Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
IEL University Series 2019

Memupuk Talenta Muda "E-Sports" Indonesia

Foto : dok. IEL University Series 2019
A   A   A   Pengaturan Font

Untuk memperkuat potensi e-sport lokal, diperlukan ekosistem dan sumberdaya altet mumpuni, yang semua itu bisa digali sejak dini melalui kompetisi amatir, seperti IEL University Series kompetisi e-sports tingkat universitas.

IEL University Series 2019, kompetisi e-sports tingkat universitas, yang telah memasuki babak final pada 27-28 April 2019 membuka peluang pegiat e-sports muda ke level yang lebih bergengsi.

Dalam ajang itu setelah melalui seluruh rangkaian pertandingan panjang, tim e-sports dari Universitas Binus menyabet keseluruhan juara IEL University Series 2019 untuk kedua nomor laga yang dipertandingkan tersebut.

Pertunjukan seru terjadi pada pertandingan grand final, tim Dota 2 Universitas Binus yang bermain sangat agresif ketika menghadapi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), berhasil melumpuhkan dengan cepat perlawanan UMN dengan keagresifan dan racikan strategi canggihnya, laga berjalan cukup singkat dengan membabat habis 2-0 dan membuat BINUS meraih gelar juara pertama.

Sedangkan pada perebutan juara ketiga, tim e-sports Universitas Ciputra secara luar biasa juga mengalahkan Universitas Kristen Maranatha dengan skor 2-1 setelah melakukan comeback dari skor 0-1 untuk mengunci peringkat ketiga.

Sementara dalam laga Mobile Legends, tim Universitas Binus yang kembali menghadapi UMN di babak final, nasibnya tak jauh berbeda dengan tim Dota 2. Strategi apik, dan permainan cepat ala Binus langsung membabat habis UMN dengan skor 2-0. Pada perebutan peringkat 3-4 sebelumnya, tim Universitas Kristen Petra berhasil mengatasi perlawanan Universitas Dian Nuswantoro dengan skor 2-0 dan mengunci peringkat ketiga.

"Sebagai bagian dari rangkaian kompetisi liga universitas untuk tingkat amatir, IEL University Series 2019 telah berjalan lancar sesuai harapan. Dari kompetisi ini, bibit-bibit unggul telah tampak, namun perjalanan kita dalam mengembangkan ekosistem e-sports tidak berhenti sampai di sini," tutur Eddy Lim, Presiden Indonesia e-Sports Association (IeSPA) di sela kompetisi IEL University Series 2019, di Liga Game Esport Arena, Jakarta.

Selain hadiah senilai Satu miliar rupiah, liga e-sports antar kampus yang mempertandingkan Dota 2 dan Mobile Legend ini diketahui berhadiah tiket menuju Pelatnas Indonesia dalam rangka menyambut SEA Games 2019 yang akan diadakan di Manila, Filipina. "Selanjutnya kita perlu mempersiapkan para pemenang juara umum Liga IEL di pelatnas e-sports SEA Games 2019 yang akan diselenggarakan dalam beberapa bulan mendatang. IeSPA bersama Kemenpora dan KOI pun turut memberikan dukungan penuh kepada para atlet agar dapat meraih prestasi maksimal," terangnya. ima/R-1

Menjaring Bibit Unggul

Yang menjadi menarik, kompetisi ini berhasil menjaring banyak bibit e-sports di kalangan universitas, hal ini menjadi penting mengingat dibutuhkan pembinaan, agar regenerasi atlet e-sports ke depan menjadi lestari. Eddy Lim menjelaskan ajang IEL University series adalah rangkaian kompetisi liga universitas yang bertujuan melakukan pembinaan e-sports di tingkat amatir.

"Ajang ini sekaligus merupakan awal positif untuk mencetak talenta baru dalam mengembangkan industri e-sports Tanah Air," terangnya.

