Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kegawatdaruratan Medis

Menikmati Liburan dengan Kesehatan Maksimal

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Rehat sejenak dari rutinitas yang menyibukan adalah keharusan, namun kegiatan menyenangan juga harus direncanakan. Terlebih bila Anda ingin berlibur ke luar kota yang memerlukan jarak serta waktu tempuh panjang.

Mempersiapkan berlibur memang sangat seru apalagi dilakukan dengan keluarga, ataupun kerabat dekat. Bebagai ide dan gagasan tertuang hingga apa yang harus dilakukan di lokasi liburan yang sepakat dipilihnya.

Catatan atau minimal saling mengingatkan agar keperluan tak tertinggal sudah menjadi kewajiban, tapi sudah kah Anda saling mengingatkan untuk saling jaga kesehatan sebelum menikmati liburan yang menyenangkan?

Dokter Umum dan Kepala Unit Emergency RS Pondok Indah Jakarta, Felix Samuel, menceritakan liburan menjadi momen yang ditunggu semua orang. Namun momen ini kerap rusak karena ada anggota keluarga ataupun partner liburan sakit saat jauh dari rumah.

"Sebetulnya yang juga perlu dipersiapkan sebelum berlibur ialah memastikan kondisi kesehatan. Hal ini bisa dilakukan melalui check up ke rumah sakit jelang bepergian, apalagi untuk perjalanan yang jadwalnya padat," terang Felix, dalam paparan bertajuk Penanganan Kegawat daruratan Medis Saat Liburan di Royal Tulip Gunung Geulis Resort & Golf, Bogor, belum lama ini.

Bila Anda sudah check up dan menjalani vaksin yang diperlukan, maka langkah berikutnya adalah mempersiapkan obat-obatan yang harus dibawa.

Beberapa jenis obat yang harus dibawa untuk berjaga-jaga adalah obat untuk demam, diare, infeksi saluran pernapasan akut seperti batuk, dan maag. "Selain itu, jangan lupa membawa obat-obatan yang rutin diminum, seperti obat jantung, hipertensi dan diabetes pastikan mencukupi stoknya," tambahnya.

Masalah vaksin juga tak kalah penting, misalnya vaksin influenza. Namun, beberapa lokasi, misalnya India, masih memiliki angka kasus hepatitis A yang tinggi.

Felix menjelaskan vaksinasi idealnya dilakukan 28 hari sebelum berangkat. "Sebab imunitas terhadap penyakit yang divaksin itu 28 hari baru sempurna," ujarnya.

Kemudian ada sejumlah mitos dan pemahaman masyarakat soal bagaimana tak terjangkit penyakit di lokasi yang rawan penyakit tertentu. Misal malaria. Di Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur masih menjadi daerah berkategori endemis tinggi malaria, namun ada anggapan menjaga pola makan teratur agar tubuh selalu fit sehingga bisa terbebas dari serangan penyakit tersebut.

Felix meluruskan, anggapan itu sangat salah. Pasalnya, menjaga pola makan dan terserang penyakit di wilayah endemis malaria bukan merupakan hal berbeda. "Pasien saya banyak yang positif terkena malaria, mereka umumnya bekerja lama di wilayah-wilayah endemis malaria dalam waktu yang panjang. Jadi perlu sebelum berkunjung ke sana konsultasi ke dokter dan mengonsumsi obat antimalaria," terangnya.

Jangan Asal Konsumsi Obat

Kemudian diare, penyakit paling umum mengancam saat liburan juga penting dipahami penanganannya. Ketika sedang dilanda diare, hal pertama yang Anda lakukan adalah meminum obat-obatan penghenti diare. Namun, tindakan ini tidak direkomendasikan WHO.

Felix menjelaskan diare itu sebenarnya merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat beracun, dan itu sangat alamiah terjadi. Nah, ketika Anda mengonsumsi obat untuk mengurangi frekuensi diare atau Loperamid, yang terjadi justru obat hanya memperlambat gerakan usus sehingga frekuensi buang air besar berkurang, diare tidak selesai dan akan berlanjut setelah efek loperamide hilang. "Makanya yang harus kita obati bukan gejalanya, tetapi penyebabnya," ujarnya.

