Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Menteri ESDM Tegaskan Komitmen RI Akselerasi Transisi Energi hingga 2023 dalam Pertemuan IRENA

Foto : ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (tengah) bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya (kiri) dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (kanan) mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/11/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menekankan keberlanjutan transisi energi global saat menghadiri pertemuan International Renewable Energy Agency (IRENA) di Abu Dhabi, UEA, Sabtu (14/1).

"Ini langkah nyata untuk menuju Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat sekaligus sebagai dukungan Indonesia pada United Nations Climate Conference COP28 untuk memastikan program yang sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan," kata Arifin dikutip dari laman resmi esdm.go.id yang dipantau pada Senin (16/1).

Sebagai Vice President of Assembly pada pertemuan tersebut, Arifin menyampaikan komitmen Indonesia mengakselerasi transisi energi hingga 2023.

Berbagai upaya sedang dilakukan mulai dari program percepatan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengakhiran operasional lebih dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), cofiring biomassa pada PLTU, program mandatori biodiesel 30 persen, dan pengembangan jaringan listrik supergrid.

Lebih lanjut, kata dia, Pemerintah Indonesia juga tengah menyiapkan beragam payung hukum untuk memberikan kepastian usaha yang kondusif di sektor EBT sehingga mampu meningkatkan utilisasi pengembangan industri EBT dan perekonomian nasional.

Dalam pertemuan itu, Arifin juga sempat menyinggung peran Asia Tenggara dalam mewujudkan percepatan transisi energi. Salah satu langkah agresif dilakukan melalui pengembangan inovasi teknologi rendah karbon dan pendanaan yang besar.

"Menurut laporan IRENA, pada 2050 ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar 29,4 triliun dolar AS termasuk untuk biaya bahan bakar, operasi, dan pemeliharaan serta skenario biaya pembiayaan dengan 100 persen energi terbarukan," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera mengatakan peran besar kerja sama internasional dalam menyukseskan transisi energi. Upaya itu, kata dia, harus dipercepat sambil memastikan bahwa manfaat tersebar merata di seluruh negara dan komunitas.

"Kerja sama internasional akan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa semua negara memiliki kesempatan untuk mempercepat penyebaran teknologi dan mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Keanggotaan IRENA menawarkan platform unik untuk mendorong agenda energi global di COP28 dan seterusnya," ucap Francesco.

Pertemuan IRENA kali ini dipimpin oleh Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera bersama Menteri Power and New and Renewable Energy India sebagai President of the 13th Assembly dengan tema "World Energy Transitions-The Global Stocktake" dan dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota IRENA serta organisasi mitra kerja sama di bidang pembangunan.

Pada pertemuan tersebut, Indonesia menjadi Vice President of the Assembly bersama dengan Zimbabwe, Belgia, dan Uruguay.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top