Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mencermati Gejala Kanker Prostat

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Stop Kanker
Penulis : Tim CancerHelps
Penerbit : AgroMedia Pustaka
Cetakan : I, 2019
Tebal : xii + 216 halaman
ISBN : 978-979-006-631-1

Dua tokoh populer, Ani Yudhoyono dan Arswendo Atmowiloto, meninggal dunia karena kanker. Kepergian Ani dan Wendo menyangkal klaim konsultan onkologi medis RS Mount Elisabeth Singapura, Dr Kong Hwai Loong, yang mengatakan kanker bukan lagi vonis mati, meskipun kini ada 90 persen angka penyintas kanker stadium satu (hlm xi). Betapa tidak! Kanker Ani dan Wendo adalah pengecualian. Ani terserang kanker langka. Wendo terserang kanker prostat.

Buku ini membahas empat jenis kanker mematikan: prostat, paru-paru, serviks, dan payudara. Buku Stop Kanker dilengkapi pula antisipasi kanker dengan diet sehat (menu, pola makan, dan resep) serta waspada obat herbal antikanker. Herbal lebih berfungsi sebagai antioksidan yang sungguh baik untuk sel sehat. Untuk sel kanker yang sudah berubah sifat normalnya, ramuan tradisional sama sekali tidak mampu membunuhnya.

Ancaman kanker Indonesia meningkat seiring perubahan pola makan dan gaya hidup. Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia memprediksi lonjakan kanker di dunia mencapai 300 persen pada tahun 2030. Mayoritas terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi kanker Indonesia 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.792 orang.

Yang menggerogoti perempuan Indonesia paling tinggi adalah kanker payudara dan serviks (leher rahim). Sedangkan untuk pria adalah kanker prostat, paru-paru, dan kolorektal (hlm 8). Persentase kanker prostat, paru-paru, serviks, dan kanker payudara di Indonesia saling berkejaran dengan negara maju seperti Korsel, Tiongkok, dan Turki.

Kanker prostat Indonesia di urutan terendah, 44 persen, jauh di bawah ketiga negara tersebut. Tingkat kelangsungan hidup penyintas kanker serviks di urutan menengah, 65 persen di bawah Korsel, 77 persen.

Kanker yang diderita Wendo cukup ganas menyerang kelenjar prostat. Beberapa dokter memercayai kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil pada ukuran dan bentuk sel kelenjar prostat yang dinamakan Prostatic Intraepithelial Neoplasia (PIN). Buku ini juga menegaskan, hampir setengah penderita PIN setelah usia 50 tahun, tampilan sel kelenjar prostat pada mikroskop berubah.

Jika seseorang sudah memiliki biopsi prostat dengan PIN tinggi, besarlah potensi prostat terserang sel kanker. Maka, harus waspada melakukan biopsi lainnya (hlm 82). Kelenjar prostat dalam sistem reproduksi pria yang terletak persis di bawah kandung kemih, di depan rektum atau anus. Ukuran kelenjar prostat sebesar buah kenari dan mengelilingi sebagian uretra. Kelenjar prostat akan menghasilkan cairan membentuk sebagian komponen air mani.

Penyebab vital kanker prostat belum diketahui secara pasti. Ada beberapa pemicu, di antaranya riwayat keluarga. Faktor hormonal, diet tinggi lemak, dan toksin juga memungkinkan kanker, meskipun kaitannya belum jelas (hlm 83). Buku merilis active surveillance (AS) yang mengondisikan pria dengan tanda-tanda prakanker prostat dan secara aktif memantau perkembangan kankernya.

Pasien ini tidak perlu menjalani pengobatan medis seperti operasi atau radioterapi selama parameter masih terkendali. Sebagian besar pria penderita sangat enggan operasi pengangkatan prostat. Mereka stres memikirkan dampak dan disfungsi ereksi maupun inkontinensia (tidak dapat menahan kencing) dalam jangka waktu lama (hlm 86).

Hasil uji statistik menunjukkan, pasien kanker prostat yang melakukan metode AS, sekitar 65 persen akan berada tetap pada kondisi kanker yang tidak mengganas. Pengendalian kanker prostat dengan metode ini demi menghindari klaim medis yang mengategorikan stadium I, II, III, dan IV. Stadium tertinggi adalah vonis mati. Sel kanker telah menyebar menuju kelenjar getah bening regional, tulang, atau organ lain seperti paru-paru dan hati. Diresensi Yustina Windarni, Alumna Politeknik API Yogyakarta

Komentar

Komentar
()

Top