Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perada

Menjadi Perpanjangan Tangan Tuhan lewat Pelayanan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

« Penerimaan dimaknai sebagai fase bermartabat sebagai manusia, anak Allah yang sudah siap meninggalkan dunia ini, setelah perjuangannya.»

Judul : When God Listens
Penulis : Edison Munthe
Penerbit : Pohon Cahaya
Cetakan : 2018
Tebal : 168 halaman
ISBN : 978-602-5474-09-5

Menderita kanker bisa jadi salah satu krisis dalam pengalaman hidup. Pasien dan keluarga menemui titik balik untuk mendekat atau menjauh dari kehidupan lebih besar. Gereja menolong manusia untuk bertumbuh dalam iman walaupun ada pengalamanpengalaman buruk melalui pelayanan pastoral.

Para penderita diundang dan ditopang melalui suasana khusus dalam terang Injil dan persekutuan hidup dengan Kristus hingga muncul kepercayaan bahwa Allah juga hadir, menopang, dan menyembuhkan dengan perantara manusia (hlm 44). Buku ini ditulis Pdt Dr Edison Munthe MTh untuk berbagi pengalaman dan ilmu dalam pelayanan pastoral, khususnya terhadap penderita kanker.

Pendeta yang telah menjalani masa emeritus tahun 2007 dari GKPS Resort Cikoko, Jakarta ini, di antaranya pernah aktif di International Association of Christian Counselling (1998-2005), Asosiasi Pastoral Indonesia. Dia juga menimba ilmu dan praktik di The Queen's Medical Center, Hawaii, AS. Awalnya, dia terhubung dengan penderita kanker saat berpraktik sebagai konselor di bangsal kanker Christian Medical College & Hospital di Vellore, India. Pelayanan sebenarnya tantangan seluruh umat dan diberikan kepada semua yang sedang berbeban.

Seringkali dalam menghadapi beratnya hidup, tiap jemaat lupa pelayanan orang lain. Berbeda dengan seorang pendeta yang memeng terpanggil secara khusus, dalam setiap aspek pelayanan pastoralnya, dia tetap berakar pada Alkitab. Firman Allah, doa, sakramen, iman, harapan, dan kasih menjadi sumber utama kekuatan pelayanan.

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap penyakit. Apalagi kanker seringkali dianggap pintu masuk kematian. Elisabeth KüblerRoss, psikiater yang mendalami studi psikologi kematian, mengatakan bahwa pengalaman mendampingi dan memberi dukungan kepada pasien kanker membuat orang saling tumbuh.

Hal itu juga membuka kesempatan berfungsinya akal budi, keunikan, serta kesadaran akan keterbatasan manusia. Pasien biasanya akan melalui fase penyembuhannya seperti penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Dalam tahap depresi, para pelayan harus mendorong pasien untuk berjuang tetap hidup atau mempersiapkan diri menerima kenyataan harus meninggalkan dunia serta semua yang dikasihi.

Penerimaan dimaknai sebagai fase bermartabat sebagai manusia, anak Allah yang sudah siap meninggalkan dunia ini, setelah perjuangannya. Saat menghadapi penderitaan umat, kadang muncul pertanyaan, "Jika Tuhan ada, Mahakuasa, dan Mahabaik, mengapa ada penderitaan, kejahatan, bencana, atau penyakit di muka bumi ini?" Jawaban pastoral adalah bahwa dalam hidup manusia, penderitaan itu memang nyata, namun bukan akhir dari segalanya.

Penderitaan memiliki arti pembersihan dan pendidikan. Allah bertujuan meningkatkan kapasitas untuk bersukacita dengan berbuat sesuatu yang lebih baik dari rasa sakit itu (hlm 55). Sikap pastoral dimaknai melalui perspektif gambaran seorang gembala yang peduli dan dibutuhkan kemampuan untuk mendukung kepedulian tersebut. Ada juga persiapan mental, spiritual, serta sikap-sikap positif yang siap ditularkan. Selain teologi dibutuhkan pula ilmu komunikasi untuk mengembangkan empati dan membangun relasi.

Bagi pendeta yang masih ragu, menghindar, atau merasa belum mampu melayani dapat dibuat program pelatihan pelayanan pastoral. Seminari juga dapat memasukkan ke dalam kurikulum tentang teologi pelayanan, disertai model-model praktis kunjungan pastoral dan pengalamanpengalaman khusus yang dapat meningkatkan efektivitas kunjungan (hlm156). Maka penting memperoleh pemahaman lebih lengkap tentang kanker. Pemahaman lebih menyeluruh tentang penyakit tak berarti, harus dapat menyembuhkan pasien secara fisik. Sebab tujuan pelayanan adalah penyembuhan spiritual.

Diresensi Anindita Arsanti, Alumna UPN Veteran Yogyakarta

Komentar

Komentar
()

Top