Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjelajahi Pendidikan 'Rasa' Plato

A   A   A   Pengaturan Font

Gaya pendidikan Indonesia seperti ini, seolah ilmu dapat ditransfer secara cepat dan mudah dari kepala pendidik ke kepala murid, menciptakan generasi penghafal dan pencontek. Generasi copy paste yang gampang menyebarkan hoax. Merkea pengahafal 'ayat-ayat suci' yang jatuh pada simbolisme dan ritualisme, tanpa tahu esensinya. Di titik inilah pendidikan Indonesia perlu dikritisi dengan bertolak dari pemikiran Plato tentang pendidikan sebagai sensibilitas. Bila anak-anak tidak dilatih mencintai dan menyukai keindahan dan kebenaran, wajar jauh dari itu (hlm 24).

Memang Plato sendiri tidak menciptakan "kurikulum" pendidikan secara sistematis seperti sekarang. Namun, dari beberapa pemikirannya dapat dilihat, pendidikan penting bagi kebaikan suatu negara (polis). Dalam buku Paideia, Plato menempatkan idealisme "elok dan baik" sebagai horizon tertinggi menjadi manusia.

Mendidik berarti membentuk generasi agar menjadi manusia bermoral dan intelek. Dari sini diharapkan suatu negara dipegang pemimpin yang baik juga, dalam moral dan intelektual. Bagi Plato, pemimpin sejati dilatih dan terus melatih diri lewat pendidikan. Para calon pemimpin harus disiapkan sedemikian rupa menjadi orang baik dan tidak korup. Hal ini hanya mungkin jika sejak dini sarana pendidikan berbentuk musik dan gimnastik diberikan dengan seksama guna mengarahkan sensibilitas kepada hal yang baik dan indah (hlm 280).

Buku Paidea hendak menawarkan salah satu filsafat pendidikan yang penting dalam sejarah pemikiran dan humanis di Eropa. Plato, filsuf besar Yunani Kuno memberi ide-ide segar cara mengubah masyarakat melalui pendidikan. Kendati berasal dari abad kelima sebelum Masehi, intuisinya masih sangat relevan untuk zaman now.

Diresensi Remigius Taolin, Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta

Komentar

Komentar
()

Top