Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Membaca Yesus dalam Sebuah Novel

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Mereka lalu bersujud dan berdoa dalam bahasa yang tak dipahami. Keesokannya, saat orang-orang Parsi akan melanjutkan perjalanan, Anna dititipi pesan, "Anak itu baru sehari umurnya, tetapi kami menyaksikan cahaya Tuhan di mata-Nya dan senyum Tuhan kami di mulutnya. Kami mohon kalian melindungi-Nya baik-baik sehingga nanti Ia bisa melindungi kalian semua (hlm 11)." Pilihan kata "mohon kalian melindungi-Nya" menunjukkan ketokohan Yesus sebagai Anak Manusia yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari manusia lainnya.

Di halaman 64-65, bisa dibaca kesaksian Yohanes, Anak Zebedeus, yang menguatkan alasan Kahlil Gibran untuk menamai buku ini Yesus Anak Manusia. Lihat, "Yesus orang Nazaret dilahirkan dan dibesarkan seperti kita. Ibu dan ayah-Nya seperti orang tua kita, dan ia manusia biasa…. Ia sendiri ingin disebut dengan nama (Anak Manusia) itu karena Ia tahu rasa lapar dan haus. Dia memandang manusia mencari diri-Nya yang Agung."

Hal ini tak lain dan tak bukan merupakan kerendahhatian Yesus. Sekalipun Anak Manusia, Dia istimewa. Tuhan memuliakan dan mengaruniai berbagai mukjizat. Ia mampu menyembuhkan penyakit-penyakit yang tak diketahui cara pengobatannya oleh orang Yunani dan Mesir. Ia pun bisa menghidupkan orang mati (hlm 23). Yesus pun diberi tugas membawa umat menuju jalan yang benar lewat ajaran yang dipikul-Nya.

Selama hidup, Yesus hampir selalu migrasi dari suatu daerah ke daerah lain untuk menyiarkan ajaran. Ketokohan dan kemasyuran-Nya menyebar ke pelosok-pelosok negeri. Banyak orang yang kemudian menjadi pengikut setia. Tapi, muncul pula orang-orang yang menentang. Kesaksian demi kesaksian, pengikut dan penentang, dapat disimak dalam buku ini.

Baca Juga :
Balap Motor Jalanan

Akhirnya, kesaksian tentang prosesi penyaliban Yesus mendapat halaman banyak. "… sejak kematian-Nya yang tanpa perlawanan, bala tentara bangkit dari dalam bumi guna bertempur untuk-Nya.… Dan, meskipun telah meninggal, Ia lebih baik dilayani oleh mereka daripada Pompei ataupun Cesar yang masih hidup," kata Klaudius, pengawal Romawi (hlm 276).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top