Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Festival Budaya Majapahit

Menjaga Tradisi dan Sejarah Majapahit

Foto : dok. Festival Budaya Majapahit
A   A   A   Pengaturan Font

Sekitar seribu orang penari Mayang Rontek mewarnai Festival Budaya Majapahit dalam rangka memperingati Hari Jadi ke 726 Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, yang digelar di lapangan Desa Trowulan, Mojokerto, Minggu (5/5).

Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi di Mojokerto, mengatakan, Festival Pawai Budaya Majapahit bertema Banjaran Majapahit dengan dimeriahkan Pagelaran Seribu Penari Mayang Rontek.

"Pawai dimeriahkan suguhan seribu penari Mayang Rontek, dan drama tari bertema Majapahit, yang diikuti 18 kecamatan," katanya.

Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berjanji akan terus mendukung agenda tahunan ini hingga kancah yang lebih tinggi.

"Pemkab Mojokerto akan terus mendukung sarana dan prasarana sebagai bentuk komitmen pelestarian warisan budaya," katanya.

Menurutnya, kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan setiap tahunnya supaya bisa terus berkembang dan juga dikenal masyarakat luas.

"Semoga kegiatan ini makin besar dari tahun ke tahun, sehingga bisa masuk kategori culture tourism dalam kalender wisata nasional bahkan internasional," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Djoko Widjayanto, Kadis Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto mengatakan jika acara ini digelar sebagai upaya menjaga dan melestarikan sejarah Majapahit.

"Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaga tradisi dan sejarah Majapahit," katanya.

Ia menambahkan, terdapat 18 Kecamatan yang menyuguhkan cerita tentang budaya Majapahit, seperti dari Kecamatan Jetis dengan judul Babat Tarik, Kecamatan Trowulan dengan Penobatan Raden Wijaya, Kecamatan Kemlagi dengan Tuntut Balas Pasukan Cina, Kecamatan Dlanggu dengan Takhta Jayanegara, Kecamatan Sooko dengan Persekongkolan Darma Putra, Kecamatan Trawas dengan Pemberontakan Rakuti, Kecamatan Jatirejo dengan Pelarian Jayanegara, Kecamatan Pungging dengan Pramita Bedander, Kecamatan Gondang dengan Siasat Ratanca.

"Kemudian Kecamatan Puri dengan Penobatan Tribuana, Kecamatan Gedeg dengan Sumpah Palapa, Kecamatan Pacet dengan Nusantara Bersatu, Kecamatan Dawarblandong dengan Peristiwa Padjajaran, Kecamatan Mojosari dengan Pelarian Gajah Mada, Kecamatan Bangsal dengan Islam Masuk Majapahit, Kecamatan Mojoanyar dengan Brawijaya Paras, Kecamatan Kutorejo dengan Pelarian Brawijaya, dan Kecamatan Ngoro dengan Bangkitnya Majapahit," katanya.

Selain dihadiri Pungkasiadi, juga dihadiri, Wakil Ketua TP PKK Yayuk Pungkasiadi, Ketua DPRD Ismail Pribadi, Sekdakab Herry Suwito, Danrem 082/ CPYJ Kolonel Arm Ruly Candrayadi, Dandim 0815 Letkol Kav Hermawan Weharima, Wakil Walikota Mojokerto Ahmad Rizal Zakaria, Kepala Kejari Kabupaten Mojokerto Rudy Hartono, Kapolresta Mojokerto AKBP Sigit Dany Setiyono. pur/R-1

Mengenang Majapahit

Pagelaran tari dan drama teatrikal dari 18 kecamatan ini mengisahkan proses berdirinya Majapahit, masa keemasan hingga runtuhnya Majapahit.

Kirab budaya Majapahit ini memilih lokasi yang tak lazim, yakni di tanah kas Desa Trowulan, tepatnya di depan Museum Majapahit. Lahan seluas 1,7 hektare itu telah diuruk setinggi satu meter dari permukaan jalan untuk pusat oleh-oleh khas Trowulan. Namun, rencana pembangunan dihentikan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim lantaran tak mengantongi izin.

Kendati begitu, di bawah terik matahari dan debu yang bertebaran, kirab budaya ini berlangsung meriah. Sebanyak 18 kecamatan menyuguhkan kreativitas masing-masing berupa drama teatrikal diselingi tarian tradisional yang mengisahkan berbagai peristiwa bersejarah mulai berdirinya Majapahit, masa keemasan, hingga runtuhnya Majapahit.

Seperti Kecamatan Mojosari yang menampilkan drama teatrikal berkisah penobatan Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit. Disusul Kecamatan Pacet yang mengangkat kisah puncak kejayaan Majapahit di bawah Raja Hayamwuruk atau Rajasanegara.

Kecamatan Trowulan, Puri, Gedeg, dan Jatirejo kompak mengisahkan pemberontakan Dharma Putra dipimpin Rakuti. Munculnya Mahapatih Gajah Mada dengan sumpah palapanya diangkat oleh Kecamatan Mojoanyar, hingga kisah runtuhnya Kerajaan Majapahit di tangan Brawijaya V yang digantikan putranya, Raden Fatah mendirikan Kerajaan Demak.

"Kirab budaya ini menceritakan kejadian-kejadian zaman Majapahit mulai bangkit sampai runtuhnya," kata Pungkasiadi.

Pungkasiadi berharap, kirab budaya Majapahit akan membantu masyarakat luas memahami sejarah kerajaan yang pernah menguasai Nusantara itu.

"Itu mari kita contoh supaya kita bisa jaya seperti Majapahit dulu. Karena dulu tanpa teknologi, ilmunya, skill-nya diakui seluruh dunia," ujarnya. pur/R-1

Magnet Pariwisata Budaya

Kegiatan wisata dengan balutan budaya dan sejarah di Kabupaten Mojokerto kian bergeliat. Sejumlah situs sejarah warisan Kerajaan Majapahit dijadikan sebagai magnet menggelar even kepariwisataan.

Hal itu seperti tampak dalam gelaran Festival Budaya Majapahit. Rangkaian kegiatan digelar mulai kirab, pentas seni budaya, wayangan, hingga pameran produk kerajinan. Mereka berdatangan menyaksikan sejumlah atraksi seni dan kebudayaan yang digelar di lapangan desa setempat.

Dimulai dengan kirab hasil bumi dan arak-arakan bendera merah putih raksasa dari balai desa hingga lapangan desa. Even tersebut digelar selama dua hari dengan menjadikan tempat publik di desa sebagai lokasi kegiatan.

Selain itu, menjadikan sejumlah situs dan tinggalan era zaman Majapahit sebagai magnet wisata budaya dan sejarah. ''Puncaknya nanti saat pentas seni dan budaya Majapahitan,'' ungkap Zaenal Abidin, Kepala Desa Klinterejo.

Antusiasme pemerintah desa menggelar even tersebut tak lepas dari keberadaan situs petilasan Tribuana Tunggadewi yang bermukim di salah satu sudut desa. Situs yang diduga tempat petilasan Raja Kerajaan Majapahit abad 14 itu menjadi daya tarik penting desanya.

Karena, raja tersebut merupakan ibu dari Raja Hayam Wuruk yang disebut-sebut sebagai raja yang membawa Kerajaan Majapahit ke era keemasannya.

''Kunjungan wisata biasanya hanya ke situs. Tapi sekarang kami mengemas ada festival. Sehingga para wisatawan tidak hanya kunjungi situs tapi ada even yang bisa dilihat dan dinikmati,'' pungkasnya. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top