Mahasiswa ITS Bangkitkan Energi dari Bakteri Limbah
Hasil penelitian tim Gasoileum ITS yang menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas Aeruginosa mampu menghasilkan energi listrik sebesar 21 watt.
Foto: IstimewaSURABAYA - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) baru-baru ini telah menciptakan sumber energi ramah lingkungan dari bakteri limbah lumpur minyak.
Ketua Tim Gasoileum ITS, Ramadhita Putra Purnomo menerangkan, oil sludge atau lumpur minyak merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan maupun penyimpanan minyak mentah. Apabila limbah tersebut akan dibuang, perlu adanya perlakukan khusus agar limbah tidak mencemari lingkungan dan tidak jarang pula membutuhkan bantuan pihak ketiga untuk mengelolanya. “Biaya yang digunakan untuk melibatkan pihak ketiga juga tidaklah sedikit,” jelas pemuda yang biasa disapa Rama ini.
Dengan latar belakang tersebut, Rama bersama rekannya Bryllian Michael Haholongan Kendek pun mencari jalan keluar agar perusahaan di industri minyak dan gas dapat menghemat biaya operasional dari pengelolaan limbah. Akhirnya, ditelitilah limbah lumpur minyak tersebut dan ditemukan adanya bakteri Pseudomonas Aeruginosa sebagai microbial fuel cell (MFC) yang berpotensi untuk menghasilkan energi listrik dari elektron hasil penguraian glukosa nutrien oleh bakteri.
- Baca Juga: Pendidikan dan Kebudayaan Harus Saling Melengkapi
- Baca Juga: Asta Cita Pertama Penting untuk Demokrasi
Selaras dengan Rama, Bryllian Michael Haholongan Kendek menjelaskan bahwa untuk menghasilkan listrik, bakteri tersebut perlu dicampur terlebih dahulu dengan nutrien yang berasal dari limbah rumah tangga, seperti sayuran atau buah-buahan. Mulanya, secara terpisah limbah rumah tangga itu dipotong menjadi bagian kecil dan dicampurkan dengan asam klorida (HCl). “Tujuannya untuk memecah molekul glukosa nutrien menjadi lebih kecil,” tambah pemuda yang akrab disapa Ian tersebut.
Selanjutnya, lanjut Ian, nutrien dan lumpur itu dimasukkan ke dalam tabung berukuran 1.000 mililiter yang sudah terpasang anoda dan katoda multimeter. Disusunlah campuran tersebut untuk membentuk tiga lapis bagian dengan perbandingan 1:3. Dari percampuran ini kemudian akan terjadi sistem bio-elektrokimia yang mengubah glukosa nutrien menjadi elektron oleh MFC. “Elektron inilah yang kemudian menghasilkan tegangan dan arus listrik,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Kimia ITS ini.
Lebih lanjut, Ian menyebutkan untuk mendapatkan potensi listrik yang maksimal membutuhkan waktu hingga tujuh hari. Di rentang waktu ke tujuh, energi listrik yang dihasilkan dari bakteri ini mencapai 21 watt atau setara dengan daya untuk menyalakan lampu senter. Selain itu, efisiensi coulombic atau efisiensi elektrokimianya mencapai 5,16 persen dan 1,49 persen.
Hasil penelitian yang memuaskan ini pun telah mengantarkan Rama dan Ian menjadi juara I dalam ajang Forum Improvement & Innovation Award (IIA) 2024, beberapa waktu lalu. Ke depannya, tim Gasoileum pun berharap agar penelitian ini mampu dikembangkan dalam skala yang lebih besar agar energi baru yang berasal dari MFC ini dapat segera diimplementasikan. “Semoga penelitian kami juga sebagai pemacu para mahasiswa lain untuk menggagas energi baru dari limbah yang lain,” tutup Ian berharap.
Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Peduli Ibu-ibu, Khofifah Ajak Muslimat NU Melek Digital
- 2 Pasangan RIDO dan Pramono-Rano Bersaing Ketat di Pilkada DKI Jakarta
- 3 Sekjen PDI Perjuangan Hasto Ingatkan Tambang Emas Rawan Disalahgunakan Pilkada Jember
- 4 Reog Ponorogo hingga Kebaya Bakal Jadi Warisan Dunia UNESCO
- 5 Pemprov DKI Siapkan Mobil Pompa di Area Cekungan Guna Atasi Genangan
Berita Terkini
- Kasus Ini Berbuntut Panjang, Suswono Diberi Lima Hari untuk Penuhi Panggilan Soal “Janda Kaya”
- Musim Hujan, BPBD Lebak Minta Pengendara Waspadai Pohon Tumbang
- Konsumsi Camilan Bersama Anak Penting untuk Perkembangan Mental
- Gakkum KLH Dalami Asal Sampah di TPA Ilegal Depok
- Keren, Prangko Edisi Spesial Foto Presiden Prabowo Diluncurkan di Ukraina