Makin Mengerikan! Rahasisa Dibalik Invasi ke Kyiv, TV Rusia Sebut Invasi Ukraina Hanya Latihan untuk Perang Dunia Ketiga
Foto: IstimewaInvasi Rusia ke Ukraina digambarkan sebagai latihan belaka untuk Perang Dunia yang jauh lebih besar, kata seorang analis televisi pemerintah.
Seorang peneliti terkemuka di Institut Studi Keamanan Internasional, Profesor Alexei Fenenko, menyinggung bahwa konflik di masa depan ini mungkin melawan NATO.
Dalam panel diskusi di jaringan televisi Russia-1 minggu lalu, Fenenko menggunakan istilah "perang" dan memberikan kesan lebih banyak lagi yang akan datang.
Perlu diketahui, Kremlin belum secara resmi memperlihatkan konflik di Ukraina sebagai perang, alih-alih berpegang pada garis "operasi militer khusus" mereka yang digunakan oleh Vladimir Putin ketika dirinya mengumumkan invasi pada 24 Februari.
"Bagi kami, perang di Ukraina adalah latihan. Latihan untuk kemungkinan konflik yang lebih besar di masa depan," katanya.
"Kami akan menguji dan membandingkan senjata NATO dengan senjata kami sendiri, kami akan mencari tahu di medan perang seberapa kuat senjata kami dibandingkan senjata mereka," tambahnya.
"Ini mungkin menjadi pengalaman belajar untuk konflik di masa depan," ujarnya seperti dikutip dari Daily Star, Sabtu (21/5).
Namun ternyata komentar Fenenko mendapat sanksi dari atas, hal tersebut akan mewakili perubahan signifikan dalam pendekatan dari Kremlin.
Merespon di Twitter, pensiunan jenderal Amerika Serikat (AS) Barry R McCaffery memperlihatkan pernyataan Fenenko sebagai "mencengangkan" mengingat seberapa kuat NATO dibandingkan dengan Rusia.
"Kekuatan militer ekonomi dan konvensional NATO/UE berkali-kali lipat dari Rusia," ucapnya.
"Latihan untuk perang dengan NATO melawan musuh yang jauh lebih kecil di Ukraina akan sangat buruk bagi Rusia," lanjutnya.
"Eskalasi agresi Rusia terhadap negara-negara NATO lainnya akan benar-benar tidak logis," katanya.
Reaksi Fenenko hadir setelah Swedia dan Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan NATO.
Putin menyebutkan pada hari Senin bahwa perluasan infrastruktur militer aliansi ke kedua negara akan memaksa Moskow untuk bereaksi.
Hal ini terjadi setelah Rusia menyebut dirinya bahwa mereka telah "benar-benar membebaskan" pabrik baja Azovstal di Mariupol dari Ukraina.
Belakangan, Rusia menyebutkan hampir 1.000 tentara Ukraina meninggalkan pabrik baja Azovstal awal pekan ini, mengakhiri pengepungan yang membuat sekitar 20.000 tentara Rusia terikat selama lebih dari 80 hari.
Sampai saat ini, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa situs yang penting secara strategis "telah sepenuhnya dibebaskan."
"Wilayah pabrik metalurgi Azovstal di Mariupol, di mana sejak 21 April kelompok militan Ukraina dari formasi Azov Nazi telah diblokir, telah sepenuhnya dibebaskan," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Sementara itu, kantor berita Rusia, Ria, telah mengatakan bahwa fasilitas bawah tanah pabrik berada di bawah kendali pasukan Rusia.
Seluruh tawanan Ukraina yang dikumpulkan awal pekan ini dibawa ke penjara koloni Rusia, ada kekhawatiran bahwa mereka dapat diadili sebagai "penjahat perang Nazi."
Berita Trending
- 1 Atasi Krisis Air Bersih di Bali, Koster Tawarkan Pipanisasi Sedangkan Muliawan Desalinasi
- 2 Jamsostek Bekasi Jalankan "Return to Work"
- 3 TNI AD Siapkan Prajurit Terbaik untuk Ikut Lomba Tembak AARM Filipina
- 4 Jenderal Bintang Empat Ini Tegaskan Akan Menindak Anggota yang Terlibat Judi Online
- 5 Prabowo Berterima Kasih kepada Xi Atas Dukungan Investasi Tiongkok