Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Surat Bu Rossa

Menerapkan Filosofi Kerja "The Right Man on the Right Place"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pertanyaan:
Bu Rossa, saya sudah sering mendengar tentang konsep the right man on the right place dalam dunia kerja. Namun, setelah saya menjadi bagian dari divisi HRD perusahaan, baru saya sadari bahwa tidak semudah itu untuk menentukan orang yang tepat pada posisi yang tepat.
Mohon penjelasannya Bu, bagaimana agar kita tidak salah menentukan dan bagaimana aplikasinya dalam pekerjaan.

Jawaban:
The right man on the right place adalah filosofi fungsi organisasi dalam strategi manajemen sumber daya manusia yang bertujuan untuk menentukan orang yang tepat di posisi yang tepat. Namun bagaimana cara untuk memastikan bahwa orang tersebut memang yang orang yang tepat pada jabatan itu serta bagaimana cara mengaplikasikan konsep ini dalam dunia kerja? Silahkan simak penjelasan berikut ini.

Pengertian "The Right Man on the Right Place"
The right man on the right place memiliki pengertian menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan atau keahliannya. Dengan menerapkan filosofi ini dalam perusahaan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan maupun produktivitas perusahaan.
Filosofi ini berguna untuk memberdayakan sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan menjadi sumber daya manusia unggul. Hal ini juga dilakukan untuk memajukan perusahaan guna mencapai visi dan tujuan yang sudah dicanangkan.

Tujuan dari Filosofi "The Right Man on the Right Place"
Sebuah filosofi dibentuk karena memiliki tujuan dan maksud tertentu. Lalu, apa tujuan filosofi ini?

1. Pembagian Kerja Berdasarkan Kemampuan
Dengan menempatkan seseorang dalam posisi yang tepat, dapat mempermudah dalam pembagian kerja. Pembagian kerja merupakan hal penting dalam menentukan alur kerja yang baik. Karena menempatkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, pastinya pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan cepat dan tepat tanpa banyak kesalahan serta mengerjakannya tanpa beban.

2. Dapat Melaksanakan Tugas dengan Penuh Tanggung Jawab
Karena mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan, pastinya lebih bertanggung jawab akan tugas tersebut. Selain itu, pekerjaan akan dilakukan dengan rasa senang dan tanpa beban, serta membuat rasa memiliki terhadap pekerjaan tersebut menjadi semakin besar.

3. Meningkatkan "Skill"
Memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan bukan berarti kemampuan yang dimiliki hanya akan sampai di situ saja, melainkan akan meningkatkan kemampuan tersebut hingga batas maksimal dan bahkan dapat memperoleh kemampuan baru. Misalnya, Anda diberikan tanggung jawab dalam menjual suatu produk dan Anda memang andal dalam bagian sales. Bukan hanya skill negosiasi yang semakin terasah, namun public speaking dan market research juga bertambah

Kendala Menerapkan "The Right Man on the Right Place"
Penerapan konsep ini memiliki beberapa hambatan dalam pengaplikasiannya. Mari kita pelajari satu per satu.

1. Mudah Jenuh
Bila kita memplotkan seorang karyawan berdasarkan resume atau CV yang dimiliki pada database karyawan, seseorang dapat mudah jenuh dengan pekerjaan yang berulang. Tidak sedikit karyawan yang ingin menamba skill-nya dalam bidang lain. Sehingga hal ini membuat karyawan menjadi mudah jenuh dengan pekerjaan dan produktivitas menurun.
2. Kurangnya Pengalaman
Salah satu kendala yang cukup banyak ditemui yaitu kurangnya pengalaman karyawan tersebut. Walaupun memiliki latar belakang yang baik dan sesuai kualifikasi, namun dengan kurangnya pengalaman atau bahkan tidak memiliki pengalaman membuat hal ini menjadi cukup sulit, terutama dalam pekerjaan formal seperti akuntan atau pekerja proyek.

3. Persaingan Antar Karyawan yang Cukup Sengit
Walaupun lapangan pekerjaan terbuka lebar, namun keterampilan yang dipunyai setiap karyawan hampir sama. Oleh karena itu, persaingan antar karyawan semakin sengit. Dalam situasi ini HRD dituntut untuk lebih jeli dan detail agar dapat menemukan the right man on the right place. Perbedaan sedikit skill antar karyawan juga ikut mempengaruhi performa perusahaan suatu saat nanti. Jadi, pastikan karyawan bersaing secara sehat untuk meningkatkan kinerja perusahaan, bukan untuk kepentingan individu semata.

4. Salah PenilaianTerhadap Sumber Daya Manusia
Salah penilaian bisa menjadi hambatan dalam penerapan filosofi ini. Misalnya, ada seorang karyawan memiliki latar belakang pendidikan akuntansi, namun karena hobi dan kesukaannya terhadap menggambar, membuat dia lebih fokus pada design graphic atau apapun diluar ranah akuntansinya.
Hal ini bisa menyebabkan HRD salah dalam menentukan penempatan posisi. Di satu sisi, memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan yang cukup baik namun design graphic lebih ditekuni sehingga lebih expert. Oleh karena itu, filosofi ini bisa menjadi bimbang dan salah penempatan. Hal ini dapat terpecahkan dengan bertanya bagian mana yang lebih disukai dan mengerjakannya dengan sepenuh hati.

5. "Mindset" yang Kurang Tepat
The right man on the right place dapat disalahartikan jika seorang individu memiliki mindset yang salah. Sering kali seorang individu merasa posisi tersebut hanya cocok dengan orang yang memiliki kualifikasi yang sama persis, sehingga membuat kesempatan bagi yang lain akan pupus. Sebenarnya bukan itu tujuannya. Karena filosofi itu dimaksudkan agar memudahkan dalam memposisikan seseorang di kantor tersebut.
Pastinya setiap perusahaan memiliki pertimbangan mengapa seseorang diberikan jabatan terlepas dari faktor skill dan lainnya.

Apa yang Harus Dilakukan untuk Menerapkan "The Right Man on the Right Place"?
Setelah Anda mempelajari tujuan dari filosofi ini dan hambatan yang sekiranya akan dihadapi, ada hal-hal yang harus Anda lakukan agar filosofi ini dapat diterapkan dan tepat sasaran, antara lain:
• Evaluasi minat dan latar belakang karyawan,
• Bertanya pada karyawan goals yang ingin diambil selama bekerja di perusahaan ini,
• Sharing pengalaman yang menarik dan kurang menarik selama bekerja,
• Pimpinan wajib peka terhadap karakteristik karyawan,
• Mengenal satu sama lain agar tidak membuat gap yang terlalu besar.


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top