Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mengenang Pendiri Semarang di Masjid Ki Ageng Pandanaran

Foto : KORAN JAKARTA / HENRI PELUPESSY

Dipenuhi Jemaah - Masjid Ki Ageng Pandanaran di Jalan Mugas Dalam II/4, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah, tampak terawat baik, baru-baru ini. Masjid ini selalu dipenuhi jemaah, terutama pada Ramadan dan malam Jumat Kliwon.

A   A   A   Pengaturan Font

Nama Ki Ageng Pandanaran bagi warga Semarang sudah tidak asing lagi. Dialah Adipati Semarang pertama. Tanggal diangkatnya Ki Ageng Pandanaran sebagai adipati, dijadikan sebagai peringatan hari jadi Kota Semarang.

Di kompleks makam Ki Ageng Pandanaran terdapat sebuah masjid, dengan nama Masjid Ki Ageng Pandanaran. Tidak terlalu besar memang, tetapi masjid itu selalu dipenuhi jemaah, terutama jika bulan Ramadan dan malam Jumat Kliwon.

Berada di dataran tinggi yang sejuk, masjid tersebut terletak di Jalan Mugas Dalam II/4, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekitar satu kilometer dari bundaran Tugu Muda. Dengan pepohonan yang rindang di sekeliling kompleks, tempat ini sering digunakan untuk menyelenggarakan ritual-ritual keagamaan.

Menurut Sekretaris Yayasan Sosial Ki Ageng Pandanaran, H Agus Krisdiyono, ketika belum menjadi masjid seperti sekarang, tempat ibadah peninggalan Ki Ageng Pandanaran itu berwujud langgar atau musala. Dindingnya hanya separuh berupa bebatuan yang dipadu cairan semen.

Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496 dengan meninggalkan sebuah langgar. Lama-kelamaan langgar itu menjadi masjid karena direnovasi beberapa kali sejak 1969, terutama oleh Wali Kota Semarang, Sutrisno Suharto, dan teman-temannya dari kalangan pejabat dan pengusaha.

"Sebagai adipati pertama Semarang, Ki Ageng Pandanaran dianggap sebagai pelopor berdirinya Kota Semarang. Kota Semarang waktu itu merupakan salah satu pusat penyiaran agama Islam dan menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Dengan adanya penyiaran agama Islam, menarik orang untuk berdatangan, baik bermukim maupun berdagang di Semarang sehingga wilayah ini menjadi ramai," kata Agus, di Semarang, baru-baru ini.

Dirikan Pesantren

Meskipun Ki Ageng Pandanaran hidup dalam masa yang sama dengan para Wali Songo, namun dia tidak termasuk ke dalamnya. Ki Ageng Pandanaran mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam di wilayah yang semakin subur itu. Nah, konon di sela-sela kesuburan itu terdapat pohon asam yang jarang, atau dalam bahasa Jawa disebut asem arang yang lantas wilayah itu diberi nama Semarang.

"Pandanaran dikenal sebagai penyebar agama Islam sekaligus peletak dasar pemerintahan Kota Semarang. Karena itu, Pak Tris (Sutrisno Suharto) bertekat menjadikan masjid ini lebih baik lagi. Seingat saya beliau mengajak teman-teman pejabat (waktu itu), seperti Pangdam, Dandim, dan pengusaha," kata Agus.

Diceritakan, dahulu Pandanaran pernah tinggal dan membuka pesantren di Pulau Tirang Amper yang sekarang merupakan daerah Mugas, Semarang Selatan. Beberapa waktu kemudian, pesantren tersebut dipindahkan ke daerah Pegisikan, dan Pandanaran membuka daerah baru yang kini dikenal sebagai Bubakan. Seiring waktu, Semarang berkembang pesat dan menjadi kadipaten di bawah Kesultanan Demak.

henri pelupessy/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top