Menyaksikan 'Terbelahnya Lautan' di Pantai Lariti
Foto: IstimewaMasyarakat Pulau Sumbawa saat ini menjadikan Pantai Lariti menjadi tujuan wisata pada akhir pekan. Di sini saat laut surut, pelancong bisa menyaksikan keajaiban berupa daratan yang membelah lautan.
Salah satu kisah yang paling hebat dalam sejarah terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa. Ia melakukannya untuk menyeberang laut tersebut ketika terdesak oleh pasukan Firaun dari Mesir.
Fenomena terbelahnya laut bukan hanya dapat didengar dari kisah Nabi Musa. Di ujung timur Pulau Sumbawa tepatnya di Pantai Lariti, semua orang bisa melihat pemandangan berupa "terbelahnya" lautan oleh daratan saat laut surut.
Fenomena laut yang terbelah oleh dapat dijumpai di Pantai Lariti yang berada di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Fenomena ini di Pantai Lariti sebenarnya bukan hanya di satu tempat namun di dua tempat yaitu antara Pulau Sumbawa dengan Nisa Pualiman dan Pulau Sumbawa dengan Nisa Wontu.
Nisa dalam bahasa suku Bima artinya sama dengan nusa atau pulau.
Di antara keduanya, Nisa Pualiman lebih populer karena lebih mudah diakses. Lokasinya tepat di keramaian Pantai Lariti yang posisinya berada di sebuah teluk yang luas, membentuk gugusan pantai-pantai cantik yang saling terpisah.
Terbelahnya laut di Pantai Lariti terjadi ketika air laut surut. Oleh karenanya jika wisatawan datang ketika laut pasang perlu bersabar untuk menunggunya hingga muncul daratan yang menghubungkan dengan Nisa Pualiman dan Nisa Wontu.
"Jembatan darat" yang terbentuk dari endapan pasir pantai dan terumbu karang yang mati ini memiliki panjang 150 meter dari bibir Pantai Lariti. Sedangkan lebarnya antara 7-8 meter.
Daratan yang menghubungkan dua pulau tersebut sebenarnya merupakan fenomena geologi yang disebut dengan gosong pasir. Definisinya adalah bentukan daratan yang terkurung atau menjorok pada suatu perairan.
Gosong biasa terbentuk dari pasir, geluh (tanah yang mengandung sama banyak pasir, debu, dan lempung, sehingga terasa agak licin dan liat) atau kerikil. Bentukan geografi ini terjadi akibat adanya aliran dangkal dan sempit sehingga memungkinkan pengendapan material ringan dan mengarah pada pendangkalan tubuh air.
Pembentukan gosong bukan hanya di laut maupun danau saja. Daerah muara dan perairan dangkal seperti pantai-pantai di Laut Jawa juga banyak memiliki gosong. Bentuknya umumnya memanjang dengan ukuran beberapa meter hingga ratusan kilometer sehingga dapat membentuk "penghalang" pantai.
Gosong yang terbentuk kemudian terlihat ketika air laut surut oleh perubahan periodik tinggi rendahnya permukaan laut yang terjadi sebagai respons terhadap gaya tarik gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari. Gaya tarik ini menciptakan gelombang air yang menyebabkan naik-turunnya permukaan laut.
Di Pantai Lariti, surutnya air laut terjadi dari jam 10.00 hingga 16.00 WITA. Terbelahnya lautan akan hilang dengan sendirinya jika air laut kembali normal dan pemandangan yang unik inilah yang yang menarik minat para pengunjung untuk datang.
Pelancong dari pagi sampai sore datang ke tempat ini untuk menikmati peristiwa yang terjadi. Dengan sabar pengunjung menunggu hingga laut laut pasang menenggelamkan gosong pasir yang membuatnya tak tampak lagi.
Meski fenomenal, Pantai Lariti baru mulai viral dan dikenal oleh banyak orang sekitar tahun 2014. Pada saat itu pemerintah pun mulai mengembangkan Pantai Lariti ini agar bisa digunakan sebagai tempat wisata alam yang bisa dinikmati oleh siapa saja.
Wisatawan Mancanegara
Saat ini Pantai Lariti tak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal saja karena sudah banyak wisatawan dari mancanegara yang datang jauh-jauh dari negara asalnya untuk menikmati fenomena laut terbelah serta berjuta keindahan yang ada di Pantai Lariti ini.
Pantai Lariti berjarak 54,1 kilometer dari pusat kota Kabupaten Bima dengan waktu tempuh 1 jam 32 menit. Dari pusat kota ini, perjalanan diarahkan ke Kecamatan Sape, sebuah kota kecil yang dikenal dengan fasilitas penyeberangan laut yaitu Pelabuhan Sape, yang melayani rute pelayaran Pelabuhan Labuan Bajo di Pulau Flores dan Pelabuhan Waingapu, di Pulau Sumba.
Dari Kecamatan Sape perjalanan menuju wisata Pantai Lariti ini bisa ditempuh menggunakan jalur darat pada jarak 5,9 kilometer dengan waktu tempuh hanya 14 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Jika para wisatawan ingin mencoba pengalaman baru, bisa menggunakan transportasi laut yaitu menggunakan sampan dari Pelabuhan Sape menuju Pantai Lariti. Waktu yang ditempuh kira-kira 30 menit. Jalur laut ini menawarkan pemandangan wisata pantai yang sangat indah dan juga perbukitan hijau.
Setelah sampai di pintu gerbang, wisatawan akan diminta untuk membayar tiket sebesar 5.000 rupiah untuk per orang. Kelebihannya harga tiket ini sudah termasuk biaya parkir motor maupun mobil, selama jam operasional berlangsung yaitu dari jam 07.00 hingga 17.00 WITA.
Selain menikmati fenomena laut terbelah, pantai ini juga menawarkan berbagai aktivitas menarik lainnya. Pengunjung dapat berenang,snorkeling, menyelam, atau hanya sekadar bermain air di laut yang jernih di dekat bibir pantai.
Pengunjung baik anak-anak hingga orang dewasa bisa mandi di pantai ini sepuasnya tanpa ancaman bahaya ombak. Selain itu Pantai Lariti juga memiliki air laut yang sangat jernih sehingga akan sangat menyenangkan jika mandi di pantai yang unik ini.
Di samping mandi di laut, para pengunjung juga bisa menikmati wisata pantai ini dengan mengabadikan foto pada spot-spot yang telah dibangun oleh pemerintah daerah. Ada pula fasilitas ayunan dengan bertuliskan Pantai Lariti yang disediakan untuk berfoto.
Selain menikmati gosong pasirnya, para wisatawan juga bisa menemukan banyak biota laut yang sangat unik seperti terumbu karang, bintang laut dan masih banyak lagi. Perlu berhati-hati saat melangkah karena di pantai ini juga terdapat bulu babi.
Fasilitas yang disediakan lainnya musala, kamar mandi dan tempat ganti pakaian, gazebo yang tersedia dengan gratis. Terdapat juga beberapa kursi panjang yang bisa digunakan untuk berjemur ataupun untuk sekedar duduk-duduk.
Jika perut sudah lapar di sini terdapat banyak pedagang yang menjual ikan bakar serta makanan lainnya. Untuk menyegarkan tenggorokan terdapat penjual es kelapa, sehingga para pengunjung bisa menikmati keindahan Pantai Lariti ini dengan meminum es kelapa yang sangat segar. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Terapkan SDGs, Perusahaan Ini Konsisten Wujudkan Sustainability Action Plan
- 5 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final