Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 23 Jan 2023, 05:17 WIB

Maratha Mandir, Bioskop dengan Film yang Sama Selama 27 Tahun

Simran, penonton tetap di Maratha Mandir. Film "Dilwale Dulhania Le Jayenge" merangkum gejolak masyarakat India yang harus memilih antara peluang ekonomi dan benturan tradisi.

Foto: Atul Loke untuk The New York Times

Setiap kali cahaya dari layar memantul di wajahnya, ia tampak tenang menikmati dan matanya yang lembut terpaku pada film.

"Saya menemukan kedamaian di sini. Saya menjadi sedikit tenang," kata Madhu Sudan Varma, salah satu penonton di bioskop Maratha Mandir, Mumbai.

Tunawisma berusia 68 tahun dengan pekerjaan memberi makan kucing tetangga itu datang sekitar 20 kali dalam sebulan.

Dan kini, penonton terus berdatangan. Beberapa membayar di loket tiket dengan beberapa sentuhan telunjuk di layar ponsel, yang lain dengan segenggam koin.

Mayoritas dari mereka adalah pelajar, pegawai kantor, PSK dari distrik lampu merah terdekat, pekerja harian yang masih mengejar mimpi di "kota terbesar" India, juga para tunawisma dengan mimpinya.

Setiap tahun industri film India menghasilkan sekitar 1.500 cerita. Tetapi penonton di Maratha Mandir hanya datang untuk menonton "Dilwale Dulhania Le Jayenge" (Yang Berhati Berani akan Mendapatkan Mempelai Wanita"), drama romantis karya sutradara Aditya Chopra dengan pemeran utama Shah Rukh Khan. Film itu sangat digemari sampai gedung dengan 1.100 kursi ini telah memutarnya setiap hari sejak tayang perdana 27 tahun lalu dan berlanjut hingga kini.

Dari The New York Times, India sekarang dalam banyak hal tercermin dalam film yang berkisah pertemuan pasangan dengan latar belakang momen perubahan besar di India itu.

Perekonomian India kini telah meningkat sekitar 10 kali lipat dari pada pertengahan 1990-an. Revolusi teknologi digital yang membuka dunia baru, tapi juga ketegangan baru, karena pilihan yang diberikan oleh peluang ekonomi, untuk memutuskan cinta dan hidup warga sendiri, bertentangan dengan tradisi lama yang melindungi.

Kini perempuan India mencari lebih banyak kebebasan dalam masyarakat yang didominasi laki-laki. Dan kekuatan modernitas dan konservatisme tetap dalam ketegangan karena sayap kanan politik yang berkuasa menunjuk dirinya sebagai penegak nilai-nilai konvensional.

Namun, harapan mereka akan kehidupan tanpa batas telah surut. Ketika dampak awal dari liberalisasi memuncak dan ketidaksetaraan ekonomi semakin dalam, aspirasi berkurang. Kisah Dilwale Dulhania Le Jayenge/DDLJ, cerita, pemain, musik dan dialognya menjadi pelarian bagi yang merasa tertekan. Film itu adalah inspirasi. Dan bagi mereka yang berhasil mengatasi tekanan, DDLJ adalah kapsul waktu, titik awal transformasi India.

"Itu tumbuh dan tumbuh menjadi, Anda tahu, menjadi pusaka," kata Kajol, lawan main Shah Rukh Khan dalam DDLJ. Ia berperan sebagai pemeran utama wanita, Simran.

"Saya bertemu begitu banyak orang yang mengatakan kepada saya, kami telah membuat anak-anak kami duduk dan menonton DDLJ. Kami telah membuat cucu kami duduk dan menonton," aktris berusia 48 tahun itu.

Ketika pandemi memaksa bioskop tutup selama setahun, banyak yang berspekulasi bahwa rekor penayangan film itu akan berakhir. Tapi kini DDLJ kembali diputar setiap pukul 11:30 pagi di Maratha Mandir, seringkali menarik penonton lebih banyak daripada dari film baru yang diputar sore hari.

Beberapa dari penonton telah datang berkali-kali sehingga mereka lupa berapa kali telah menonton - 50, 100, hingga ratusan.

Seorang sopir taksi yang mengantri di luar bioskop pada suatu pagi musim gugur ini telah menontonnya enam kali, dan seorang tukang las sekitar selusin.

Lalu ada seorang wanita dengan kepala terbungkus kantong plastik.

"Saya datang setiap hari, saya menyukainya,."
katanya.

Tidak ada yang tahu nama asli PSK di Kamathipura it. Mungkin Jaspim, tapi bahkan ia sendiri tidak yakin. Tidak masalah, karena semua orang memanggilnya dengan nama yang dia sukai: Simran, seperti sang bintang di film.

Berbaring pada malam hari di kamar yang dia tempati di distrik lampu merah Mumbai, terkadang Simran memimpikan adegan film tersebut.

Dia memastikan tidak melewatkan pertunjukan, bahkan ketika pewarna rambutnya yang beruban belum kering. Dia lebih suka datang memakai kantong plastik untuk melindungu rambut daripada melewatkan pertunjukan.

"Saya tidak melihat film lain, hanya yang ini. Luar biasa, Saya tersesat dalam lagu dan tariannya," ujar Simran.

