Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mahfud MD: Islam "Wasathiyah" di Indonesia telah Membentuk Kekuatan Komunal yang Membendung Komunisme dan Radikalisme

Foto : ANTARA/HO-Kemenko Polhukam RI

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD berpendapatajaran Islamwasathiyahdi kalangan muslimIndonesia telah membentuk kekuatan komunal, sehingga komunisme yang bersifat ekstrem dan anti-Tuhan tidak dapat menguasai bangsa Indonesia.

"Walaupun sempat berkembang dan membentuk partai politik namun tidak berhasil melakukan revolusi dan membentuk diktator ploretariat," kata Mahfud dalam keterangan yang diterimadi Jakarta, Selasa (19/4).

Demikian pula dengan radikalisme di Indonesia, lanjutnya. Paham tersebut tidak mudah berkembangkarena Islam yang diyakinimasyarakat Indonesia adalah Islamwasathiyahatau Islam moderat.

Saat ini, tambahnya, masih terdapat pemikiran dan kelompok radikal yangmenunjukkan manifestasidalam bentuk aksi teror hingga mengorbankan manusia dan harmoni sosial. Namun,perkembangan paham itu masih dapat dikendalikan.

"Jika paham radikalisme ini tidak terkontrol dan menjadi keyakinan mayoritas umat Islam, tentu Indonesia akan dengan mudah menjadi sepertiSyriadan Afganistan," katanya.

Dia juga menekankan pentingnya menjaga kehidupan sosial dan moral peradaban masyarakat sesuai dengan ajaran Islam, sebagai agenda utama untuk mencegah berkembangnya komunisme dan radikalisme.

"Komunisme dan radikalisme, sebagai pandangan dan cara berpikir, tentu memiliki kesempatan untuk bangkit dan merebak. Jikaada pada situasi dan kondisi sosial yang tepat, yaitu saat terjadi ketidakadilan atau saat kehidupan masyarakat mengalami kemerosotan moral, maka menjaga kehidupan sosial dan moral peradaban masyarakat sesuai dengan ajaran Islam adalah agenda utama untuk mencegah berkembangnya komunisme dan radikalisme," jelasnya.

Dalamwebinarbertemakan "Komunisme dan Radikalisme dalam Pandangan Islam" yang diselenggarakan olehCenter for Information and Development StudiesIkatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (CIDES ICMI) di Jakarta, Senin (18/4) itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut mengatakanuntuk mencapai tujuan masyarakat tanpa kelas, komunisme berada di titik ekstrem dengan menghalalkan segala cara.

Radikalisme juga bertentangan dengan ajaran Islam, dari titik paling prinsipil hingga praktik yang dilakukan, katanya. Ajaran Islam meletakkan kebenaran mutlak hanya milik Allah Swt., sedangkan kebenaran manusia bersifat relatif.

"Oleh karena itu, setiap yang diyakini sebagai kebenaran oleh manusia harus selalu menyisakan ruang untuk melihat dan berdialog dengan kebenaran lain. Hal ini tidak berlaku dalam pandangan radikalisme yang berpangkal pada klaim kebenaran tunggal, yang ada pada kelompok mereka sendiri. Kelompok lain pasti salah dan harus tunduk pada kebenaran yang mereka yakini. Jika tidak tunduk, maka harus dibinasakan dengan menghalalkan semua cara termasuk penyiksaan dan pembunuhan," ujarnya.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top