Pada diare non spesifik, seperti diare yang disebabkan alergi susu atau santan, mungkin hal ini tak jadi masalah. Namun pada kasus diare serius, seperti radang usus yang menyebabkan diare (disentri), penggunaan loperamide malah bisa menyebabkan nyeri perut dan kembung. Selain itu, diare akut atau gastroenteritis yang biasanya terjadi saat liburan sebetulnya bisa sembuh sendiri dalam tujuh hari bila disebabkan virus.

Yang jadi persoalan pada diare jika disebabkan bakteri, penanganannya butuh waktu dan obat serta antibiotik. Felix menyarankan agar di saat berlibur tidak asal konsumsi obat diare, ada baiknya kenali lebih jauh seperti apa diare yang Anda alami.

Cara membedakan diare disebabkan virus atau bakteri itu, untuk virus tanda-tandanya saat buang air besar (BAB) karakternya ecer dan terjadi lebih dari tiga hari, sebaliknya, frekuensi diare akibat bakteri biasanya tidak sesering diare akibat virus walaupun tetap lebih dari tiga kali sehari.

Kemudian diare akibat virus juga sering disertai demam tinggi. Selain itu, tinja bersifat asam sehingga dapat menimbulkan ruam pada pada bagian pembuangan. Lalu diare akibat bakteri tingkat demam yang menyertai lebih tinggi, diare jenis ini biasanya juga dibarengi nyeri perut, dan pada kasus-kasus disentri, juga menimbulkan BAB berdarah. ima/R-1

Pahami Risiko

Tak dipungkiri ada beberapa risiko saat Anda melalukan perjalanan liburan. Berikut beberapa diantaranya.

Mabuk perjalanan

Mabuk perjalanan atau motion sickness (MS) adalah salah satu gangguan kesehatan yang paling sering terjadi saat sedang berada di perjalanan. Gejala dari MS ini meliputi pusing, mual, muntah, lemas dan tidak nafsu makan. Hal yang memicu terjadinya MS adalah adanya gangguan pada pusat keseimbangan.

"MS terjadi ketika terjadi ketidaksinkronan antara apa yang dilihat mata, apa yang dirasakan otot dan sendi, dan apa yang terjadi di telinga dalam. Contohnya saat bermain hp di dalam mobil, mata terfokus pada layar sedangkan telinga kita menyadari bahwa tubuh bergerak bersama lingkungan. Hal ini akan menyebabkan pusing yang memicu MS," jelas Felix.

Nyeri dada

Nyeri dada juga merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami. Pasalnya, semua orang pasti pernah merasakan, mulai dari anak kecil, hingga orang dewasa. Tapi jangan salah, nyeri dada bukan berarti sakit jantung. Bisa jadi, hal ini muncul karena masalah otot, saraf, tulang rusuk, atau masalah paru-paru. "Tidak semua nyeri dada itu disebabkan sakit jantung. Asam lambung yang sedang naik pun bisa menyebabkan munculnya nyeri dada. Jadi, jangan langsung berspekulasi nyeri dada adalah akibat sakit jantung," ujarnya.

Tersedak

Tersedak atau choking termasuk gangguan gawat darurat yang kerap terjadi dalam perjalanan. Ini adalah keadaan di mana terjadi sumbatan jalan napas akibat benda asing seperti makanan, minuman, plastik, dan lainnya. Gejala yang ditimbulkan biasanya susah bicara, sesak napas, batuk, kulit dan bibir kebiruan, pucat, hingga tidak sadarkan diri.

"Ada dua teknik yang bisa dilakukan untuk menangani orang tersedak, pertama bisa memukul bagian belakang dan Teknik Heimlich Maneuver, dengan cara menekan perut orang tersedak kuat-kuat, biasanya dilakukan dengan memeluk orang tersebut dari belakang," tandasnya. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top