Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Manfaat Pertemuan IMF-Bank Dunia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali telah resmi dibuka Senin (8/10) malam. Ajang ini akan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah. Acara ini akan memberi dampak ekonomi besar pada Indonesia.

Gelaran ini merupakan pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur IMF dan World Bank. Annual Meetings dilaksanakan setiap tahun pada awal Oktober di headquater IMF-WB Washington DC, AS selama dua tahun berturut-turut. Sementara itu, tahun berikutnya, Annual Meetings dilaksanakan di negara anggota terpilih untuk mendiskusikan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu lain. Di antaranya, pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi internasional, dan isu-isu global.

Agenda pertemuan terdiri dari i) IMF-WB Plenary Session; ii) International Monetary and Financial Committee (IMFC) Meeting; iii) World Bank Development Committee; iv) Pertemuan Grup Kerjasama Ekonomi Lainnya (G-20, G-24. Kemudian, MENA, Commonwealth, BRICS, IIF, WEF, dsb); v) Pertemuan Sektor Perbankan dan Riil Lainnya; vi) Seminar dan International Conference.

Karena itu, sidang tahunan IMF-WB 2018 merupakan sebuah kesempatan sangat baik bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia sebagai negara berdaya tahan tinggi di tengah guncangan ekonomi global. Setelah berhasil melewati krisis moneter 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup tinggi dan stabil. Ini termasuk dalam negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhannya tertinggi ketiga di antara negara G20.

Pertemuan Bali merupakan forum terbesar di bidang ekonomi, keuangan, dan pembangunan di global. Sidang ini bakal mempertemukan pemerintah, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, dari 189 negara, dengan pihak nonpemerintah yang menguasai sektor keuangan dan ekonomi dunia.

Kepala Task Force IMF-WB Annual Meeting 2018 BI, Peter Jacobs mengungkapkan, peserta dari negara anggota IMF dan Bank Dunia sudah mencapai 4.000 orang. Ini belum lagi ditambah dengan delegasi dan staf lainnya. Jika dihitung secara keseluruhan, diperkirakan jumlah peserta IMF-World Bank Annual Meeting 2018 mencapai 15.000 orang.

Dengan potensi yang sangat besar ini, sudah seharusnya pemerintah memetik keuntungan besar dan bukan sebaliknya bukan hanya sebagai tempat penyelenggaraan saja dan setelah seremoni selesai, tak ada kelanjutannya bagi kemajuan ekonomi. Paling tidak, Indonesia harus mampu menarik investasi besar-besaran guna menunjang program percepatan pembangunan yang tengah digalakkan pemerintah.

Peringatan dari sejumlah pihak juga harus disikapi positif pemerintah. Artinya, ajang pertemuan tahunan IFM-Bank Dunia jangan dijadikan forum untuk menambah utang yang memang sudah sangat besar. Sebab, seperti diketahui, Bank Dunia adalah pemberi utang terbesar Indonesia, yakni untuk pinjaman multilateral. Misalnya, per Februari 2018, pinjaman multilateral Indonesia sebesar 396,02 triliun rupiah. Terbesar dari World Bank, 249,67 triliun rupiah atau 63,0 persen.

Untungnya soal ini sudah ditegaskan Menteri Keuangan Sri Mulyani, gelaran tidak untuk mencari atau menambah utang baru. IMF hanya meminjamkan utang pada negara yang benar-benar membutuhkan, seperti yang tengah dilanda krisis.

Kita melihat acara yang sudah dipersiapkan lebih dari setahun secara serius ini memperlihatkan Indonesia sebagai sebuah negara yang secara ekonomi mampu bertahan dari hantaman krisis dan dari sisi sosial politik sangat aman. Citra Indonesia yang positif itu memang harus benar-benar dimanfaatkan delegasi Indonesia untuk memanfaatkan sebesar-besarnya forum strategis ini.

Karena biaya penyelenggaraan pertemuan tahunan ini terbilang besar 855 miliar rupiah, meskipun pemerintah berasumsi biaya itu paling hemat dan memprediksi potensi devisa dari acara ini hingga 642 miliar rupiah.

Komentar

Komentar
()

Top