Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
#GeekTalk

Mengupas Potensi Karir di Bidang "E-Sport"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Seiring dengan perkembangan dunia eSport di Indonesia mimpi menjadi atlet olahraga daring ini pun semakin digandrungi, dan ini menjadi kabar baik bagi para team eSport lokal untuk mencari sumberdaya pemain untuk squad asuhannya.

Industri game di Indonesia terus berkembang dengan jumlah pemain game sebanyak 60 juta orang dari total penduduk Indonesia sebesar 261,7 juta orang. Jumlah ini semakin bertambah seiring melambungnya popularitas eSport di Indonesia, diperkirakan populasi itu akan meningkat menjadi 100 juta orang pada 2020.

Berdasarkan studi yang dilakukan Newzoo baru-baru ini, pendapatan dari industri game di Indonesia mencapai 879,7 juta dolar AS, dan menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar ke-16 untuk industri game di dunia.

Meskipun demikian, perkembangan eSport di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain perbedaan pandangan mengenai industri game dan eSport itu sendiri. Khususnya untuk orang tua yang menganggap bahwa game merupakan pengisi waktu luang, bukan cabang olahraga yang dijalankan secara profesional.

Menyikap hal itu, Indra Hadiyanto, Chief Operational Officer Tim eSports Alter Ego, menegaskan, fenomena eSport sama booming-nya dengan geliat perkembangan digital lainnya, seperti e-commerce, perusahaan rintisan atau startup dan lain sebagainya.

"eSport kini sudah menjadi cita-cita banyak generasi muda kita, banyak talenta muda eSport lokal hingga daerah-daerah yang andal di bidang ini, mereka terlatih sejak dini. Kita pun turut mencari talenta itu hingga daerah," terang Indra dalam acara diskusi #GeekTalk bertajuk: 'Being Gamers, Are You Sure?' yang digelar technologue.id, di Jakarta, belum lama ini.

Benturan bakat dan stigma seputar game menjadi persoalan sejauh ini, meskipun cukup banyak juga orang tua yang memposisikan eSport sebagai bakat anak.

Indra menceritakan talenta yang dikejar di daerah kadang kala terbentur restu orang tua. "Kita suka sama satu player, dan pengin membawa dia, kita sekolahkan di kota dan berlatih tapi tidak mendapatkan restu. Alhasil kita temui orang tuanya, kita bujuk dan menjelaskan pontensi berkarir di eSport bagaimana. Kami juga menjelaskan pendidikan formal itu sangat penting, karena pendidikan bekal hidup mereka juga di luar dunia eSport," ceritanya.

Banjir talenta muda eSport, menurut Indra, saat ini bergeser ke game mobile. Ini terjadi karena untuk game PC diperlukan banyak biaya yang diperlukan untuk berbagai macam perangkat pendukung, dan cenderung hanya bisa dimainkan di rumah atau eSport café.

Profesi Menggiurkan

Karir sebagai pro player sangat menguntungkan. Contoh, gaji seorang pro player Mobile Legends, Jess No Limit, bisa mencapai 3,5 miliar rupiah. Ia mendapatkan gaji dari pihak Team eSport. Ia bernaung di EVOS, Mobile Legend di setiap bulannya, belum lagi ditambah banyaknya endorsemen. Berdasarkan catatan Socialblade penghasilan Jess No Limit per Juli 2018 menyentuh angka sekitar 110 juta - Rp. 1,8 milliar rupiah hanya dari adsense youtube.

Indra menyinggung, kisaran gaji junior di tim eSport-nya sudah mencapai 1-2 digit. "Bahkan kini sistem rekrutmen pemain juga bisa melalui sistem transfer pemain, seperti di sepakbola. Prosesnya ada tawar menawar harga antar manajemen, tidak hanya di tingkat tim lokal, ini bisa juga di tim eSport di luar Indonesia," terangnya.

Sementara itu, Justin Widjaja, Managing Director Onic eSport, menambahkan para pro player saat ini cukup terlindungi kesejahteraannya, dan bahkan memiliki kotrak kerja sesuai standar Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker). "Sehingga para pro player akan lebih terjamin, terlindungi kesehatannya. Dan di dalamnya juga ada aturan seperti durasi kontrak pemain misal 2-3 tahun aktif bermain di tim Onic, jadi sekarang tidak bisa asal pindah, ada aturan mainnya," jelas Justin.

Yang menarik kesempatan untuk menjadi pro player terbuka luas, Justin menyarankan bagi yang ingin bergelut di karir ini segera bergabung ke komunitas, kemudian ikut bermain dalam turnamen. ima/R-1

Solusi Teknologi Kebencanaan

Sementara itu, Prudence Foundation, lembaga sosial pelaksana program Community Investment Prudential di Asia, bersama AVPN, jaringan penyandang dana dari Singapura yang berkomitmen membangun komunitas investasi sosial di seluruh Asia Pasifik, mengumumkan pemenang Kompetisi Inovasi Teknologi Bencana (Disaster Tech Innovation Competition) perdana mereka.

Kompetisi ini merupakan komponen inti dari Program Inovasi Teknologi Bencana (Disaster Tech Innovation Programme), yang berupaya untuk meningkatkan pentingnya teknologi inovatif dalam melindungi dan menyelamatkan kehidupan sebelum, selama dan pasca bencana alam.

Pada kompetisi ini FieldSight menjadi pemenang dengan solusi platform mobile yang mendukung kegiatan rekonstruksi bencana, dan berhak atas hadiah sebesar 100.000 dolar AS untuk mendukung implementasi dan meningkatkan solusi teknologi bencana mereka.

Justin Henceroth, Director FieldSight mengatakan frekuensi dan skala bencana di seluruh dunia terus bertambah, namun solusi teknologi bencana berada dalam posisi unik, yaitu untuk membantu masyarakat merespons dampak pasca bencana.

"Kompetisi Inovasi Teknologi Bencana ini makin menghubungkan kami ke jaringan kontak, keahlian teknis, dan dukungan keuangan yang lebih luas yang sebelumnya tidak kami miliki, Hal ini akan sangat penting bagi FieldSight untuk meminimalkan dampak bencana alam di Asia-Pasifik dan global," kata Justin.

Kemudian SeismicAI menjadi Runner-up Pertama dan mengantongi 30.000 dolar AS. solusi ini menciptakan sistem peringatan dini yang didukung Kecerdasan Buatan (AI) yang mendeteksi aktivitas seismik (rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi) dalam dua detik.

Sedangkaan etaBencana.id: Runner-up Kedua mendapatkan 20.000 dolar AS berhasil menciptakan platform berbasis web gratis yang menghasilkan visualisasi bencana berskala megacity menggunakan pelaporan berbasis keramaian (crowd-sourced) dan statistik secara real time.

Donald Kanak, Chairman of Prudence Foundation mengungkapkan, saat ini kemajuan teknologi tidak hanya meningkatkan hubungan di antara komunitas masyarakat, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih besar lagi yaitu untuk melindungi dan menyelamatkan manusia.

"Kami yakin teknologi inovatif dari para finalis kami akan membuat perbedaan dalam membantu masyarakat di Asia agar dapat lebih siap dan pulih lebih cepat dari dampak bencana alam. Kami berterima kasih kepada seluruh mitra kami yang mendukung kompetisi ini, dan kami berharap dapat bekerja dengan lebih banyak organisasi untuk membuat komunitas masyarakat lebih aman dan tangguh," tandas Donald. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top