Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kelangkaan Kedelai I Polri Turun Tangan sebagai Bukti Ada Gangguan Rantai Pasok

Mafia Impor Pangan Kembali Merajalela

Foto : Sumber: Kementerian Pertanian - Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

» Mafia impor adalah masalah lama yang tidak pernah dibenahi padahal merugikan rakyat.

» Satgas Pangan diminta mengecek gudang importir kedelai untuk memastikan tidak ada penimbunan.

JAKARTA - Mafia impor pangan kembali merajalela yang terlihat pada langkanya pasokan kedelai dalam negeri sebagai bahan utama untuk memproduksi tahu dan tempe. Para mafia ditengarai sengaja menciptakan kondisi kedelai langka, sehingga pemerintah menjadikan kondisi tersebut sebagai dasar pertimbangan mengimpor dan pada akhirnya mereka yang menjadi importirnya.

Upaya membuat skenario seperti itu, jelas terlihat pada stabilnya harga kedelai dunia akibat perang dagang AS dan Tiongkok, sehingga permintaan turun, namun anehnya di dalam negeri malah harga naik. Kejanggalan lainnya adalah rencana impornya yang berlipat ganda, sementara jumlah penduduk tidak bertambah signifikan.

Peneliti Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar B Hirawan, yang diminta pendapatnya, di Jakarta, Rabu (6/1), mengatakan masalah kelangkaan kedelai saat ini sangat sederhana, pasti ada pada gangguan pada rantai pasok.

"Jika akhirnya Polri turun tangan, berarti memang terbukti ada gangguan rantai pasok di dalam negeri. Sebab itu, perlu langkah tegas dengan menghukum seberat-beratnya jika kondisi seperti itu sengaja dilakukan perusahaan untuk mencari keuntungan. Cabut izin usahanya! Jika itu dilakukan importir, cabut izin impornya," kata Fajar.

Dia mengakui, selama ini kalau harga komoditas tertentu di dalam negeri cenderung naik maka pemerintah biasanya melakukan impor sebagai solusi melakukan stabilisasi harga. Padahal pemerintah seharusnya menjaga produksi, kelancaran distribusi, agar tidak terjadi penimbunan yang memicu kenaikan harga.

"Ini masalah yang sudah lama, namun hingga saat ini sulit dibenahi. Padahal, sebagian besar rakyat yang tidak sanggup membeli daging dan ikan mengonsumsi tahu dan tempe karena kandungan gizinya yang cukup tinggi dan harganya murah dibanding sumber protein lainnya," kata Fajar.

Keuntungan Besar

Secara terpisah, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Perikanan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan importir meraup keuntungan besar sejak pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menghapus bea impor kedelai pada 2013.

Pembebasan bea masuk itu membuat importir untung banyak karena produsen tahu dan tempe lebih condong menggunakan kedelai impor.

"Kondisi ini kalau terus dibiarkan dan tidak diintervensi maka keuntungan importir kian gemuk. Jika pemerintah ingin mengurangi impor caranya dengan mengatur agar harga kedelai impor sama dengan kedelai lokal. Pertanyaannya, bisakah pemerintah mengatur itu. Impor kedelai dikuasai oleh lima perusahaan besar," sebut Said.

Said juga menengarai kemungkinan perusahaan besar itu terafiliasi dengan orang-orang penting di sekitar kekuasaan, sehingga seakan-akan pemerintah melawan dirinya sendiri.

Lonjakan harga kedelai dari biasanya 7.000 rupiah menjadi 9.000 rupiah per kilogram (kg) juga mendorong aparat penegak hukum turun tangan. Saat ini, Kepolisian RI mengusut dugaan penimbunan kedelai. Itu untuk mengecek apakah kenaikan harga dipicu oleh permainan para spekulan atau bukan.

Kabareskrim Polri, Komjen Listyo Sigit, menegaskan memerintahkan Satgas di setiap wilayah Polda untuk mengecek gudang-gudang importir kedelai dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi. "Saya juga perintahkan untuk mengecek harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) yang merupakan produsen tempe dan tahu," paparnya.

Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan tidak segan memproses importir kedelai yang mencoba menimbun dan memainkan harga. "Polri merespon kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila di temukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," kata Argo.

Menurut Argo, Satgas Pangan Bareskrim Polri sudah mengecek gudang importir kedelai pada Selasa (5/1) yang berada di Bekasi, PT Segitiga Agro Mandiri. Selanjutnya, PT Sungai Budi di Daan Mogot, Kota Tangerang, Banten.

Lokasi lain yang diperiksa yaitu PT FKS Mitra Agro di Pasar Kemis, Pasir Jaya, Cikupa, Tangerang. Dari pemeriksaan itu diketahui perusahaan itu masih memiliki stok 474,29 ton dari total 533,29 ton yang mereka impor. n ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top