Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjadi Penyair yang Berkarakter

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Menjadi Sisifus

Penulis : Acep Zamzam Noor

Penerbit : Diva Press

Tebal : 352 halaman

Terbit : I, Maret 2018

ISBN : 978-602-391-512-5

Sisifus adalah tokoh dalam mitologi Yunani yang dikutuk selama-lamanya mengulangi tugas yang sia-sia untuk mendorong batu ke puncak gunung yang terus jatuh kembali. Penyair perlu memiliki mental seperti Sisifus. Berjuang terus-menerus tanpa kenal lelah, namun tetap merasa bahagia.

Buku Menjadi Sisifus merupakan 30 esai berupa catatan yang disampaikan di workshop maupun surat kabar. Esai-esai ini ditulis dalam rentang waktu 27 tahun sejak tahun 1990 hingga tahun 2017. Isi tulisan pembedahan puisi ratusan penyair baru maupun kesohor. Penulis membedah karya dilihat dari latar belakang, jenis puisi, kelebihan, kekurangan, atau proses kreatif penyair.

Puisi yang baik lahir dari semangat dan kerja keras. Kesabaran penyair memilih, menimbang, mengubah, mengganti, dan membuang kata-kata akan lahirkan karya terbaik. Proses kepenyairan mesti dijalani terus-menerus. Untuk merangkai kata-kata menjadi sebuah frasa atau kalimat tentu dibutuhkan keterampilan yang harus diupayakan, dilatih terus-menerus.

Dari sisi keterampilan akan terlihat bedanya penyair yang rajin berlatih dan merenung dibanding penyair yang menghabiskan banyak waktu mengigau dan menceracau (hlm 267).

Jika proses kreatif terus dijalani, penyair akan menemukan karakteristik atau gayanya sendiri. Ada penyair yang kekuatannya pada keketatan dalam memilih kata, kekentalan pada ungkapan, serta ketelatenan memilih simbol. Ada juga penyair yang menulis dengan kata-kata sederhana. Bahasanya lugas dan tembus pandang. Namun, kesederhanaan inilah yang menjadi kelebihan dan keunggulan.

Kekuatan puisi bukan hanya pada makna, tapi juga bunyi atau irama kata-katanya itu sendiri. Dalam menyeleksi puisi, penting mengetahui keseriusan penyair, konsistensi, dan proses kreativitasnya, di samping juga unsur kesetiaan. Penilaian terhadap kekuatan puisi pada pencapaian puitiknya, penguasaan bahasa, ketepatan menggunakan simbol-simbol, keterampilan membangun suasana, serta unsur "daya kejut" (hlm 181). Selain itu, juga ada pemilihan kata yang ketat, pemadatan kalimat, perhitungan bunyi atau irama, dan komposisi tipografi.

Tak hanya menulis puisi dan mengirimkannya ke media massa, penyair juga perlu bersentuhan dengan komunitas sastra. Sebab kepenyairan bukan sekadar menulis puisi, tapi juga berhubungan dengan lingkungan kehidupan yang lebih luas. Tujuannya, agar penyair tidak tenggelam. Ini juga memungkinkan terjadinya pergesekan kreativitas yang membuat penyair lebih bersemangat menulis.

Buku Menjadi Sisifus menuntun belajar menjadi penyair. Membaca buku ini akan membuka pemikiran dan wawasan baru pembaca.

Diresensi Rumasi Pasaribu, Lulusan Universitas Bengkulu

Komentar

Komentar
()

Top