Maggie Smith, Aktor Kawakan dengan Kecerdasan dan Ketajaman Dialog yang Bikin Keder
Maggie Smith dalam serial TV "Downton Abbey".
Foto: Indie Wire/Nick BriggsJen Harvie, Queen Mary University of London
Tulisan ini adalah bukti dari kekuatan mendiang aktris Inggris Dame Maggie Smith bahwa aktor terkemuka lainnya-meskipun sejauh yang saya lihat hanya laki-laki-menuduhnya mengungguli mereka.
Richard Burton mengeluh bahwa Smith tidak hanya mencuri adegan besar bersamanya dalam film The VIPs karya Anthony Asquith tahun 1963, tapi "dia melakukan pencurian besar-besaran".
Sementara itu, setelah membuat film California Suite (1978) bersama Smith (yang membuatnya memenangkan Academy Award kedua), Michael Caine dilaporkan menelepon Michael Palin, yang waktu itu akan menjadi lawan main Smith dalam The Missionary (1982). "Awasi dia," Caine dilaporkan memperingatkan. "Dia akan mengambil adegan itu dari bawah kakimu."
Penonton lebih baru akan mengenali kekuatan Smith yang memukau dalam perannya sebagai Violet Crawley, Dowager Countess of Grantham, dalam serial televisi Downton Abbey yang telah lama tayang dan dua filmnya. Menurut kritikus film Peter Bradshaw, bahkan "dalam peran terkecil pun ia menetapkan ketentuannya sendiri dan setiap aktor lain adalah pendampingnya".
Bagian penting yang membuat Smith menguasai layar adalah humornya yang pedas, hinaan tajam, dan tatapan menusuk-dari mata besar yang menatap bibirnya yang mengerucut. Kritikus New York Times, Frank Rich memuji kemampuannya untuk "mencetak miring kalimat yang biasa saja seperti 'Apakah kamu tidak punya selai jeruk?' hingga terdengar seperti epigram (pernyataan singkat) yang baru saja ditulis oleh Coward atau Wilde."
Namun, Maggie Smith memiliki lebih dari itu. Jangkauannya sangat luas, dan kekuatannya dibangun di atas keterampilan.
Satire sosial dan komentar atas penampilannya dapat disampaikan melalui apa saja, mulai dari humor yang tidak bermutu hingga kejenuhan dunia, tetapi selalu cerdas. Dalam ulasan tentang penggambarannya sebagai Hedda Gabler karya Ibsen dalam produksi Teater Nasional tahun 1970 yang disutradarai oleh Ingmar Bergman, Milton Shulman dari Evening Standard menggambarkannya sebagai "menghantui panggung seperti potret raksasa karya Modigliani, kulitnya yang seputih pualam meregang kencang dengan kesedihan yang tersembunyi".
Jadi, jika kamu hanya mengenal karyanya melalui film-film laris terkini seperti Downton dan waralaba film Harry Potter, di mana ia memerankan Profesor Minerva McGonagall, lihatlah katalog masa lalunya yang luas dan mengagumkan. Ini adalah kelas master yang berkelanjutan dalam bidang akting, serta beberapa eksplorasi terbaik dari pengalaman hidup perempuan kelas menengah Inggris pada pertengahan hingga akhir abad ke-20. Dua pilihan bagus untuk memulai adalah film tahun 1969 The Prime of Miss Jean Brodie dan drama televisi Alan Bennett tahun 1988 A Bed Among the Lentils.
Dalam The Prime of Miss Jean Brodie-yang diadaptasi oleh Jay Presson Allen dari novel Muriel Spark tahun 1961-Smith memerankan tokoh pahlawan perempuan bernama sama dan memenangkan Academy Award pertamanya untuk kategori aktris terbaik. Miss Brodie adalah seorang guru yang lincah dan romantis di sebuah sekolah perempuan yang represif di Edinburgh, Skotlandia.
Karena yakin bahwa ia tahu apa yang terbaik untuk "anak-anak perempuannya", ia gagal menyadari bagaimana pendekatannya dalam mengajar sama represifnya dan bahkan berpotensi lebih merusak daripada pendekatan kepala sekolah yang konservatif.
Smith seperti berlayar di film ini, bergerak dari keangkuhan yang angkuh, kegenitan yang menawan, hingga keputusasaan yang menyiksa. Dengan sedikit melodrama yang nikmat, film ini menangkap keangkuhan Nona Brodie, tetapi juga batasan sosial yang ketat pada masa itu terhadap kebebasan dan impian para gadis dan perempuan.
A Bed Among the Lentils adalah salah satu dari serial monolog televisi Talking Heads karya penulis naskah Alan Bennett, yang sebagian besar ditulis untuk perempuan. Smith berperan sebagai Susan, istri seorang pendeta yang bercita-cita tinggi dan diam-diam pecandu alkohol. Dia jelas kurang bersemangat karena kehidupan yang dihabiskannya dengan menjamu pendeta tamu saat makan siang dan bersaing dengan perempuan lokal lainnya dalam merangkai bunga untuk altar.
Hidupnya berubah ketika dia bertemu dengan seorang penjaga toko, laki-laki Asia yang baik, muda, dan menarik. Dia membantunya mendapatkan perspektif yang berbeda tentang apa yang dapat diperjuangkan oleh Tuhan dan menemukan apa yang dia inginkan dan dambakan dari kehidupan.
Penampilan Smith di bawah arahan Bennett terkadang terasa sangat lambat, meskipun sekaligus menggambarkan kekosongan hidup Susan secara menyentuh. (Smith melaporkan dalam film penghormatan tahun 2018 Nothing Like a Dame bahwa Laurence Olivier pernah mengkritiknya karena penyampaian dialognya sangat lambat sehingga "dia bosan dan meninggalkan panggung". Ketika tiba saatnya untuk penampilan mereka berikutnya, dia berkata, "Saya melakukannya begitu cepat sehingga dia tidak tahu apakah hari itu Rabu atau Natal.")
Berulang kali dalam kariernya yang luar biasa, Smith memberi kita potret perempuan Inggris yang sangat akurat, dari yang keras kepala dan sombong hingga rapuh dan rentan-sering kali secara bersamaan. Ia menangkap kelelahan perempuan dengan batasan sosial yang dibebankan kepada mereka dan menunjukkan sekilas gambaran menakjubkan tentang dunia di luar batasan tersebut, yang penuh dengan potensi dan kemungkinan lainnya.
Jen Harvie, Professor of Contemporary Theatre and Performance, Queen Mary University of London
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Ini Rekomendasi Liburan Akhir Pekan di Jakarta, Ada Konser K-pop 2NE1
- Kemenparekraf Aktivasi Keep the WonderxCo-Branding Wonderful Indonesia
- UMP DKI Jakarta 2025 Diumumkan Setelah Pilkada
- Trump Pilih Manajer Dana Lindung Nilai Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS
- KPU RI Targetkan Partisipasi Pemilih Pilkada 2024 Sekitar 82 Persen