Menyusuri Kecantikan Mangrove di Tung Yee Peng
iliustrasi Tung Yee Peng mangrove
Foto: ??????????Komunitas di Tung Yee Peng, adalah sebuah komunitas kecil yang berakar pada tradisi dan lingkungan, yang bertugas untuk menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para Traveler. Di tengah hutan mangrove yang rimbun, sebuah perjalanan dengan perahu Pok Chun menawarkan ketenangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dengan setiap ayunan dayung yang lembut, suasana nan damai menyelimuti, seolah menjauhkan kita dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari The Independent, perjalanan menuju mangrove ini diawali dengan menyusuri klong (saluran air) yang semakin melebar, dan dikelilingi oleh pohon-pohon mangrove yang menjulang tinggi dengan daun-daun berkilau di bawah sinar matahari. Saat air surut, kita dapat melihat sistem akar mangrove yang rumit, seperti labirin yang terukir oleh waktu dan gelombang. Mangrove dikenal sebagai multitasker alami karena mereka melindungi garis pantai dari tsunami, menyediakan habitat bagi berbagai spesies akuatik, dan menyerap hingga empat kali lebih banyak karbon per acre dibandingkan hutan hujan tropis yang sudah matang. Sayangnya, ekosistem vital ini sedang menghadapi ancaman serius dengan kehilangan 35 persen di seluruh dunia dalam 60 tahun terakhir akibat aktivitas manusia.
Namun, Thailand kini berusaha mengubah kondisi tersebut. Beberapa tahun ke belakang, sekitar 494.000 acre hutan mangrove hilang, tetapi upaya konservasi dan restorasi yang lebih ketat baru-baru ini telah membantu mengurangi kerugian tersebut. Perahu Pok Chun, yang dulunya digunakan untuk mengangkut kayu mangrove ke pabrik arang, kini menjadi simbol pemulihan ekosistem. Sejak tahun 1989, penebangan hutan alami dilarang, dan perahu ini dihidupkan kembali sebagai bagian dari upaya pemulihan hutan yang terancam punah.
Perahu yang dipimpin oleh Bung Hab ini sangat berdiri kokoh di belakang perahu, seakan seorang yogi yang terampil. Di sekitar mereka, suasana dipenuhi dengan aroma lembap dari hujan monsun yang belum tiba, diiringi suara burung Brahminy kite yang melayang tinggi. Mangrove yang subur ini menyediakan tempat berkembang biak bagi berbagai ikan dan kerang, serta menjadi rumah bagi biawak dan berang-berang laut. Namun, sekumpulan monyet yang mengawasi dengan santai menjadi perhatian, lebih tertarik pada sesi perawatan sosial daripada keberadaan pengunjung.
Pengunjung mencapai ujung saluran yang memisahkan Koh Lanta Yai dari Koh Lanta Noi dan menemukan pohon mangrove terbesar yang pernah mereka lihat, yaitu Pokok Api. Dari satu sudut, batangnya yang tertutup barnacles tampak seperti kepala anjing laut, ini jelas menambah keindahan pemandangan alam. Ketika menikmati tempat ini, akan terasa lebih syahdu apabila kita menikmati makanan ringan khas Thailand serta teh Lampeng yang menyegarkan.
Sekarang, 150 keluarga terlibat dalam proyek ini dan merasakan manfaatnya. Mereka memiliki pemandu, kapten, dan toko yang menyuplai makanan lokal. Dengan cara ini, mereka tidak perlu pergi jauh untuk bekerja, dan mereka memiliki waktu untuk berkumpul sebagai keluarga.
Pengalaman yang didapatkan dari tempat ini akan mengingatkan pengunjung tentang pentingnya menjaga hubungan dengan alam dan komunitas. Tung Yee Peng bukan hanya tempat untuk menjelajahi keindahan mangrove, tetapi juga contoh bagaimana pariwisata dapat berkontribusi pada pemulihan lingkungan dan penguatan komunitas.
Berita Trending
- 1 Mai Hang Food Festival Jadi Ajang Promosi Kuliner Lokal Labuan Bajo
- 2 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 3 Otorita Labuan Bajo: Mai Hang Food ajang promosi kuliner lokal
- 4 Gelar Graduation Development Program Singapore 2024, MTM Fasilitasi Masa Depan Lebih Baik untuk Pekerja Migran
- 5 Natal Membangun Persaudaraan