengklaim bahwa orang Kaukasia telah membangun semua peradaban besar di dunia. Pandangan ini umumnya dikutip sebagai kontribusi terhadap perumusan Teori Invasi Arya dan, mungkin, memang demikian, tetapi jika demikian, tampaknya Max Muller tidak disengaja.

Asosiasi arya sebagai superioritas berkulit terang (Kaukasia), hanya setelah para sarjana Eropa Barat mulai menerjemahkan. Mereka sering salah menafsirkan, teks-teks Sanskerta pada abad ke-18 dan lebih luas lagi pada abad ke-19 Masehi.

Teori telah dikemukakan sebelumnya mengenai korelasi antara bahasa Sanskerta dan bahasa Eropa, tetapi konsep ini dipopulerkan oleh ahli filologi Anglo-Welsh Sir William Jones (1746-1794 M) pada 1786 M yang mengklaim ada sumber umum untuk bahasa-bahasa ini yang dia menyebut Proto-Indo-Eropa.

Klaim Jones mengilhami penulis kemudian untuk mengidentifikasi sumber umum ini dan mendorong elit Prancis Joseph Arthur de Gobineau (l. 1816-1882 M) untuk mengembangkan teori rasis tentang "Darah Arya" dan Supremasi Kulit Putih yang akan dipopulerkan di Jerman melalui karya-karya Houston Stewart Chamberlain (l. 1855-1927 M).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top