'Jalani Hidupmu'

DDLJ tak hanya soal cinta, tapi juga tentang kompromi.

Karakter Kajol, Simran Singh, dibesarkan di London, meskipun ayahnya menggunakan pendapatan dari toko keluarga untuk membesarkan anak-anaknya dalam tradisi India.

Dalam perjalanan ke Eropa bersama teman-temannya, Simran bertemu dengan Raj Malhotra yang diperankan oleh Shah Rukh Khan, seorang pemuda kaya yang dibesarkan oleh seorang ayah tunggal. Durasi tiga jam film dihabiskan untuk upaya pasangan itu membujuk ayah Simran yang konservatif untuk membatalkan perjodohan yang telah dia rencanakan untuk putrinya, dan merestui keduanya.

"Pergilah, Simran, pergilah," kata sang ayah di akhir film, setelah film itu berlinang air mata, perkelahian berdarah dan banyak lagu kerinduan. "Jalani hidupmu".

'Cinta Tidak Berakhir'

Di bioskop Maratha Mandir, logika mempertahankan satu film berjalan selama hampir tiga dekade adalah ekonomi sederhana: film-film baru bisa menjadi hit atau miss, tetapi penonton untuk DDLJ tetap stabil.

"Film ini abadi," kata Manoj Desai, direktur eksekutif bioskop berusia 72 tahun, "karena menceritakan kisah cinta sejati. Karena cinta tidak berakhir".

Letak bioskop di dekat dua pusat transportasi memastikan lalu lintas yang konstan. Dan karena tiketnya murah: 30 rupee untuk kursi di lantai bawah dan 40 rupee untuk kursi di balkon, atau sekitar 40 hingga 50 sen, seperempat dari harga tiket film baru.

Batasan perempuan

Sekarang, India memiliki lebih dari 200 juta rumah tangga dengan televisi, naik dari 50 juta saat itu. Lebih banyak orang yang mampu membeli tiket bioskop. Dan baru-baru ini ekonomi terbesar kelima di dunia ini diperkirakan akan memiliki satu miliar pengguna smartphone pada 2026.

India masih mencoba memutuskan di mana harus menetapkan garis yang disarankan DDLJ, antara konservatisme dan modernitas.
Dalam banyak hal, perempuan belum mencapai janji ekonomi India baru. Hanya sekitar seperempat wanita yang berpartisipasi dalam angkatan kerja, kurang dari setengah tingkat semua ekonomi besar lainnya.

Menurut Surbhi Bhatia, peneliti data dan pengembangan di Mumbai, bagi perempuan yang telah menemukan peluang ekonomi, masyarakat lambat menerima kemandirian mereka. Memiliki penghasilan sendiri, atau bahkan hanya smartphone, telah diartikan sebagai kebebasan baru.

"Tetapi ketika seorang suami muncul, itu membawa lapisan izin baru dan penyitaan waktu luang untuk pekerjaan rumah tangga," kata Bhatia.

Selamat tinggal

"Selama 10 tahun, aula akan penuh akan ada antrean untuk tiket," kata Desai tentang perilisan film tersebut pada 1995.

"Setelah 10 tahun, film ini sedikit menurun, tetapi semangatnya belum mati," ujarnya.

Namun, banyak penonton yang datang justru untuk berdiri dan menghindari panas kota Mumbai. Varma, gelandangan berusia 68 tahun itu datang kw loket tiket dengan dua tas barang bawaannya, berisi selimut, beberapa pakaian ganti, dan botol air.

Dia tidur di becak yang diparkir di dekat patung Buddha. Bangun sebelum fajar, Varma memberi makan sekitar 50 kucing tetangga, dan sebuah LSM membayarnya 100 rupee atau sekitar 1,30 dolar AS sehari.

Dia bekerja di bisnis pelapis furnitur keluarga sebelum perselisihan memaksanya turun mengemis di jalan. Varma telah kehilangan semua orang tersayang dalam hidupnya, dari saudara kandung hingga orang tua.

Tapi satu orang muncul kembali sekitar 15 tahun yang lalu: cinta tak berbalas yang membuatnya bujangan. Perbedaan kasta membuat perjodohan mereka mustahil, sama seperti mereka mencegah banyak kisah cinta bahkan hingga hari ini. Wanita tersebut menikah pada 1984 dan kemudian memiliki anak yang kini telah menikah.

Hubungan keduanya kini kembali menjadi persahabatan. Mereka berbicara melalui telepon sebulan sekali; dia bertanya tentang hidupnya, anak-anaknya, dan dia bertanya apakah dia makan dengan cukup.

"Ada orang lain yang akan menelepon di masa lalu," kata Varma.

Varma duduk di lantai dasar gedung bioskop. Di barisan di depannya adalah Simran, sang PSK.

Saat lagu-lagu yang sangat populer dalam film muncul, Simran bergoyang di kursi, ikut bernyanyi dan berdiri untuk menari di lorong. Dia meniru dialognya. Dan saat Simran asli dalam film melambaikan tangan kepada Raj, Simran di barisan penonton juga melambaikan tangannya sebagai tanda selamat tinggal.

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Berbagai Sumber

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.