Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Anang Achmad Latif, Direktur Utama Bakti

Mengembangkan Ide Korporasi

Foto : KORAN JAKARTA/WACHYU AP
A   A   A   Pengaturan Font

Beruntung, 80 persen dari 150 karyawan Bakti berlatar belakang swasta dengan usia di bawah 35 tahun, sehingga mudah diubah, di samping energinya masih besar. "Inilah tugas utama kita, mengubah mental birokrat menjadi pegawai swasta," tutur Anang.

Agar karyawan giat bekerja, Anang menerapkan renumerasi. Jadi, jika kinerjanya turun maka renumerasinya akan turun. "Kalau birokrasi kan, enggak? Kalau birokrasi kan cuma absen selesai," ujar dia.

Ia mengatakan dengan pendekatan birokrasi, Bakti mungkin setahun hanya bisa membangun 100 buah Base Transceiver Station (BTS), karena proses yang berbelit- belit. Namun, dengan pendekatan korporasi yang fokus pada target pencapaian sehingga bisa membangun BTS lebih banyak.

Anang menjelaskan, proyek pemerataan internet Bakti membutuhkan dana besar. Meski per Desember 2018 Bakti memiliki saldo sebesar 12 triliun rupiah, namun dana itu belumlah cukup. Masih ada tugas berat yang harus diselesaikan selain Palapa Ring, yaitu pengadaan High Throughput Satellites (HTS) yang membutuhkan dana sebesar 22 triliun rupiah.

Baca Juga :
Rencana IPO

Satelit HTS dibutuhkan agar ongkos operasi menjadi lebih murah dan bisa menghemat anggaran. Bayangkan saja, saat ini saja terdapat 2.757 titik akses internet berbasis VSAT untuk sekolah di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) yang juga perlu disubsidi.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top