Trump Siapkan Strategi Atasi Masalah Imigran Amerika Latin
Presiden terpilih AS Donald Trump berbicara dalam pertemuan dengan anggota DPR dari Partai Republik di Hotel Hyatt Regency, Washington, DC, pekan lalu.
Foto: AFP/Allison ROBBERTMOSKWA – Menurut laporan CNN, Tim Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, tengah merancang strategi tegas terhadap negara-negara Amerika Latin, yang akan menjadi elemen kunci dalam rencana deportasi besar-besaran imigran.
Amerika Latin tetap menjadi fokus utama tim Trump karena perannya yang signifikan dalam proses migrasi, kata laporan tersebut, pada Kamis (21/11), dengan mengutip sejumlah sumber.
Strategi itu mencakup penerapan kembali langkah-langkah ketat, seperti program "remain in Mexico", yang mengharuskan imigran menunggu proses pengajuan kasus mereka di luar wilayah Amerika Serikat.
Selain itu, akan ada perjanjian baru dengan mitra-mitra di kawasan tersebut. Strategi itu juga melibatkan kombinasi insentif dan tekanan terhadap negara-negara yang menolak menerima kembali orang-orang yang dideportasi.
Menurut laporan tersebut,tim Trump berharap mencapai keberhasilan melalui keunggulan diplomatik, penerapan sanksi, serta dukungan terhadap sekutu.
Keunggulan diplomatik merujuk pada kemampuan suatu negara atau seseorang dalam hubungan internasional untuk memengaruhi atau menekan pihak lain guna mencapai tujuan tertentu melalui alat atau kekuatan diplomasi.
Pengetatan kebijakan imigrasi menjadi salah satu poin utama kampanye pemilu Trump. Ia berulang kali menyatakan kebijakan "terlalu lunak" dari pemerintahan Biden telah menjadikan AS seperti negara dunia ketiga.
Langkah Tegas
Trump menekankan perlunya langkah-langkah lebih tegas terhadap migran dan peninjauan ulang program-program imigrasi yang ada. Sebelumnya, Trump, pada Senin (18/11), mengatakan akan menerapkan program deportasi massal bagi imigran ilegal dengan menyatakan keadaan darurat nasional serta menggunakan aset militer.
"Benar", tulis Trump dengan singkat di medsos Truth Social, membenarkan laporan dari Tom Fitton, presiden kelompok aktivis konservatif Judicial Watch.
Fitton mengatakan pemerintahan Trump sedang bersiap untuk mengumumkan keadaan darurat nasional dan menggunakan aset militer untuk melakukan deportasi.
Deportasi massal telah menjadi salah satu tema utama kampanye pemilu Trump. Selama masa jabatan pertamanya, dia telah mengumumkan keadaan darurat untuk mengalihkan dana Pentagon ke program pembangunan tembok di perbatasan dengan Meksiko.
Pemilihan presiden berlangsung di AS pada 5 November. Trump, yang menjabat sebagai presiden AS pada periode 2017–2021, dinyatakan sebagai pemenang oleh semua penelepon dan jaringan media terkemuka, yaitu Associated Press, Decision Desk HQ, Fox News, dan CNN, NBC, ABC, dan CBS dari konsorsium National Election Pool, karena Trump memperoleh cukup suara di Electoral College untuk memenangkan pemilu.
Kandidat Partai Demokrat Kamala Harris mengakui kekalahannya dalam pidatonya di hadapan para pendukungnya, sementara Presiden AS, Joe Biden, mengucapkan selamat kepada Trump.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Sensasi “Menyengat” di Pemandian Air Panas Soka
- Wisata Taman Laut 17 Pulau Destinasi Alternatif Pulau Komodo
- Gerak Cepat, Gulkarmat Kerahkan 75 Personel Padamkan Rumah yang Terbakar di Kampung Bahari
- Beijing Kecam Tindakan Pemerintah AS yang Batasi Visa Pejabat Hong Kong
- Mengagetkan Cawagub DKI Suswono Tidak Bisa Mencoblos di Pilkada Jakarta, Ternyata Ini Penyebabnya