
Merefleksi Diri dengan Cara Berbeda
Salah satu adegan film yang berjudul Kenapa Harus Bule? produksi Viu, sebuah layanan video OTT di Indonesia. Film tersebut bercerita tentang pencarian cinta seorang gadis Indonesia yang terobsesi mendapatakan jodoh pria bule.
Foto: istimewaUntuk memperingati Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret, Viu sebagai layanan video OTT di Asia meluncurkan sebuah film Viu Original pertama di Indonesia. Film tersebut berjudul Kenapa Harus Bule? yang merupakan sebuah komedi satir mengenai pencarian cinta seorang gadis Indonesia yang terobsesi mendapatkan jodoh pria bule.
Myra Suraryo selaku Head of Marketing and Ad Sales Viu Indonesia menjelaskan bahwa peluncuran film ini menjadi salah satu komitmen Viu untuk Indonesia dalam memberikan wadah bagi film maker muda Indonesia dan berbakat.
"Karena apa yang kita lihat di sini sebagai visi dan misi Viu sebagai wadah tempat orang Indonesia dan dunia mencari tayangan terbaik di Asia dan menjadikan wadah untuk anak-anak bangsa yang mempunyai talenta di dunia perfilman untuk berkreasi ide-idenya dan mewujudkannya," jelas Myra pada acara press conference film Kenapa Harus Bule? di Jakarta, beberapa saat lalu.
Film yang disutradarai oleh Andri Cung dan diproduseri Nia Dinata merupakan cerita unik tentang bagaimana perempuan modern Indonesia saat ini dapat menentukan sendiri masa depan mereka termasuk dalam memilih pasangan hidup.
"Jadi mengenai wanita Indonesia yang selalu berusaha menjadi sesuatu yang bukan dirinya untuk menyenangkan masyarakat. Kenapa tidak bangga dengan apa yang dimiliki sehingga tidak tercebur dengan keputusan-keputusan yang dipunyai," ujar Myra.
Ia menambahkah banyak persepsi yang kadang salah di masyarakat mengenai wanita usia 29 tahun harus segera menikah karena takut tidak laku, dan pria bule dianggap lebih bisa diandalkan dan menghormati wanita ketimbang pria lokal. Padahal hal tersebut salah dan dapat ditemukan pada film tersebut.
Tidak hanya dipenuhi dialog lucu dan cerdas yang menghibur, namun dapat juga menginspirasi penonton untuk merefleksi diri mereka masing- masing dengan cara yang berbeda. Myra menambahkan bahwa film ini adalah benar-benar film yang dicari oleh Viu, yang tidak hanya menyajikan tayangan berkualitas namun kaya akan pesan moral.
"Jadi tidak hanya sekedar film berkualitas, tetapi juga membawa sesuatu yang terjadi di kehidupan sehari-hari dan di sekitar kita serta membawa banyak pesan moral," tuturnya.
Film Kenapa Harus Bule? akan tayang serentak di seluruh bioskop di Indonesia mulai 22 Maret 2018.
Peluang bagi Sineas Muda
Di saat yang sama, Viu juga mengadakan sebuah acara bernama Viu Pitching Forum yang berlangsung pada 16 hingga 24 Maret 2018. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian roadshow diskusi tentang pembuatan serial film di beberapa kota di Indonesia, yaitu Tangerang, Jakarta, Makassar, Yogyakarta, dan Bandung. Diskusi ini melibatkan Nia Dinata, seorang sutradara dan produser terkemuka di Indonesia.
"Kami sangat bersemangat untuk terus menunjukan komitmen kami bagi industri perfilman Indonesia. Melalui Viu Pitching Forum, kami ingin memberikan kesempatan kepada para sineas berbakat Indonesia untuk mewujudkan proyek serial mereka menjadi nyata," jelas Myra.
Kegiatan ini diharapkan dapat menarik ratusan sineas muda berbakat Indonesia yang tertarik untuk belajar dan mendapatkan bimbingan dari para profesional dan berkesempatan dapat merealisasikan proyek serial yang mereka inginkan dan ditayangkan di Viu.
"Karena kami berkomitmen membawa hasil karya Indonesia ke internasional lewat Viu. Jadi nantinya tidak hanya akan tayang di Indonesia saja, tetapi juga di negara lain," jelas Myra.
