Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Media Asing Sebut Polisi Sengaja Tutup Gerbang Stadion saat Tragedi Kanjuruhan

Foto : AP

Seorang pelayat menangis di lokasi peringatan untuk para korban bencana sepak bola di stadion Kanjuruhan.

A   A   A   Pengaturan Font

Insiden horor Tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya terus menjadi sorotan dunia.

Media asal Timur Tengah Al Jazeera bahkan menyoroti langkah polisi yang dituduh sengaja menembakkan gas air mata ke tribun penonton dan memblokir gerbang ketika massa mencoba melarikan diri dari stadion, menyebabkan ratusan orang mati lemas dalam Tragedi Kanjuruhan.

"Saksi-saksi bencana stadion sepak bola Indonesia yang menewaskan sedikitnya 125 orang dan melukai ratusan lainnya, menuduh polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton dan memblokir gerbang ketika orang-orang mencoba melarikan diri dari kekacauan," tulis Al Jazeera pada Rabu (4/10).

Dalam berita bertajuk "Witnesses recount chaos, blame police in Indonesia stadium deaths", Al Jazeera melaporkan gas air mata, yang penggunaannya dilarang FIFA dalam Stadium Safety and Security Regulations, ditembakan polisi tak hanya pada mereka yang menyerbu lapangan, tetapi juga penonton di tribun Stadion Kanjuruhan.

Berbicara kepada Al Jazeera, salah satu saksi sekaligus korban selamat dalam Tragedi Kanjuruhan, Fitria Rahmawati menceritakan bagaimana dia melihat polisi dan tentara memukul pria dan wanita dengan tongkat "sampai tulang mereka patah", dan bagaimana dia menyaksikan penonton menyerang polisi.

"Polisi "100 persen" harus disalahkan," kata Fitria Rahmawati kepada Al Jazeera.

Fitria juga menyayangkan langkah polisi yang justru menutup gerbang tujuh Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan ribuan penonton terkurung dan ratusan di antaranya kehabisan nafas di dalam stadion.

"Akhirnya saya menemukan jalan menuju gerbang tujuh, pintu itu terbuka selama beberapa menit dan saya berhasil keluar. Tapi kemudian polisi menutupnya lagi dan terus menembakkan gas air mata dan menyerang orang-orang dari dalam dan luar," ujarnya lagi.

Tak hanya Fitria, Al Jazeera turut berbicara kepada penonton lain yang juga berhasil menyelamatkan diri. Surya yang menghadiri pertandingan itu dengan tujuh teman universitas lainnya, menjelaskan polisi anti huru-hara dengan cepat menembakkan gas air mata ketika salah satu suporter turun ke lapangan dan memicu kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

"Setelah sirene berbunyi, salah satu penggemar berlari melintasi lapangan membawa bendera bertuliskan 'Kamu bermain buruk," katanya.

"Saat itulah saya mendengar seorang komandan atau seseorang yang bertanggung jawab berteriak 'Tembak gas air mata!', dan mereka melakukannya. Polisi juga mulai menendang penonton, dan penonton menyerang polisi. Itu adalah kekacauan," lanjut Surya.

Kepada Al Jazeera, Surya mengklaim bahwa gerbang Stadion Kanjuruhan sempat terbuka, sebelum akhirnya ditutup paksa ketika dirinya sampai di sana. Ia menjelaskan polisi memblokir gerbang stadion dengan barikade besi. Ketika polisi menolak untuk membuka jalan, penggemar di luar stadion mengambil tindakan untuk membantu mereka yang ada di dalam untuk keluar.

"Kami mendorong barikade dan berteriak kepada mereka untuk membiarkan kami keluar karena korbannya banyak sekali," kata Surya.

"Tetapi polisi balas berteriak bahwa mereka telah menerima perintah langsung dan menolak. Untungnya, penonton yang sudah berada di luar stadion mengalahkan mereka sehingga kami bisa melarikan diri," jelas Surya.

Sebagai informasi, Tragedi Kanjuruhan terjadi setelah Arema kalah 2-3 dari Persebaya. Tak terima kalah, sejumlah Aremania disebut turun ke lapangan dan terlibat bentrok dengan pihak kepolisian. Gas air mata lantas dilepaskan untuk menghalau massa, namun nahas langkah itu justru menyebabkan penonton panik sehingga banyak dari mereka terinjak-injak serta sesak napas.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo sendiri menyebutkan jumlah korban meninggal tragedi Kanjuruhan sebanyak 131 orang, jumlah tersebut diperoleh setelah dilakukan verifikasi dan pengecekan bersama Dinas Kesehatan, Tim DVI dan direktur rumah sakit.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top