Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjelajahi Pendidikan 'Rasa' Plato

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Paideia

Penulis : A Setyo Wibowo

Penerbit : Kanisius

Cetakan : 2017

Tebal : 308 Halaman

ISBN : 978-979-21-5147-3

Konteks pemikiran Plato ditandai dengan sistem pemerintahan negara polis Athena yang kacau. Demokrasi yang tadinya menjunjung tinggi kebebasan dan keadilan justru menjadi anarkis dan korup. Realitas demikian dilihatnya akibat kesalahan pendidikan, khususnya anak-anak muda Athena.

Plato melihat pendidikan sebagai usaha merawat dan membudayakan jiwa. Jiwa bukanlah sesuatu yang sudah jadi. Dia plastis, bisa bergerak, dan berubah sesuai dengan objek serta model yang diberikan padanya. Maka, pendidikan dengan proses imitasi (meniru, mencontoh) menjadi amat penting. Orientasi yang diberikan kepada jiwa menjadi kunci keberhasilan pendidikan anak (hlm 51-58)

Ada dua tahap mendidik. Usia dini (sensibilitas prarasional) dan pradewasa (gimnastik). Anak didik pada usia dini dibiasakan mendengarkan mitos-mitos, tetapi yang bernilai baik dan benar. Selain itu, anak didik juga dibiasakan mencintai seni (puisi, syair, teater, dan musik) agar jiwa diarahkan pada keindahan dan kebaikan. Selanjutnya, pada tahap pradewasa anak didik dilatih merawat tubuhnya (gimnastik), tetapi bukan pertama-tama agar menjadi atlet. Gimnastik tidak menjadi tujuan pada dirinya, sebab yang paling penting jiwanya. Dalam latihan fisik, anak dilatih untuk diet makan dan pengendalian diri menghadapi rasa sakit atau situasi tak mengenakkan (hlm 78-94).

Intuisi pendidikan Plato sebetulnya sederhana, dimulai dari pendidikan 'rasa merasa.' Persis inilah yang justru diabaikan dalam konteks Indonesia. Anak-anak Indonesia sejak SD sudah dijejali kurikulum berat dan melebihi kewajaran. Anak-anak diperlakukan seperti hard disk kosong yang harus segera diisi berbagai fitur program. Pengandaiannya, semakin banyak tahu ilmu, semakin cepat pintar, dan semakin cepat membuat generasi bangsa maju. Belum lagi, anak-anak dibebankan kursus-kursus, sehingga mengidap penyakit school refusal, yang menolak sekolah dan menjadi depresi serta loyo (hlm 22).

Gaya pendidikan Indonesia seperti ini, seolah ilmu dapat ditransfer secara cepat dan mudah dari kepala pendidik ke kepala murid, menciptakan generasi penghafal dan pencontek. Generasi copy paste yang gampang menyebarkan hoax. Merkea pengahafal 'ayat-ayat suci' yang jatuh pada simbolisme dan ritualisme, tanpa tahu esensinya. Di titik inilah pendidikan Indonesia perlu dikritisi dengan bertolak dari pemikiran Plato tentang pendidikan sebagai sensibilitas. Bila anak-anak tidak dilatih mencintai dan menyukai keindahan dan kebenaran, wajar jauh dari itu (hlm 24).

Memang Plato sendiri tidak menciptakan "kurikulum" pendidikan secara sistematis seperti sekarang. Namun, dari beberapa pemikirannya dapat dilihat, pendidikan penting bagi kebaikan suatu negara (polis). Dalam buku Paideia, Plato menempatkan idealisme "elok dan baik" sebagai horizon tertinggi menjadi manusia.

Mendidik berarti membentuk generasi agar menjadi manusia bermoral dan intelek. Dari sini diharapkan suatu negara dipegang pemimpin yang baik juga, dalam moral dan intelektual. Bagi Plato, pemimpin sejati dilatih dan terus melatih diri lewat pendidikan. Para calon pemimpin harus disiapkan sedemikian rupa menjadi orang baik dan tidak korup. Hal ini hanya mungkin jika sejak dini sarana pendidikan berbentuk musik dan gimnastik diberikan dengan seksama guna mengarahkan sensibilitas kepada hal yang baik dan indah (hlm 280).

Baca Juga :
Olahraga dan Politik

Buku Paidea hendak menawarkan salah satu filsafat pendidikan yang penting dalam sejarah pemikiran dan humanis di Eropa. Plato, filsuf besar Yunani Kuno memberi ide-ide segar cara mengubah masyarakat melalui pendidikan. Kendati berasal dari abad kelima sebelum Masehi, intuisinya masih sangat relevan untuk zaman now.

Diresensi Remigius Taolin, Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta

Komentar

Komentar
()

Top