Selain Nia Dinata, ada sederet nama terkemuka dalam industri perfilman Indonesia yang turut meramaikan acara Viu Pitching Forum. Ada Andri Cung, Aline Justria, Sammaria Simanjuntak, Lasja Susatyo, Lucky Kuswandi, dan Melissa Karim.
Viu Pitching Forum ini pun terbuka untuk umum sehingga siapa saja bisa ikut dan mengajukan proposal mengenai karya yang ingin direalisasikan melalui website www. dramabanget.com.
Myra menambahkan bahwa karya yang diajukan harus berupa sesuatu yang original dan masuk akal sehingga dapat diterima baik oleh khususnya masyarakat Indonesia. "Jadi harus original, sesuatu yang berbeda dari semua yang sudah ada saat ini. Tetapi juga harus masuk akal dan disukai masyarakat Indonesia," tutupnya.
Tidak Terkesan Menggurui dan Mendikte
Fenomena bule hunter atau pencari pasangan bule bukanlah hal yang baru. Bule hunter sudah ada sejak lama dan tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Hal inilah yang mendasari Andri Cung sebagai sutradara dan penulis naskah Kenapa Harus Bule? untuk mengangkat kisah tersebut ke layar bioskop. "Ini suatu fenomena yang ada di seluruh negara Asia Tenggara, tentang perempuan-perempuan yang mengejar bule dan belum ada yang mengangkat ceritanya," tutur Andri.
Awalnya ide cerita adalah lebih mengenai tentang bagaimana rasanya tinggal di dunia yang orang-orangnya semakin menghakimi atau menilai orang lain hanya karena melihat orang tersebut berbeda dari mayoritas yang ada di masyarakat.
"Jadi cenderung untuk menghakimi orang yang lihat dari bentuknya tanpa memahami diri yang sebenarnya bagaimana," ujar Andri. Ia bercerita, memiliki teman yang menginspirasi kisah tersebut dan kebetulan juga bertemu dengan teman yang ceritanya bisa dihubungkan dengan kepeduliannya pada isu tersebut.
Ia melakukan riset selama satu tahun dengan proses pengerjaan naskah sekitar sembilan bulan dengan mencari narasumber ke Bali untuk menulis tentang komunitas bule hunter yang ada di sana dan untuk mengetahui bagaimana kehidupan para bule hunter tersebut.
"Waktu itu juga saya sempat men-judge para bule hunter. Lalu saya mulai berpikir ada apa yang salah dengan mindset seperti itu," katanya.
Mengangkat isu sosial yang terjadi di masyarakat bukanlah perkara yang mudah. Andri sempat mengaku merasa takut jika penonton ini merasa terdikte dengan film yang ia sajikan. Maka dari itu, ia membalut film garapannya tersebut dengan unsur komedi.
"Makanya menjadi film satire komedi yang secara treatment-nya seperti apa yang dirasakan dengan masalah-masalah yang kita saling nge-judge satu sama lain," ungkapnya.
Selain itu, penggabungan karakter lucu yang dipegang kuat oleh kedua tokoh utamanya juga menampilkan sisi karakter yang kuat dan mendukung jalannya alur cerita dan memberikan pesan moral secara lugas tanpa terkesan dibuat-buat dan menggurui penonton.
- Baca Juga: Akhirnya.. BLACKPINK Umumkan Tanggal dan Lokasi Konser Tur Dunia
- Baca Juga: Apple Rilis iPhone 16e
gma/R-1
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 3 Penemuan Fosil Purba di Tiongkok Mengubah Sejarah Evolusi Burung
- 4 Persija Jakarta Kini Fokus Laga Lawan PSM Makassar
- 5 Harimau Memangsa Hewan Ternak Warga Mukomuko Bengkulu
Berita Terkini
-
Pertamina Perkuat Infrastruktur Energi di Indonesia Timur
-
Jangan Beri Ampun Pelaku Penyimpangan Impor. Itu Merugikan Negara. Harus Ditindak!
-
Menteri PKP: Pengembang akan Diaudit Agar MBR Dapat Rumah Berkualitas
-
Filipina, Jepang dan Malaysia Alami Darurat Pangan, Indonesia Harus Tingkatkan Level Kewaspadaan
-
KBRI: BIG Perkuat Distribusi Produk Indonesia di Australia