Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sumur Resapan Tidak Dianggarkan Lagi di 2022

Foto : Koran Jakarta/M. Fachri

Pekerja membuat lubang untuk sumur resapan air di Kawasa Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (15/10). Pemprov DKI Jakarta menargetkan pembuatan 22.292 titik sumur resapan atau drainase vertikal sebelum memasuki puncak musim penghujan pada awal Januari. Hingga saat ini, Pemprov DKI Jakarta sudah membuat sumur resapan di 6.233 titik.

A   A   A   Pengaturan Font

Sumur resapan ­dinilai tidak efektif mengatasi banjir di ­Jakarta. Karena itu rencana DPRD DKI ­menghapus ­anggaran sumur ­resapan di ­tahun 2022 sudah tepat.

Pembangunan sumur resapan yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menuai kontroversi. Setelah dinilai tidak efektif dalam mengatasi banjir di Jakarta dan bahkan justru menjadikan air laut masuk merembes ke darat, kini pengerjaannya yang menjadi sorotan.

Pembangunan sumur resapan atau vertical drainage merupakan janji Gubernur DKI Anies Baswedan saat kampanye pemilihan gubernur. Program tersebut merupakan jawaban atas program normalisasi sungai dari gubernur sebelumnya yang menurutnya tidak tepat sasaran dan belum efektif mengatasi banjir.

Sayang sekali, pelaksanaan pembangunan sumur resapan terkesan asal-asalan. Lokasi titiknya juga tidak tepat, terlalu ke tengah sehingga membuat macet lalu lintas. Selain itu juga ada yang berdekatan dengan Banjir Kanal Timur (BKT), yang seharusnya tidak perlu dibangun sumur resapan karena air bisa langsung disalurkan ke BKT.

Pembangunan sumur resapan di Jalan lebak Bulus III, Jakarta Selatan merupakan salah satu yang menganggu kenyamanan pengguna jalan. Lubang-lubang besar yang menganga agak di tengah jalan membuat jalan menjadi sempit dan akibatnya terjadi kemacetan parah selama pengerjaannya.

Selesai dilubangi, jalan ditutup lagi. Sayang hanya beberapa hari tutupnya ambles karena tidak kuat menahan beban kendaraan yang lewat di atasnya. Selain itu tinggi penutupnya tidak rata dengan jalan yang ada. Untuk mengatasi hal itu, jalan kemudian diaspal ulang. Setelah diaspal dibuat lagi lubang-lubang kecil untuk mengalirkan air masuk ke dalam lubang. Sangat terlihat tidak ada perencanaan dan kesannya hanya menghabiskan anggaran saja.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Koran Jakarta
Penulis : Koran Jakarta

Komentar

Komentar
()

Top