Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Jepang I Eks Menteri Pertahanan Itsunori Onodera Diduga Bakal Gantikan Inada

Menhan Inada Bersiap Mundur

Foto : REUTERS/Toru Hanai

Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, didampingi Menteri Pertahanan Tomomi Inada (kanan), saat memberi penghormatan bagi pasukan penjaga, sebelum pertemuan dengan petinggi di Kementerian Pertahanan di Tokyo, Jepang, September lalu. Inada diperkirakan akan mundur karena skandal menutup-nutupi informasi soal misi penjaga perdamaian PBB.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Pertahanan Jepang diperkirakan akan mundur hari ini. Pengunduran diri Tomomi Inada diduga kuat terkait skandal menutup-nutupi informasi soal misi penjaga perdamaian PBB dimana pasukan Jepang diikutsertakan.

TOKYO - Media Jepang pada Kamis (27/7) ramai mewartakan bahwa Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, akan mengajukan pengunduran dirinya pada Jumat (28/7) ini. Alasan Menhan Inada mundur karena ia diduga telah menutup-nutupi informasi terkait misi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tak hanya itu. Media di Jepang juga melaporkan bahwa orang yang berpeluang besar menggantikan Inada adalah mantan Menhan Jepang, Itsunori Onodera.

"Mantan Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, diproyeksi akan dipilih oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, untuk menggantikan Menteri Pertahanan Tomomi Inada. Posisi Inada saat ini terancam setelah diluncurkan investigasi atas dugaan skandal salah langkah dan menutup-nutupi kondisi keamanan di Sudan Selatan yang semakin memburuk, lokasi dimana pasukan penjaga perdamaian Jepang diikutsertakan dalam operasi penjaga perdamaian yang dipimpin PBB," demikian laporan media di Jepang.

Hingga saat ini Inada menyangkal sejumlah laporan yang menyebut upayanya menutup-nutupi kondisi keamanan di negara itu. Tindakan yang dilakukan Inada, disebut para pengkritik telah berkontribusi membuat dukungan terhadap Abe merosot tajam.

Sebelumnya pada Maret lalu, Inada telah meluncurkan sebuah pembuktian menindaklanjuti laporan-laporan media yang mewartakan para pejabat di Kementerian Pertahanan Jepang telah mecoba menutup-nutupi kondisi keamanan Sudan Selatan yang semakin memburuk.

Dalam upaya pembuktian itu, Inada menyangkal laporan yang menyebut keterlibatannya dalam upaya menutup-nutupi tersebut. Kendati sudah menyangkal, posisinya tetap terancam dan isu pencopotannya semakin santer. Sementara akibat merebaknya skandal itu, seorang jenderal di Pasukan Bela Diri Jepang bernama Toshiya Okabe, memutuskan untuk meletakkan jabatannya.

Keputusan yang bakal diambil Inada tidak mengejutkan. Posisinya sudah diperkirakan akan dicopot dalam perombakan kabinet bulan depan.

Kantor berita Kyodo mewartakan, PM Abe kemungkinan akan memilih Onodera, yang pernah mengisi posisi Menteri Pertahanan Jepang. "Dia (Onodera) adalah pilihan yang amat aman bagi tugas ini," tulis Kyodo. "PM Abe sepertinya memilih pengganti Inada dari orang yang pernah menjabat tugas ini, sebagai upaya untuk mempertahankan stabilitas citranya menyusul munculnya sejumlah skandal yang sekarang melilit pemerintahan yang dipimpinnya," imbuh kantor berita Jepang itu.

Dukungan Anjlok

Pada bagian lain, ketua Partai Demokrat Jepang, Renho, mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan tersebut. Keputusan itu diambil setelah partainya gagal memanfaatkan turunnya dukungan terhadap Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, serta kekalahan telak yang dialami dalam pemilihan Gubernur Tokyo.

Renho tercatat dalam sejarah Jepang sebagai perempuan pertama yang terpilih menjadi ketua partai. Partai Demokrat saat ini merupakan partai oposisi bagi pemerintah Jepang.

"Saya telah memutuskan bahwa penyerahan kepemimpinan ini akan menjadi langkah terbaik. Saya tidak mampu memperlihatkan kekuatan Partai Demokrat untuk menjadi sebuah alternatif pada kabinet Abe, yang telah terlihat menjadi sebuah pemerintahan yang menyimpang," kata Renho, Kamis.

Partai Demokratik Liberal yang menggolkan Abe ke kursi nomor satu di Jepang, telah mengalami kekalahan besar dalam pemilihan Gubernur Tokyo. Pemilu yang digelar pada 2 Juli lalu, memenangkan Yuriko Koike, dari Partai Pertama Warga Negara Tokyo. Dalam pemilu itu, Partai Demokrat yang dipimpin Renho hanya mendapatkan 5 kursi dari total 127 kursi dewan Metropolitan yang diperebutkan.

Renho, sebelumnya diharapkan bisa memperbaiki citra Partai Demokrat ketika dia terpilih pada September 2016. Dalam tiga tahun terakhir, kekuasaan Partai Demokrat terganggu dengan pertengkaran dan janji-janji yang tidak ditepati. Dukungan terhadap Partai Demokrat pun tetap dibawah 10 persen. uci/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top