Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Membaca Manuver Elite

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Model komunikasi dua tahap (two-step models) mengambil inisiatif untuk memajukan "petarung" lebih dini ke gelanggang. Namun, ini juga menyiapkan alternatif terbaik andai jagoannya kalah. Sehingga dari awal komunikasi politik mereka tebar ke ragam kekuatan politik. Pola ini dengan cekatan dilakukan Golkar yang sejak dini mengajukan Jokowi. Tetapi juga punya pengalaman untuk loncat kongsi jika calonnya kalah.

Hal ini pernah ditempuh Golkar 2014, mengusung Prabowo lewat Koalisi Merah Putih (KMP). Saat jagoannya kalah mereka putar haluan mendukung Jokowi dan mendapat jatah di kabinet. Sejarah menunjukkan, Golkar memang paling piawai menjalankan pola dua tahap ini.

Sedang model pertautan (linkage model), mengandalkan irisan-irisan kesamaan di antara kekuatan nonarus utama. Saat ini sudah ada arus utama PDIP dan Gerindra. Bukan mustahil terbuka peluang poros ketiga meski untuk 2019 peluangnya kecil. Pola ini sangat mungkin dilakukan Partai Demokrat, PAN, PKS, dan PPP. Dengan catatan didukung partai lain hingga mencapai ambang batas.

Posisinya bisa saja menjadi pemecah konsentrasi dalam kontestasi. Misalnya, memunculkan poros ketiga, agar permainan tidak langsung head-to-head seperti 2014. Jika posisinya menjadi tautan, kongsi partai-partai model ini sangat menguntungkan Prabowo. Sama halnya seperti Pilkada DKI pemilih AHY-Silvy di putaran pertama lebih banyak pindah ke Anis-Sandi di putaran kedua.

Penulis pengamat politik
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top