![Mencermati Keabadian dalam Dimensi yang Berbeda](https://koran-jakarta.com/images/article/phpqxxssx_resized.jpg)
Mencermati Keabadian dalam Dimensi yang Berbeda
![Mencermati Keabadian dalam Dimensi yang Berbeda](https://koran-jakarta.com/images/article/phpqxxssx_resized.jpg)
Suasana diskusi tentang Nh Dini di Ndalem Natan, Yogyakarta.
Karya-karya Nh Dini tetap relevan bagi bangsa Indonesia. Karya-karyanya abadi. Demikian benang merah dari diskusi tentang "Nh Dini: Kehidupan, Serta Relevansinya Bagi Penulis Indonesia" yang diselenggarakan Perhimpunan Penulis Indonesia (SATUPENA) di Ndalem Natan, Yogyakarta, Minggu (3/2).
Pembicara dalam diskusi tersebut adalah Nasir Tamara, Ketua Umum SATUPENA dan Artie Ahmad, penulis novel Sunyi di Dada Sumirah. Kedua pembicara merupakan orang-orang yang mengenal dekat Nh Dini dan beberapa kali melakukan korespondensi langsung maupun tidak langsung dengan Nh Dini.
Nh Dini yang telah menulis 32 buku lebih berhasil mempertahankan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia meskipun dia tinggal lama di luar negeri. Ia juga tidak melupakan ritus-ritus spiritual dalam menulis. Menulis dianggap pekerjaan yang amat penting dan sakral sehingga ia berdoa melakukan puasa dan tirakat ketika hendak memulai karyanya.
Dini membela kepentingan hak-hak perempuan sehingga ada yang mengkategorikan dirinya sebagai penulis feminis Indonesia pertama. Juga rasa melawan ketidakadilan gender dan ekonomi.
Komentar
()Muat lainnya