Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 15 Jul 2024, 13:25 WIB

Mantan Sniper AS: Secret Service Gagal Melindungi Trump

Mantan penembak jitu Angkatan Darat Amerika Serikat, Cory Mills, dalam acara Jesse Watters Primetime' Fox News, Minggu (14/7).

Foto: Istimewa

WASHINGTON - Seorang mantan penembak jitu Angkatan Darat Amerika Serikat, Cory Mills, pada Minggu (14/7), mengungkapkan keheranannya mengenai bagaimana telinga mantan presiden Donald Trump, sampai tertembak oleh seorang penembak runduk (sniper) dalam sebuah rapat umum Pennsylvania, akhir pekan lalu.

Pertanyaan terhadap upaya percobaan pembunuhan Trump, oleh pelaku, Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, dari jarak sekitar 130 meter itu memang terus menggelinding. Apalagi selama ini, satuan pengaman presiden AS, Secret Service, dikenal sebagai salah satu yang terbaik dalam menjalankan tugasnya.

Dalam wawancara di 'Jesse Watters Primetime' Fox News, Mills, menyebutkan bahwa sebenarnya dari jarak pelaku melancarkan tembakan adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap parjurit calon sniper.

"Di zaman sekarang, jarak sejauh itu adalah kemampuan dasar yang harus dikusai oleh setiap sniper saat masih menjalani 6 minggu latihan di pusat pendidikan. Itu adalah tembakan termudah yang bisa kami lakukan, sebelum meningkat ke jarak 300 sampai 500 meter," ujarnya.

Milss menjelaskan, saat dia bertugas sebagai tim anti sniper di departemen dalam negeri, mereka harus memastikan keamanan perimeter acara dari ancaman musuh. Mulai dari jarak 100 meter, 200 meter, hingga 300 meter, tim harus dapat mengidentifikasi beberapa target ancaman sekaligus.

"Khususnya pada jarak sekitar 100 meter, anda harus dapat memastikannya hanya dalam sekilas melihat, dari ketinggian dan potensi di faktor-faktor lainnya. Apakah dari gedung tinggi, tempat parkir mobil, pepohonan atau mungkin jalanan," tuturnya.

"Pada dasarnya yang terjadi kemarin, adalah kecerobohan besar, salah kalkulasi mengenai mana yang harus diwaspadai dan sebaliknya."

"Tapi saya bisa berspekulasi bahwa mungkin tim anti sniper mengetahui ada obyek yang terlihat gelap, merangkak di atap membawa senjata, dan mengiranya sebagai petugas keamanan lokal. Itulah isunya, sebelum hasil penyelidikan resmi keluar," terang dia.

Namun, lanjutnya , jika tim anti sniper melihat jelas seorang merangkak keluar di atap membawa senjata, sebelum dia mengambil tindakan, dia harus memperingatkan para agen secret service menggunakan saluran darurat yang tersedia, (ada) "Sniper di atap, sniper di atap".

"Lalu para agen harus langsung naik ke panggung dan mengamankan presiden. Baru kemudian tim anti sniper beraksi," tegasnya.

Menurut Mills, tidak seharusnya senapan obyek pengancam sampai meletus hingga dilakukan serangan balasan.

"Pengamanan terbaik adalah mencegah suatu ancaman menjadi nyata, bukan bereaksi ketika ancaman itu sudah terjadi. Bahkan jika itu mobil polisi dengan sirine menyala di lokasi, bisa saja di dalamnya adalah ancaman yang harus diantisipasi," ungkapnya.

Dengan 8 letusan tembakan yang dilancarkan penyerang, menurut Mills, setelah tembakan pertama, seharusnya detik berikutnya anti sniper harus bisa menemukan posisi penembak dan melumpuhkannya, tidak ada alasan hingga harus menunggu tembakan kedua.

"Saya telah bicara seorang teman yang juga seorang sniper yang juga paham soal detail upaya pengamanan. Pada dasarnya telah terjadi kebobolan pengamanan yang luar biasa, ini kegagalan besar," tegasnya.

Dia kembali menjelaskan, pada jarak sekitar 200 meter, penyerang dapat langsung melancarkan tembakan ke panggung tanpa kesulitan.

"Apalagi tubuh presiden Trump sangat tinggi (jelas terlihat). Ini adalah jenis tembakan yang bisa saya ajarkan dalam 5 menit tanpa anda harus mengulanginya sampai 10 kali."

"(Jika gagal) Ini adalah perlindungan Tuhan karena selisih gerakan sepersekian detik dan sepersekian milimeter, yang terjadi bukanlah percobaan pembunuhan, tapi pembunuhan terhadap presiden Trump," pungkasnya.

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.