Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memetik Pelajaran dari Boeing Company dan FAA

Foto : ISTIMEWA

Chappy Hakim - Pusat Studi Air Power Indonesia

A   A   A   Pengaturan Font

Reaksi yang muncul sangat logis membuat banyak pihak mulai meragukan kualitas produksi pabrik pesawat Boeing yang diikuti rasa "takut" para pengguna pesawat Boeing untuk terbang. Para pelanggan fanatik pesawat Boeing yang dikenal sangat prima dalam hal aviation safety mulai kehilangan kepercayaannya. Merespons fenomena ini, maka pada bulan Maret 2019, FAA (Federal Aviation Administration) sebagai otoritas penerbangan federal Amerika Serikat dan sejumlah otoritas penerbangan berbagai negara mengandangkan Boeing 737 MAX 8 alias di-grounded total. Sebuah tindakan yang bertujuan memberikan waktu terlebih dahulu bagi Boeing dan FAA melakukan koreksi terhadap kemungkinan kesalahan yang menyebabkan kecelakaan fatal itu terjadi. Pada titik ini banyak pihak mulai mempertanyakan reputasi Boeing dan FAA sebagai garda depan yang memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan penerbangan.

Pertengahan bulan November 2019, Chappy Hakim, Ketua TimNas EKKT tahun 2007 (Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi) diundang khusus oleh Boeing Company ke Seattle dalam rangka Boeing Company Visit Tour sebagai salah seorang Aviation Safety Expert. Acara utama adalah turut berpartisipasi sebagai salah satu peserta dalam program spesial berjudul "Product Briefing, Flight Simulator Session dan Production Tour" sebagai bagian dari Boeing's ongoing 737 MAX returns to service activities. Akomodasi disediakan oleh Boeing Company bagi seluruh peserta di Hotel Regency Lake Washington. Hotel Bintang 5 yang berlokasi di tepi sebuah danau air tawar terbesar ke-2 di negara bagian Washington.

Perkembangan selanjutnya, FAA sebagai badan resmi otoritas penerbangan Amerika Serikat mengumumkan pada hari Rabu, tanggal 18 November 2020, untuk mencabut larangan terbang bagi pesawat B-737 MAX 8. FAA merilis B-737 MAX 8 untuk terbang lagi setelah dilakukan beberapa perbaikan dan penyempurnaan kualitas produksi dari pesawat terbang MAX 8. Beberapa di antaranya yang dilakukan adalah penyempurnaan software sistem kendali pesawat terbang yang berkait dengan MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) yang telah ditengarai sebagai penyebab utama dari kedua kecelakaan fatal tersebut.

Demikianlah, setelah FAA mencabut larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 MAX 8 seiring dengan upaya meningkatkan kualitas produksi pesawat Boeing khususnya B737 MAX 8 maka penerbangan dengan pesawat Boeing terlihat seperti aman kembali. Para pengguna pesawat terbang Boeing sudah mulai merasa nyaman lagi, seiring dengan pulihnya kepercayaan mereka terhadap tingkat keselamatan pesawat keluaran pabrik Boeing Company dan FAA sebagai otoritas penerbangan nasional. Amat sangat disayangkan, ternyata hal ini tidak berlangsung lama, karena pada awal tahun 2024 terjadi lagi serangkaian kecelakaan pesawat terbang produksi pabrik pesawat terbang Boeing yang nyaris fatal.

Beberapa kecelakaan pesawat Boeing di tahun 2024, antara lain berawal dari insiden lepasnya pintu pesawat Boeing 737 MAX 9 Alaska Airlines tanggal 5 Januari 2024 yang terpaksa harus melakukan pendaratan darurat. Tanggal 13 Januari 2024, pesawat Boeing 737-800 maskapai All Nippon Airways, membatalkan semua jadwal penerbangan karena kedapatan jendela di kokpit pecah. Tanggal 17 Januari, Menlu AS membatalkan penerbangan dengan Boeing 737 dari Swiss karena diduga terjadi kebocoran sistem oksigen di pesawat.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top