Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menteri PPPA: Kekerasan di Pesantren Jangan Digeneralisasi

Foto : istimewa

Kementerjan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Roadshow di Pondok Pesantren serta Deklarasi Moderasi Pesantren Ramah Anak di beberapa pesantren.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menyoroti bahwa belakangan isu-isu kekerasan di satuan pendidikan termasuk pesantren cukup marak terjadi. Menurutnya, kasus-kasus tersebut jangan digenereralisasi.

"Belakangan isu kekerasan menimpa beberapa pesantren. Memang tidak boleh kita generalisasi, banyak pesantren-pesantren dan santri-santri yang bagus yang melahirkan alumni yang luar biasa," ujar Bintang, dalam keterangannya, Selasa (10/10).

Untuk mencegah kejadian serupa, pihaknya mendorong melalui program Pesantren Ramah Anak. Program tersebut merupakan komitmen nyata untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan para santri dengan segala potensi dan keunikannya.

Bintang berharap, pihaknya juga bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Roadshow di Pondok Pesantren. Deklarasi Moderasi Pesantren Ramah Anak di beberapa pesantren. Dia berharap program-program tersebut dapat mendorong pesantren sebagai ruang yang aman dan nyaman.

"Deklarasi (pesantren ramah anak) ini tidak hanya dihafal atau diucapkan saja, mari tanamkan dalam hati untuk diimplementasikan dalam kehidupan di pesantren dan lingkungan sekitar," jelasnya.

Dia menyebut, pesantren ramah anak dan anti kekerasan amat berkontribusi dalam mewujudkan SDM Indonesia berkualitas. Satuan pendidikan, kata dia, harus ramah anak dan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.

Bintang menambahkan, berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2022/2023, ada lebih dari 39.000 pesantren di Indonesia. Dia mengajak seluruh pihak, termasuk para santri, untuk terus membangun sinergi kolaborasi bersama dalam menyelesaikan hulu isu kekerasan di pesantren melalui tindakan-tindakan pencegahan.

"Saya berharap para santri bisa menjadi agen perubahan sebagai pelopor dan pelapor. Sebagai pelopor menjadi inspirasi bagi teman sebaya sebagai agen perubahan yang positif, anak-anak berkualitas, tidak hanya pintar tapi berkarakter, sehat mental dan spiritual," tandasnya.

Sekretaris Jendral MUI, Amir Syah mengajak seluruh pihak di pondok pesantren agar menumbuhkan kasih sayang, kelembutan, perkataan yang menyenangkan dan menentramkan. Jangan sampai ada perkataan yang memprovokasi, adu domba, apalagi perkataan yang melecehkan dan memfitnah.

"Bagi para santri-santri seluruh Indonesia, stop bully, kekerasan, pelecehan seksual. Tidak ada tempat untuk perundungan, kekerasan dan pelecehan di pondok pesantren yang ada hanya tempat untuk kasih sayang. Tidak ada tempat untuk tindakan dan kata-kata yang melecehkan dan memfitnah," tegasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top