Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Mengenal Dysbiosis, Kondisi Ketidakseimbangan Spesies Bakteri dalam Tubuh

Foto : Atlas Biomed

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Dysbiosis mengacu pada ketidakseimbangan spesies mikroba dan pengurangan keanekaragaman mikroba dalam mikrobioma, yakni kumpulan mikroorganisme yang ada di bagian tertentu dari tubuh manusia.

Melansir WebMD, tubuh manusia penuh dengan koloni bakteri tidak berbahaya yang dikenal sebagai mikrobioma. Sebagian besar bakteri ini memiliki efek positif pada kesehatan Anda dan berkontribusi pada proses alami tubuh Anda. Akan tetapi, ketika salah satu koloni bakteri ini tidak seimbang, kondisi ini dapat menyebabkan dysbiosis.

Meskipun mikrobioma tersebar di sejumlah bagian tubuh, mikrobioma umumnya berada di usus, khususnya usus besar. Karenanya, dysbiosis paling umum terjadi ketika bakteri di saluran gastrointestinal (GI) yang termasuk lambung dan usus Anda menjadi tidak seimbang.

Saluran gastrointestinal sendiri adalah rumah bagi triliunan mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, dan virus. Mikrobiota usus atau gut microbiome dapat dilihat sebagai organ tubuh yang berkontribusi terhadap kesejahteraan organisme, tak terkecuali manusia.

Atas dasar itu, dysbiosis usus dapat memengaruhi proses lokal dan sistemik, seperti transformasi nutrisi, pasokan vitamin, kekebalan, komunikasi usus ke otak, dan bahkan perkembangan tumor. Ketika mikrobioma usus Anda kehilangan keanekaragaman bakterinya, hal itu dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis, termasuk penyakit radang usus (IBD), diabetes melitus, dan kanker kolorektal.

Umunya, ada tiga jenis dysbiosis meliputi:‌ dysbiosis yang disebabkan ketika Anda kehilangan bakteri baik dari usus, dysbiosis yang terjadi Anda memiliki terlalu banyak pertumbuhan bakteri berbahaya di perut Anda, dan dysbiosis yang terjadi ketika Anda kehilangan keragaman mikrobioma usus secara keseluruhan. Artinya, dysbiosis tipe ketiga terjadi ketika Anda kehilangan bakteri baik dan jahat di perut Anda.

Faktor utama yang mempengaruhi komposisi mikrobiota yang dapat menyebabkan dysbiosis antara lain obat-obatan, khususnya antibiotik; perubahan pola makan; serta stres psikologis dan fisik. Melansir laman Osmosis, penggunaan antibiotik adalah penyebab paling umum dan signifikan dari perubahan besar pada mikrobiota alami tubuh. Semakin besar dosis dan lama pemberian, semakin signifikan dampaknya terhadap mikrobiota.

Mengonsumsi makanan yang kaya senyawa belerang, seperti daging sapi, bayam, brokoli, juga dapat menghasilkan efek merugikan pada mikrobiota usus dengan mengubah keseimbangan mikroba dan menyebabkan gangguan lendir dan pembengkakan. Begitu juga dengan kebiasaan minum minuman beralkohol.

Sementara itu, stres dapat menyebabkan perubahan signifikan pada mikroflora saluran GI, yang dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada bakteri menguntungkan, seperti Lactobacilli dan Bifidobacteria, dan peningkatan mikroorganisme yang berpotensi patogen, seperti E.coli. Seringkali, satu faktor saja tidak cukup untuk menyebabkan dysbiosis. Pasalnya, mikrobioma memiliki ketahanan alami dan kapasitas unik untuk beradaptasi dengan variasi ketersediaan nutrisi dan perubahan kondisi lingkungan.

Gejala dysbiosis akan tergantung di mana ketidakseimbangan bakteri berkembang. Mereka juga dapat bervariasi berdasarkan jenis bakteri yang tidak seimbang. Ketika mikrobioma saluran GI terganggu, gejala biasanya ringan dan mungkin termasuk kerusakan gigi, gigi berlubang, dan sakit pada bagian gusi. Sementara jika dysbiosis terjadi di usus, pasien akan merasa kembung, perut tidak nyaman, bersendawa, mual, hingga konstipasi juga diare.

Pengobatan dysbiosis harus didasarkan pada hasil tes diagnostik dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Studi menunjukkan bahwa kombinasi dari perubahan pola makan, suplemen probiotik, dan modifikasi gaya hidup, biasanya cukup untuk menciptakan kondisi optimal bagi pertumbuhan bakteri usus yang menguntungkan.

Namun, jika ketidakseimbangan bakteri dalam tubuh disebabkan oleh obat, maka dokter kemungkinan akan menyarankan Anda untuk menghentikan penggunaan sampai keseimbangan bakteri pulih.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top