Membangun Kota Mini Nomaden di Balik Ingar-bingar Reli Dakar
Foto udara memperlihatkan kondisi bivak di Etape 1 Reli Dakar dekat Kota Bisha, Arab Saudi, pada 4 Januari lalu. “Kota mini” ini akan selalu berpindah seiringan dengan berjalannya reli yang melintasi bentangan gurun pasir di Arab Saudi.
Foto: AFP/Valery HACHESiaran televisi amat menyukai Reli Dakar karena gambar-gambarnya yang tajam dan dramatis dari mobil, sepeda motor, dan truk yang melaju melewati pasir dan bukit pasir yang membentang di Arab Saudi.
Namun, siaran televisi tidak menunjukkan gambaran utuh, mengalihkan lensanya dari perkemahan yang beranggotakan 3.500 orang, enam pesawat, 11 helikopter, 100 truk, dan 70 bus yang menjadi “mesin” logistik raksasa yang memindahkan kota mini di tengah gurun dari satu panggung ke panggung lain dan menjaga perlombaan tetap berlangsung.
Ditetapkan di bawah pengamanan ketat di dataran pasir seluas 25 hektare di wilayah Bisha di barat daya negara itu, bivak start Dakar beroperasi penuh pada hari-hari awal edisi 2025 ini. Siang dan malam, generator-generator berderu di samping bangunan-bangunan terpal putih yang besarnya seperti hanggar pesawat terbang. Truk-truk mengisi tangki-tangki air untuk sekitar 200 toilet dan kamar mandi, sementara yang lain menyiramkan air ke jalan-jalan untuk membersihkan debu yang beterbangan akibat arus kendaraan yang terus-menerus.
Ketika datang badai pasir dahsyat menerjang sekitar, lautan tenda perkemahan kecil ini menjadi tempat bagi sebagian besar penduduk komunitas nomaden ini berlindung dan tidur karena tidak ada hotel bintang lima di sini.
Tenda yang membentuk kamp tersebut berukuran 1.600 meter persegi dan terletak di sebelah arena permainan, lapangan olahraga, dua toko, dan panggung dengan layar raksasa. Ini adalah sebuah dunia kecil mandiri yang jauh dari perkotaan yang harus diangkut melalui 12 tahap.
"Misi dasar logistik ini adalah menempatkan orang dan sumber daya sehingga setiap layanan, pelanggan, dan pesaing, dapat saling beroperasi dan melaksanakan tugas mereka dalam kondisi sebaik mungkin," kata Guillaume Kleszcz, direktur logistik untuk Amaury Sport Organisation (ASO), sebuah organisasi yang memiliki, merancang dan mengelola even-even olahraga internasional utama), kepada AFP.
Duplikasi
Setiap ajang Dakar, penyelenggara harus mampu menyediakan sekitar 10 bivak seperti ini, yang mengikuti setiap pereli saat mereka menempuh perjalanan melintasi jazirah Arab, tempat kompetisi ini digelar sejak 2020. Hampir setiap hari, kota mini baru ini harus dibuat dari awal di tengah pasir dan batu.
“Setiap lokasi butuh waktu sekitar 10 hari untuk disiapkan,” kata Arnaud Calestroupat, manajer logistik Dakar. “Pertama-tama kami meratakan tanah, lalu kami memasang struktur dan instalasi listrik,” imbuh dia.
Sejauh memungkinkan, para ahli logistik menduplikasi apa yang mereka bisa lakukan untuk membuat progres sejauh mungkin dalam perakitan kota mini ini. Misalnya, ada dua salinan pusat kendali lomba. Yang digunakan di bivak 1 langsung dikirim ke bivak 3, sedangkan yang di bivak 2 dikirim terlebih dahulu ke bivak 4, dan seterusnya.
Demikian pula, tenda katering, yang akan menyediakan sekitar 100.000 makanan selama lomba berlangsung, akan tersedia dalam empat versi berbeda, yang akan bergantian satu sama lain.
Berkat rotasi ini, penyelenggara hampir unggul dua bivak menjelang perlombaan, dan setiap area terstruktur dengan cara yang sama.
“Di bagian tengah terdapat area teknis, yang merupakan area kerja,” kata Calestroupat. “Di seberangnya ada ruang keluarga, yang dapat diakses oleh semua orang, tempat semua orang dapat bertemu dan berkumpul. Dan di sekitar dua area besar ini akan ada padang rumput.”
Paddock adalah tempat para tim memiliki tempat tinggal. Namun, tidak semuanya dapat dikloning, termasuk manusia.
Pada setiap pergantian bivak, 500 orang, termasuk penyelenggara, pers, dan tim, dipindahkan saat fajar dengan pesawat sewaan khusus sehingga mereka dapat berada di titik akhir, beberapa ratus kilometer jauhnya, bahkan sebelum dimulainya perlombaan.
Sedangkan untuk tim produksi televisi, mereka pasti sudah menyelesaikan pekerjaannya pada sore hari untuk mengemas peralatan dan mengangkutnya semalaman dengan truk ke lokasi berikutnya. Di sana, segera dipasang kembali sehingga siap digunakan lagi saat mobil dan sepeda motor mulai beroperasi keesokan paginya.
Skala raksasa ini membutuhkan sejumlah besar pria dan perempuan dengan 3.500 orang yang biasanya ditampung di sebuah bivak, dimana ASO dan berbagai penyedia layanan biasanya sanggup menampung sekitar 800 hingga 900 orang saja.
Namun semua ini tidak akan ditayangkan di televisi yang akan berfokus pada para pria dan perempuan yang dengan berani memacu habis-habisan kendaraan mereka melintasi bukit pasir dalam upaya untuk memenangkan reli, dan tidak seorang pun menginginkannya dengan cara lain. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Pemerintah Percepat Pembangunan Sekolah Rakyat
- 2 TNI AD Telah Bangun 3.300 Titik Air Bersih di Seluruh Indonesia
- 3 Program Makan Bergizi Gratis Harus Didanai Sepenuhnya Dari APBN/D
- 4 Basarnas evakuasi jenazah diduga WNA di tebing Uluwatu
- 5 Guru Besar UGM Sebut HMPV Tidak Berpotensi Jadi Pandemi, Ini Alasannya