Yang menjadi catatan penting lainnya, pertumbuhan e-sports di kawasan Asia Tenggara sangat massif dan fenomenal, sehingga percepatan untuk memupuk talenta atlet olahraga digital perlu digalakkan, berikut dengan ekosistem penunjangnya.

Di luar itu, ajang ini juga diharapkan semakin menumbuhkan industri e-sports yang dimulai dari lingkungan kampus. Eddy berharap ke depannya akan lahir lebih banyak lagi atlet e-sports, dengan segala penunjangnya seperti content creator, pelatih, pembawa acara, analis pertandingan, hingga komentator pertandingan e-sports, sehingga industrinya bisa tumbuh semakin besar lagi.

Harry Kartono, Chief Operational Officer MIX 360 e-Sports, penyelengara ajang ini, menambahkan kegiatan kompetisi selain mencari bibit atlet dapat juga memupuk ekosistem. "Bisa dibayangkan kita punya komentator pertandingan terbaik, tapi saat ini levelnya masih sebatas di lingkup kita saja (kompetisi lokal). Kalau sampai ke tingkat internasional belum, karena ada beberapa keterbatasan yang kita miliki dan harus dibenahi, misalnya bahasa," paparnya.

Selain menyediakan panggung bagi para mahasiswa untuk berkompetisi, Harry berharap melalui kompetisi ini paradigma tradisional tentang e-sports yang semula dianggap sebagai permainan yang membuang-buang waktu dapat berubah menjadi olahraga positif, tentunya ini dapat ditempuh melalui dukungan orangtua dan institusi pendidikan.

"Agar e-sports di Indonesia bisa semakin maju, paradigma tradisional para orang tua dan institusi pendidikan terhadap e-sports perlu berubah, sehingga mereka bisa turut mendukung pembinaan talenta-talenta berbakat yang ada di sekitar yang memiliki minat di bidang ini," ujar Harry. ima/R-1

Bangun Pedoman Atlet

Perlu disadari, e-sports dengan bermain game adalah dua hal berbeda. Bila game hanya dimainkan sebagai hiburan untuk mengisi waktu luang, sementara e-sports dimainkan untuk tujuan profesional atau sebagai profesi.

Sehingga bagi yang menekuni e-sports juga dituntut memiliki gaya hidup sehat dan perlu melatih kebugaran mereka agar konsentrasinya tetap terjaga di saat pertandingan.

Itu sebabnya sebagai upaya pembudayaan e-sports di masyarakat, khususnya kaum muda Indonesia, juga untuk mencerahkan masa depan olahraga elektronik. Untuk itu, Prof Zainal Abidin Simanjuntak, Ketua Bidang Pengembangan Usaha FORMI Nasional mengungkapkan, pihaknya saat ini sedang menggodok pedoman pembinaan fisik atlet e-sports.

"Ini diperlukan karena tanpa pembinaan fisik, atlet e-sports tidak akan mampu menjadi juara. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk membuat pedoman pelatihan fisik yang dikhususkan kepada olahraga elektronik. Kita ingin memiliki sebuah gerakan olahraga resmi untuk para atlet. Hal ini penting untuk melindungi mata, leher, dan punggung dari cidera karena berlatih bermain game," ungkapnya.

Diciptakan pedoman ini juga menjadi salah satu bentuk untuk meluruskan paradigma di kalangan masyarakat. Saat ini semua pihak yang mendukung e-sports di Indonesia memiliki satu masalah yang sama. Mereka sedang berjuang untuk mematahkan pandangan masyarakat yang menyatakan e-sports hanya seperti bermain game biasa padahal berbeda sekali.

"E-sports bukan seperti bermain game biasa. Ini lebih dekat dengan olahraga, harus difahami itu. Saat bermain, para atlet juga perlu memiliki kondisi fisik yang baik karena pada saat bertanding, kondisi fisik yang bugar bisa menghasilkan juara. Sama halnya dengan atlet olahraga lain," pungkasnya. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top