Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menanti Pemimpin Berbelarasa

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Yesus menjadi sosok pemimpin yang berbelarasa dengan wafat di kayu salib. Ia wafat dengan segala rasa remuk redam oleh kuasa maut. Ia wafat melalui proses peradilan yang kacau, penuh tekanan dan ketakutan karena teriakan massa yang kalap. Ia wafat melalui proses penyiksaan bengis, kejam, dan sadis. Ia wafat bukan sekadar mati, tapi melalui proses kebencian dan dendam hebat dari musuh-musuh.

Namun, kematian-Nya tidak sia-sia karena membawa kehidupan belarasa. Saat ini, kita sedang hidup di tengah masyarakat yang diserbu informasi, tanpa pandang bulu. Ini bisa mengakibatkan hidup mengalami kedangkalan luar biasa dalam diskresi moral. Kita mudah mengunggah yang tidak konstruktif dan gegabah men-share berita-berita bohong, tanpa menguji kebenarannya.

Ini sebenarnya cermin pribadi yang defisit rasa peka dan belarasa. Kabar, gambar, dan serbavurgal menjadi viral, namun bohong. Dampaknya hanya menjerumuskan masyarakat ke jurang kematian mental, spiritual, dan moral. Alih-alih membangun bela rasa, sikap itu justru mencabik-cabik kehidupan yang mestinya dibangun agar rukun dan damai. Maka, pemimpin yang berbelarasa sangat dibutuhkan kehadirannya justru saat kita dengan mudah dicabik-cabik dan dipecah-pecah.

Kehidupan tercabik-cabik oleh kebencian, kekerasan, dan kebohongan ini harus diselamatkan oleh pemimpin yang berbelarasa, Di sinilah, kematian yang ditempuh Yesus menjadi jalan kehidupan. Belarasa yang dihadirkan Yesus hingga kematian-Nya berbuah kebangkitan dan kehidupan. Dia terus dekat dengan mereka yang berduka, menderita, tersiksa, cemas, dan takut.

Dalam perspektif Paskah, Yesus diremukkan oleh kuasa maut. Namun, kematian-Nya justru menumpulkan dan bahkan menghapus sumber maut. Melalui kematian-Nya, Ia mengalahkan semua kuasa maut. Kegelapan hati yang sering membuat putus asa dikuatkan-Nya. Hati yang kerap putus asa karena menyaksikan berbagai bentuk kekerasan yang merajalela, diteguhkan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top